Di Balik Penghargaan Anugerah Energi Lestari 2017 yang Diraih Anak Perusahaan Royal Golden Eagle
Kelestarian lingkungan selalu menjadi prioritas Royal Golden Eagle (RGE). Salah satunya diwujudkan secara nyata dengan menekan penggunaan energi fosil yang kurang ramah terhadap alam. Upaya ini berbuah penghargaan Anugerah Energi Lestari 2017 bagi salah satu anak perusahaannya.
Royal Golden Eagle merupakan korporasi yang berkecimpung dalam industri pemanfaatan sumber daya alam. Mereka berdiri pada 1973 dengan nama awal Raja Garuda Mas.
Kini RGE telah menjadi perusahaan skala global. Asetnya mencapai 18 miliar dolar Amerika Serikat dengan karyawan sejumlah 60 ribu orang. Mereka tersebar di berbagai negara mulai dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Tiongkok, Brasil, hingga Kanada.
Ada banyak bidang yang digeluti oleh Royal Golden Eagle. Kelapa sawit merupakan satu di antaranya. Dalam industri tersebut, mereka memiliki Asian Agri sebagai salah satu anak perusahaannya.
Asian Agri pula yang meraih Anugerah Energi Lestari 2017. Penghargaan itu resmi mereka peroleh pada 15 September 2017. Asian Agri mendapat apresiasi dalam kategori Perusahaan Terbanyak yang membangun Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBG). Apresiasi itu diterima oleh Head of Mill and Engineering Asian Agri James Boima Sembiring di Jakarta yang disaksikan langsung oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia, Ignasius Jonan.
Acara penganugerahan Anugerah Energi Lestari merupakan momen spesial. Ini adalah ajang apresiasi khusus dari pemerintah kepada sejumlah kelompok masyarakat, swasta, pemerintah dan pemerintah daerah yang dianggap memiliki kepedulian terhadap upaya pelestarian energi di wilayah masing-masing.
Hal ini dirasa penting oleh pemerintah. Pasalnya, energi fosil mulai berkurang sehingga kehadiran energi baru terbarukan perlu segera direalisasikan.
“Energi baru terbarukan ini wajib kita kembangkan. Kita bisa ambil contoh di Uni Emirat Arab yang merupakan salah satu pelopor energi baru terbarukan paling serius. Mereka membangun pembangkit listrik tenaga surya. Bahkan Arab Saudi sudah mencanangkan sampai 2030 membuat pembangkit listrik tenaga surya dengan kapasitas 50 GW,” kata Ignasius Jonan.
Tentu saja Asian Agri merasa bangga mendapat penghargaan Anugerah Energi Lestari. Ini berarti komitmen mereka untuk menjaga lingkungan dengan menggunakan energi ramah lingkungan diakui oleh pihak lain, khususnya Pemerintah Indonesia.
”Kami sangat bahagia dan bangga menerima penghargaan yang menegaskan perhatian Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral terhadap komitmen Asian Agri membangun pembangkit tenaga listrik biogas yang saat ini jumlahnya mencapai 7 unit dari 20 unit yang direncanakan rampung pada tahun 2020,” ucap James.
Apresiasi diterima oleh Asian Agri karena kejelian mereka mengembangkan biogas sebagai sumber energi baru. Anak perusahaan Royal Golden Eagle itu semakin layak mendapatkannya karena mampu mendapatkannya dengan cara mengolah limbah hasil produksinya.
Selama ini proses produksi kelapa sawit menghasilkan buangan yang dikenal sebagai Palm Oil Mill Effluent (POME). Sebagai limbah, POME bisa merusak lingkungan jika tidak diolah dengan baik.
Asian Agri tahu persis potensi kerawanan tersebut. Oleh karena itu, sudah sejak lama mereka berupaya mengolah dan menyiasati POME agar tidak hanya dibuang sebagai limbah.
Ada beragam terobosan yang mereka lakukan. Beberapa di antara adalah memanfaatkan POME untuk memelihara tanah di perkebunan. Unit bisnis bagian RGE ini mengolah POME menjadi substitusi pupuk maupun sarana menjaga kelembapan tanah. Mereka juga sering memanfaatkannya untuk menahan laju erosi.
Akan tetapi, sejak tahun 2015, Asian Agri menemukan solusi lain yang bermanfaat bagi banyak pihak dalam pemanfaatan POME. Mereka bisa mengolahnya menjadi sumber energi listrik terbarukan berbentuk biogas.
