Royal Golden Eagle (RGE) merupakan salah satu perusahaan yang berkomitmen serius dalam upaya menjaga kelestarian alam. Ada banyak bukti yang dapat diajukan. Salah satunya adalah penghargaan Indonesia Green Awards yang diperoleh oleh salah satu anak perusahaannya, APRIL Group.
Keseimbangan iklim seharusnya memang menjadi tanggung jawab semua pihak, termasuk perusahaan sekalipun. Hal ini dikarenakan siapa saja tidak akan bisa menghindar jika ada dampak negatif kerusakan iklim. Oleh karena itu, beragam langkah operasi perusahaan semestinya memerhatikan faktor tanggung jawab kepada alam.
Menyebutkannya terlihat mudah, tapi mempraktikkannya akan sulit. Tidak gampang menjaga operasional bisnis tetap konsisten dalam jalur praktik berkelanjutan. Namun, Royal Golden Eagle ternyata bisa terus melakukannya dengan baik.
Apa rahasianya? Berbeda dengan perusahaan lain, grup yang berdiri dengan nama awal Raja Garuda Mas ini memiliki arahan kerja yang spesifik dalam pemeliharaan lingkungan. Hal inilah yang mampu menjaga operasi perusahaan terus berada dalam jalur pemeliharan kelestarian alam.
Arahan kerja itu ditetapkan oleh pendiri RGE, Sukanto Tanoto. Ia menggariskan prinsip kerja di dalam Royal Golden Eagle yang dikenal sebagai prinsip 5C. Secara umum, arahan kerja ini sebenarnya dimaksudkan agar operasi perusahaan mampu memberi manfaat kepada pihak lain. Namun, karena kerusakan alam sudah begitu nyata, arahan spesifik tentang partisipasi aktif dalam menjaga keseimbangan iklim dirumuskan.
Dengan arahan tersebut, diharapkan praktik berkelanjutan dan kesadaran menjaga alam menjadi bagian dalam keseharian operasi RGE. Jadi, semua tidak hanya kegiatan bersifat seremonial atau insidental belaka, namun konsisten dan terus-menerus.
Keberadaan arahan kerja itu akhirnya membuat semua unit bisnis di bawah naungan Royal Golden Eagle menjalankan praktik berkelanjutan. APRIL Group yang berkecimpung dalam industri pulp and paper juga melakukannya. Hal itu pula yang membuat mereka meraih Indonesia Green Awards (IGA) 2017.
IGA adalah sebuah penghargaan yang digagas oleh La Tofi School of CSR kepada pihak-pihak yang mampu melakukan kegiatan bertanggung jawab terhadap lingkungannya. Mulai digagas pada 2009, anugerah ini diberikan kepada perusahaan dan pemerintah baik di tingkat provinsi serta kota. Tujuannya untuk mengingatkan bahwa tanggung jawab sosial dari perusahaan maupun pemerintah dan individu harus dimulai dari kesadaran terhadap lingkungan.
Pada 2017 terdapat 31 perusahaan yang masuk ke dalam daftar calon peraih Indonesia Green Awards. Dari semua itu, APRIL Group meraih penghargaan dalam kategori Pengembangan Biodivesitas dan Efisiensi Energi serta kategori Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan.
Tentu saja ada alasan yang membuat APRIL meraih dua penghargaan tersebut. Anak perusahaan Royal Golden Eagle itu melakukan sejumlah hal nyata yang mendukung kelestarian lingkungan. Dalam kategori Pengembangan Biodiversitas dan Efisiensi Energi, La Tofi School of CSR menilai APRIL berperan besar dalam menjaga kelangsungan sejumlah spesies di Semenanjung Kampar. Selain itu, mereka menilai dukungan unit bisnis RGE ini dalam Restorasi Ekosistem Riau tidak bisa diremehkan.
KONSERVASI DAN PENGEMBANGAN ENERGI DI APRIL
Patut diketahui, seperti anak perusahaan RGE lain, APRIL serius memerhatikan keberlanjutan pelestarian alam. Salah satu langkah yang ditempuh adalah dengan menjalankan program restorasi dan konservasi lahan.
