The Hidden Paradise: Pantai Santolo, Tempat yang Tepat untuk Merayakan Hidup

By | May 6, 2018

Jika ada yang bertanya, apa tempat liburan favorit saya? Maka saya akan menjawab, Pantai Santolo, sebuah pantai yang berada di ujung Garut, 150 km dari Bandung atau sekitar 200 km dari Subang.

Liburan, meski hanya sebentar dan tanpa hingar bingar, merupakan salah satu cara saya merayakan hidup. Terlebih jika ditemani oleh orang-orang tercinta. Pantai Santolo adalah tempat yang tepat untuk merayakannya.

Kalau dihitung-hitung, sudah 5 kali saya ke Santolo dan masih belum merasa bosan.

Yang pertama adalah di awal tahun 2002 ketika saya mengikuti perjalanan kakak kedua dan teman-temannya yang memang hobi bertualang. Perjalanan saat itu dilakukan dalam rangka perayaan teman kakak yang baru saja wisuda.

Rute jalan khas perbukitan yang berkelak-kelok sangat ekstrim dengan pemandangan yang indah membuat perjalanan ini semakin mengesankan.

Karena saat itu belum ada penginapan sama sekali, di Santolo kami menginap di rumah penduduk setempat, Pak Kijo namanya. Pak Kijo merupakan seorang nelayan, sebuah profesi yang umum ditemukan di sekitar pesisir.

Keesokan harinya, kami ditawari naik perahu Pak Kijo. Kami diajak menebar jaring di lautan untuk diambil kembali nanti malam. Anak buah Pak Kijo juga mengajari kami memancing ikan sementara perahu masih berjalan. Bahkan Pak Kijo menawarkan bagaimana jika perjalanan kami naik perahu diteruskan ke Australia? Pak Kijo bercanda tentu saja. Tapi Australia memang sudah di depan mata. Christmas Island hanya berjarak sejengkal dari Santolo kalau dilihat dari peta hehehe. Jarak dari Pantai Santolo ke Christmas Island kurang lebih sama dengan jarak dari Subang ke Pantai Santolo. Dekat kan?

Sayang saya tidak menyimpan foto-foto perjalanan pertama kali ke Santolo. Padahal di perjalanan itu pula saya pertama kali merasakan naik perahu di Samudera Hindia.

Maklum, tahun 2002 memang belum musim kamera digital. Berbekal kamera analog dengan 4 roll film, ternyata ada banyak momen yang tidak bisa kami abadikan. Wajar, tiap spot dan momen memang menarik untuk diabadikan. Alhasil, perjalanan belum selesai, roll film malah sudah habis.

Hasil cetak foto disimpan oleh Kakak dan sayangnya saya belum sempat membackupnya satu pun. Saat itu tempat penyimpanan digital pun hanya disket dengan kapasitas yang tidak seberapa.

Kemudian saya berjanji, lain kali akan kembali ke Santolo.

Ke Santolo saya kembali…

Bertahun-tahun kemudian, saya kembali ke Santolo bersama suami dan ketiga anak saya. Ketika suami mengajak saya ke Santolo, saya segera menyambutnya dengan gembira. Ada rasa rindu yang tertumpah di sana.

Berbeda dengan Santolo dulu yang belum ada penginapan, kali ini sudah ada penginapan yang berjejer rapi di sepanjang pantai. Meski Santolo yang saya kunjungi kali ini sudah banyak mengalami perubahan, tetapi itu tidak membuat rindu berubah menjadi kecewa.

Anak-anak yang baru kali ini ke pantai nampak sangat menikmati liburannya.

Selang 4 bulan kemudian, saya kembali ke Santolo bersama mertua, adik ipar dan keluarganya dalam rangka libur lebaran 2016.

April 2017 suami mengajak teman-teman komunitasnya touring ke Santolo dalam rangka merayakan Family Gathering sekaligus Bakti Sosial. Ajakan ini disambut dengan baik. Total ada 19 kendaraan yang ikut touring.

Touring pertama kali bersama teman-teman komunitas ke Santolo

Libur lebaran 2017, saya kembali ke Santolo bersama mertua dan juga keluarga adik ipar.

Kunjungan kelima, long weekend kemarin, lagi-lagi suami mengajak teman komunitasnya touring kembali ke Santolo sekalian merayakan ulang tahun komunitas yang kedua. Total 28 kendaraan yang mengikuti touring kemarin.

Entahlah. Meski tidak ada resort mewah atau wilayah hiburan malam di pesisir Selatan Garut ini, namun saya merasa nyaman di sana. Mungkin itu juga yang dirasakan oleh suami sampai-sampai beliau juga tidak bosan-bosan mengajak saya ke Santolo. Begitu pula dengan teman-teman suami yang meski sudah pernah ke Santolo namun tidak menolak diajak kembali lagi ke sana.

Tidak seperti Pangandaran yang ramai di waktu malam, di Santolo kita hanya bisa menemukan perahu-perahu nelayan kecil yang setiap malam menghilang ke tengah Samudera Indonesia. Keesokan paginya anak-anak bisa bermain di hamparan karang di sepanjang pantai.

Yup, karang yang membentang dan menjorok jauh ke laut memang menjadi ciri khas Pantai Santolo dan Pantai Sayang Heulang yang berjarak seperempat jam dari Pantai Santolo. Di tempat yang sama kita bisa menyaksikan sunrise di pagi hari sekaligus sunset menjelang sore.

Sunset di Santolo

Di pagi hari, air laut sudah surut. Jadi kita bisa berjalan sampai ke tepi karang yang menjorok ke laut. Bayangkan, hanya beberapa meter di depan kita nampak gulungan ombak besar datang.

Tapi tak perlu takut, ombak besar ini tak sempat menyentuh kita karena keburu terpecah oleh hamparan karang.

Yang paling seru, banyak ikan-ikan kecil yang terjebak di sela-sela karang.

Tanpa ragu Ceuceu, Teteh, dan Ade langsung bermain-main di atas karang dan berusaha mencari… Nemo! Meski dari rumah sudah membawa jaring, nyatanya tak mudah menangkap ikan kecil yang gesit berenang atau bersembunyi di balik karang.

DSCF3194_wm_1

Tidak banyak ikan yang berhasil kami tangkap. Hanya ada 1 jabing, 1 blue devil, 1 sejenis jabing yang gak tahu apa namanya, dan 1 lagi ikan kecil hitam yang juga belum saya ketahui namanya. Nemo? Dory? Wah… sudah bisa mendapatkan 4 ekor temannya ini juga sudah uyuhan hihihi…

Selain keempat ikan tadi, saya juga sempat menangkap 2 buah udang merak. Corak udangnya bagus banget deh. Udang merak ini sebenarnya berasal dari dasar lautan, tapi bisa saya temukan di tepi pantai. Mungkin terbawa ombak semalam.

Kalau pernah nonton Kungfu Panda, pasti ingat dengan tokoh dokter yang karena kertas catatan Po terbawa angin dan tertukar dengan catatan Master Shifu, akhirnya ditakdirkan terpilih oleh Tigres sebagai 4 pendekar pilihan Master Shifu.  Dia adalah Mantis. Nah, udang merak itu ya Mantis Shrimp.

Mantis shrimp 3

Hanya saja dari referensi dan beberapa pengalaman teman suami, Mantis ini tidak cocok untuk disimpan di akuarium. Selain hidupnya soliter, kaca akuarium yang tebal pun bisa pecah oleh sabetan si udang merak. Hiyyy… seram. Pantas saja sampai jadi temannya Po di Kungfu Panda. Jago kungfu rupanya. Cukup sudah pengalaman akuarium bocor suami karena lem yang lepas beberapa minggu kemarin haha

Kalau kami hampir merasa putus asa karena hasil tangkapan yang kurang memuaskan, lain lagi dengan 3 orang laki-laki yang nampak asyik memancing di dekat batu karang.

Aih, rupanya mereka sedang memancing ikan. Bermodalkan kail dan cacing tanah, mereka berhasil memancing banyak sekali ikan-ikan kecil. Mereka memang sengaja datang dari Garut kota ke Santolo membawa banyak cacing untuk memancing ikan!

Screenshot_2016-07-30-13-04-02_wm

Nampak pula beberapa orang yang memang sengaja memancing ikan di tepi pantai.

Bukan ikan kecil seperti yang kami tangkap, hasil tangkapan mereka adalah ikan besar yang bisa sekaligus minta dibakar di tenda-tenda pinggir pantai.

Ikan sebesar ini hasil memancing dari pinggir pantai Santolo

Di sebelah kanan pantai, kita bisa melihat jembatan pelabuhan yang dibangun sejak jaman Belanda. Sekarang jembatan itu tentu saja sudah tidak berfungsi. Beberapa sisi jembatan pelabuhan sudah banyak yang runtuh diterjang ombak, namun masih terlihat kalau jembatan ini memang bekas pelabuhan.

Tak jauh dari jembatan pelabuhan sebenarnya ada jembatan tua yang dahulu digunakan sebagai penghubung antar pulau. Sayang, ketika saya berkunjung kemarin jembatan tua ini sudah dibongkar.