GENCAR MEMBANGUN PLTBG
Untuk mengolah POME menjadi biogas, Asian Agri mulai membangun pabrik pengolahannya pada 2015. Mereka memanfaatkan teknologi digester tank dari Jepang.
Pada intinya, dalam proses, Asian Agri menggunakan anaerobic membrane tank yang berfungsi mempercepat dan memaksimalkan proses pembentukan gas metan. Di dalam digester tank, gas metan diolah lewat fermentasi oleh bakteri termofilic. Ini membuat gas metan yang biasanya terbuang percuma bisa dimanfaatkan menjadi biogas.
“Pemanfaatan gas metan oleh Asian Agri merupakan salah satu upaya melindungi alam karena, dibandingkan gas lain, gas metan lebih jahat terhadap ozon,” ujar Manajer Pabrik Kelapa Sawit Buatan I Parnel Saragih, seperti dilansir Metrotvnews.com.
Sampai 2017, Asian Agri telah membangun tujuh Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBG). Mereka tersebar di tiga provinsi, yakni Sumatra Utara, Riau, dan Jambi.
Dari tujuh PLTBG, 2 unit di antaranya ada di Sumatra Utara, tepatnya berada di Desa Sidomulyo, Kecamatan Bilah Hilir, Kabupaten Labuhan Batu, pabrik Biogas Gunung Melayu Satu, di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Asahan. Tiga lainnya ada di Provinsi Riau yang berlokasi di Kabupaten Pelalawan, yakni di Desa Air Hitam, Kecamatan Ukui dan Desa Segati, Kecamatan Langgam, serta di Desa Bukit Agung, Kecamatan Kerinci Kanan, Kabupaten Siak. Sedangkan di Provinsi Jambi, Asian Agri membangun 2 PLTBg di Kabupaten Tanjung Jabung Barat tepatnya di Desa Lubuk Bernai, Kecamatan Batang Asam dan Desa Taman Raja Kecamatan Tungkal Ulu.
Meski begitu, Asian Agri belum mau berhenti. Anak perusahaan Royal Golden Eagle itu berniat terus menambah jumlah PLTBG yang dibangun. Hingga 2020, mereka menargetkan sudah membangun 20 unit.
Sebagai persiapan, pada 2017, unit bisnis grup yang pernah bernama Raja Garuda Mas ini juga sedang menyiapkan pembangunan 3 unit PLTBG terdiri dari 1 unit berlokasi di Desa Lalang Kabung, Kabupaten Pelalawan. Provinsi Riau dan 2 unit di Provinsi Sumatera Utara, yaitu di Desa S-2, Kabupaten Labuhan Batu dan Desa Batu Anam, Kabupaten Asahan.
Asian Agri berkepentingan besar dalam membangun PLTBG untuk memutar operasional mereka yang membutuhkan energi. Namun, agar kelestarian alam terjaga sesuai komitmen semua pihak di Royal Golden Eagle, penggunaan energi terbarukan yang ramah lingkungan terus digenjot. Tujuannya supaya pemakaian energi fosil semakin berkurang hingga akhirnya tidak dipakai lagi.
Masing-masing PLTBG milik Asian Agri berkapasitas 2,2 MW. Untuk kebutuhan operasional pabrik kelapa sawit hanya memerlukan 700 Kilo Watt. Ini berarti ada sisa kelebihan energi yang diproduksi. Hal ini pun dimanfaatkan oleh Asian Agri untuk menjalankan filosofi bisnis Royal Golden Eagle lain, yakni memberi manfaat kepada masyarakat.
Sisa energi listrik sekitar 1,5 Mega Watt akhirnya dibagikan ke masyarakat sekitar. Hal ini sangat berguna sebab banyak lokasi pabrik Asian Agri berada di kawasan terpencil yang sering kekurangan suplai listrik.
“Seandainya satu rumah sederhana membutuhkan 900 watt, maka kelebihan listrik dari setiap PLTBG Asian Agri sekitar 1.500.000 watt dapat dimanfaatkan oleh lebih dari 1.600 rumah. Dengan demikian saat ini 7 unit PLTBG yang kami operasikan dapat menunjang kebutuhan listrik bagi lebih dari 11.600 rumah rakyat sederhana,” ujar Bernard A. Riedo, Head of Sustainability and Stakeholder Relations Asian Agri.
Kemampuan memberikan listrik kepada khalayak ini menjadi nilai plus bagi Asian Agri. Tidak mengherankan, penghargaan Anugerah Energi Lestari 2017 mampu diraih oleh anak perusahaaan Royal Golden Eagle ini.