Sejak 2005, APRIL telah melakukan konservasi pada lahan dengan nilai yang bernilai tinggi di area konsensinya. Sebelum melakukannya, anak perusahaan grup yang pernah bernama Raja Garuda Mas ini sudah menjalankan 37 kajian Nilai Konservasi Tinggi (NKT) atau High Conservation Value (HCV). APRIL menggunakan Perangkat HCV Indonesia (HCV Indonesia Toolkit) saat menggelar kajian.
Praktik konservasi dilakukan dengan menyisakan nyaris separuh lahan konsesi APRIL untuk area perlindungan hutan. Tercatat APRIL sudah melindungi 250 ribu hektare lahan bernilai tinggi. Hal itu masih ditambah dengan upaya restorasi di lahan gambut di Semenanjung Kampar seluas 150 ribu hektare dalam program Restorasi Ekosistem Riau.
Akibatnya, jika ditotal, anak perusahaan Royal Golden Eagle ini melindungi 400 ribu hektare hutan. Luasnya hampir separuh dari lahan konsesi APRIL yang seluas satu juta hektare.
APRIL malah masih memiliki agenda yang lebih serius. Mereka menjadi perusahaan pertama yang berani menerapkan program 1 Banding 1. Ini adalah komitmen untuk mengonservasi lahan seluas satu hektare ketika ada area seluas satu hektare dipakai untuk produksi.
Sementara itu, dalam program Restorasi Ekosistem Riau, APRIL memberi dukungan penuh kepada para pengelolanya. Pada Mei 2013, APRIL mengucurkan dana senilai 17 juta dollar Amerika Serikat sebagai dana sponsor untuk membantu menjalankan program restorasi ekosistem multi-tahun tersebut.
Dampak dari langkah konservasi dan restorasi tersebut sangat baik. Kelestarian lingkungan terjaga. Itu berdampak langsung terhadap kehidupan spesies makhluk hidup yang ada di kawasan yang dilindungi dan diperbaiki.
Faktor ini membuat La Tofi School of CSR tak ragu memberikan penghargaan Indonesia Green Awards 2017 kepada APRIL. Terlebih lagi, RER yang didukung oleh anak perusahaan RGE tersebut konsisten melakukan riset terkait sejumlah spesies yang hidup di kawasan yang dilindungi. Salah satunya adalah Asian Waterbird Census (AWC) 2017 yang dilakukan pada Februari 2017.
Sedangkan dalam kategori Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan, La Tofi Scool of CSR melihat kinerja APRIL yang luar biasa dalam pemanfaatan energi biomassa. APRIL diketahui telah mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dengan menggunakan dan mengubah energi dari limbah dalam proses produksinya. Mereka bisa memanfaatkan kulit kayu yang tidak dipakai dalam pembuatan pulp and paper menjadi sumber energi ramah lingkungan.
Untuk memproduksi bahan bakar bio, APRIL mengoperasikan ketel uap pemulihan (recovery boiler) terbesar di dunia yang menangkap energi dari lindi hitam (black liquor), yang berasal dari proses pembuatan pulp. Unit bisnis RGE ini kemudian mengubahnya menjadi energi yang setara dengan 390 megawatt per tahun. Energi dari ketel uap ini dan dua ketel uap pemulihan lainnya digunakan untuk menghasilkan uap untuk pembangkit listrik dan dalam proses pengeringan untuk produksi kertas.
Efisiensi energi yang lebih lanjut dicapai oleh APRIL melalui pemanfaatan metanol yang diperoleh melalui proses penyulingan dan penguapan lindi hitam. Hasil proses ini digunakan kembali di dalam tungku pembakaran, sehingga turut mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.
Akibatnya, dari total konsumsi energi bahan bakar Grup APRIL, sebanyak 85%-nya sekarang berasal dari bahan bakar bio (biofuel). Langkah ini begitu positif dalam mengurangi emisi.
Bukan hanya itu, berkat pembangkit listrik bio fuel yang dimilikinya APRIL malah bisa memberi manfaat masyarakat di sekitarnya. Listrik sekitar 10 megawatt bisa mereka alirkan ke penduduk untuk dimanfaatkan sebagai energi tambahan.
Beragam langkah itu dicatat dengan baik oleh La Tofi School of CSR. Tak mengherankan, APRIL mampu meraih penghargaan Indonesia Green Awards. Mereka bisa melakukannya karena menerapkan prinsip kerja di dalam Royal Golden Eagle, yakni aktif menjaga keseimbangan iklim sembari memberi manfaat kepada negara dan masyarakat.