Jembatan tua di Santolo

Sementara jembatan pelabuhan di Santolo dipakai penduduk lokal untuk melompat ke dalam lautan demi mencari koin yang dilempar oleh pengunjung ke dasar laut.

Penduduk lokal yang melakukan atraksi “ambil koin” di laut

Ingin ikut merasakan sensasi melompat ke dalam lautan? Tidak ada yang melarang.

Gak koq.. bukan mau terjun ini mah

Di kunjungan kelima kemarin, saya juga mampir ke Puncak Guha yang memiliki pemandangan memesona. Kalau Bali punya Uluwatu, maka Puncak Guha bisa disebut sebagai Uluwatunya Garut.

Ini di Puncak Guha, bukan di Uluwatu

Meski berkunjung ke tempat yang sama, namun setiap perjalanan menuju tempat liburan favorit itu meninggalkan kesan masing-masing yang berbeda. Ada yang bertambah, ada pula yang hilang di setiap perjalanan seperti jembatan tua di Santolo.

Tak mau kehilangan momen seperti kunjungan ke Pantai Santolo pertama kali, di kunjungan kedua sampai terakhir kemarin saya membekali diri dengan Fujifilm X-A2.

Bukan hanya karena ingin terlihat kekinian, namun X-A2 jadi pilihan karena beberapa kelebihannya. Selain kualitas layar serta hasil gambar X-A2 yang dimiliki cukup baik, adanya konekstifitas WiFi juga  membuat saya bisa cepat memindahkan hasil foto ke smartphone maupun laptop. Sehingga memori bisa cepat dikosongkan agar tak ada lagi cerita kehilangan momen karena kehabisan storage. Beberapa saya unggah ke instagram maupun ke blog seperti pada foto-foto di tulisan ini.

Kelak foto-foto ini bisa saya nikmati kembali. Mengenang apa yang sudah saya rayakan bersama mereka yang selalu ada di samping saya…

19 thoughts on “The Hidden Paradise: Pantai Santolo, Tempat yang Tepat untuk Merayakan Hidup

  1. Hendra Suhendra

    Wah baru denger nih, atau sayanya aja yang kurang gaul mengenal pantai Santolo ini. Kayaknya emang jarang yang ngeliput yah. Saya juga sempat ngalamin kamera roll, mana susah back up nya pula, padahal masih ada klise klise yang belum dicetak, kita berarti sama-sama zaman old ya, anak sekarang mana tau ada kamera pake roll, hahaha…

    Teh, itu gak jadi terjun kan ya???

    Reply
    1. oRiN Post author

      masih belum banyak diekspos karena aksesnya yang memang terbilang masih sulit. itu sebenernya udah mau terjun, cuma diingetin sama anak2 kalau saya gak bisa berenang haha

      Reply
  2. Nizam

    Ternyata di sana juga ada atraksi koin, aku dulu pernah baca tentang atraksi itu

    Reply
    1. oRiN Post author

      biasanya sih atraksi koin lazim ditemukan di pelabuhan2 kayak gilimanuk dan merak ya… dan iya, santolo memang bekas pelabuhan

      Reply
  3. nur rochma

    Kalau anak-anak paling suka ke pantai buat mainan pasir. Pernah mancing tapi nggak dapat ikan. Ah kudu sabar ya. Btw, itu pantainya cakep, biru, bening.

    Reply
  4. Lidha

    Saya nggak tahuuuuu Santolo, tapi birunya, viewnya, ikannya ngeri banget cakep lho. Tu anak yang lagi melayang nyemplung, menggetarkan deh.

    Reply
  5. Lizafathia

    Pantai selalu bikin kangen ya Teh, aku pun demikian, meskipun tinggal dekat pantai tetap aja pingin sering2 ke Pantai. Luasnya samudra yang tak bertepi selalu indah dipandang mata

    Reply
  6. Nia K. Haryanto

    Huaaaa… pengen juga kesampaian main ke sini. Cerita suami tentang Santolo juga bikin mupeng. Huhuhu, kapan ya bisa jalan-jalan ke sana bawa anak-anak. Walopun akan ripuh di jalannya. 😀

    Reply
  7. Dian Safitri

    Santolo… mimpi yang belum terwujud. Si mama udah ribut ngajak ke Santolo, via Ciwidey. Udah direncanain, ehhhh kalakah batal, karena mamanya sibuk. Aku pun pundung deh.

    Reply
  8. Handayat

    Pantai-nya indah banget. Apalagi liat sunset-nya, jadi pengen banget ke sana. Cocok dijadikan objek foto yang keceh!

    Reply
  9. Nuzha

    Dulu sering banget main ke pantai, tapi jarang banget dapet sunset apalagi sunrise… hiks

    Reply

Leave a Reply to oRiN Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *