Kerudung Instan, Yay or Nay?

By | October 25, 2016

Ceritanya saya sedang galau gara-gara kerudung. Bukan, bukan galau pengen lepas kerudung. Tapi galau karena saya harus ikut pemotretan. Ecieee… emangnya jadi model majalah apa, Mak? Yah, yang penting bukan Trubus lah. Cuma jadi model kalender aja udah bahagia saya mah wkwkwk

Beberapa orang teman sudah ikut sesi pemotretan minggu kemarin. Saya terpaksa gak bisa ikut. Maklum, jalan aja masih terpincang-pincang. Ditambah lagi kalaupun bisa ikut, saya bingung mau dandan seperti apa haha…

Iya sih ada team make upnya. Tapi aduh… mau pakai baju dan kerudung yang mana? Soalnya setelah saya bongkar-bongkar lemari, ternyata koleksi kerudung saya 67%-nya didominasi oleh kerudung instan alias geblus, 30% kerudung segi empat, dan 3% pashmina. Itu pun kerudung segi empat dan pashminanya sisa-sisa jaman kuliah dulu.

Nene sempat menyarankan agar saya belajar pakai pashmina. Malah Nene sempat memberikan saya sebuah pashmina, kata Nene biar kekinian. Euh… Ne, maunya sih ikut trend pakai gaya model hijab masa kini, yang sampai dibelit-belit 3-4 kali di kepala, tapi lihat tutorialnya di Youtube atau Instagram, saya pusing sendiri haha

Akhirnya ya saya tetap bertahan dengan pakai kerudung instan, atau kalau mau kondangan cukup kerudung segiempat, dilipat jadi segitiga, kasih peniti, beres!

Yang jelas ini sih alasannya kenapa saya sukaaaa banget pakai kerudung instan.

Pertama, gak perlu antri lama-lama di kaca toilet umum kalau sedang sholat di luar.

Pernah gak merasa kesal karena lama menunggu antrian kaca di toilet atau di mushola? Saya mah sering melihat antrian yang mengular di depan kaca. Bisa sih ngaca pakai hape. Tapi dengan kerudung instan, gak perlu repot-repot ikut mengantri. Selesai wudhu dan sholat, kerudung udah rapi sendiri gak pakai antri hihi

Kedua, cocok dipakai kemana saja

Mau ke pasar? Antar sekolah anak? Jalan-jalan  sama keluarga? Sepedahan? Ikut kopdar blogger? Bebasssss…

1455919_782899988506151_981569066481219723_n

Padanan bajunya juga bebas, mau gamis sampai celana jeans masih cocok aja dipakai bareng kerudung instan atau kerudung segiempat biasa. Coba bayangkan kalau jalan-jalan ke pantai, pakai model hijab yang bertumpuk-tumpuk. Rasanya gerah sendiri…

13913864_914383148691167_3016123888140816304_o

Ketiga, hemat jarum pentul dan peniti

Bisa sih sebenarnya pakai pashmina tanpa peniti. Tapi rasanya gimana gitu. Sok asa gogolosoran kitu... Makanya perlu bantuan peniti atau jarum pentul agar hijab tetap rapi meski kita banyak bergerak. Sayangnya dua benda ini adalah benda yang paling sering hilang. Satu pak jarum pentul bisa hilang semua dalam waktu dua minggu. Begitu juga dengan peniti. Udah beli 2 lusin, eh… belum sebulan udah harus beli lagi. Heran, padahal sih nyimpennya ya di situ-situ aja. Tapi koq bisa terus hilang ya?

Tapi mungkin itu hanya perasaan saya saja. Bisa jadi sebenarnya saya lupa nyimpen peniti dan jarum bekas kerudung. Seperti kemarin, waktu saya dirawat di klinik, suami menemukan 4 jarum pentul yang ditusukkan di kursi sofa. Saya sih sudah tahu, pelakunya pasti ibu-ibu berkerudung. Haduhhhh.. maaf ya kalau saya pernah lupa menyimpan jarum pentul di mana saja, dan sampai membahayakan orang lain. Makanya sekarang mah pakai kerudung instan aja deh yang aman dari peniti hihihi

O ya, ini sih pendapat saya sebagai fans berat kerudung instan. Kalau teman-teman sendiri, pilih kerudung model apa? Kerudung instan buat teman-teman ini yay or nay? *caridukungan

Kapan-kapan mau juga sih belajar pakai hijab masa kini. Biar gak galau kalau nanti ada yang ngajak pemotretan lagi wkwkwkwk… Ada yang mau ngajarin? ^_^

2 thoughts on “Kerudung Instan, Yay or Nay?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *