Minggu kemarin anak-anak libur sekolah, kebetulan jadwalnya murid kelas 6 menjalani UN. Tak ada salahnya saya membawa anak-anak berlibur sejenak di rumah Nene. Lagipula, kondisi kesehatan Nene dan Abah saat ini sedang kurang baik. Malah tiap hari Senin dan Kamis Nene menjalani kontrol di RSU Hermina Arcamanik. Maklum saja, Nene menderita penonjolan tulang belakang tepatnya di L2 dan L5, yang mengakibatkan ada syaraf yang terjepit. Jadi, selama 3 bulan, seminggu dua kali Nene harus menjalani fisioterapi. Begitu juga dengan Abah yang harus menjalani kontrol selama dua minggu sekali di RSU Hermina Arcamanik. Seperti yang telah saya ceritakan sebelumnya, berhubung tidak setiap kontrol saya bisa mengantar Abah dan Nene, untuk urusan transportasi ke dan dari rumah sakit, saya percayakan ke Bluebird saja (baca: Aman dan nyaman memesan taksi melalui Aplikasi MyBlueBird).
Pernah sih Abah mengutarakan keraguan menggunakan Bluebird, terutama ketika Abah menonton berita di televisi tentang demo yang dilakukan beberapa sopir Bluebird di Jakarta. Tapi berdasarkan pengalaman Abah sendiri selama menggunakan Bluebird, keraguan Abah pun sirna dengan sendirinya. Kalau Abah bilang sih, “Alhamdulillah, Abah mah kenging supir taksi teh nu balageur wae”.
Malah menurut cerita Nene, ketika Abah mendadak sesak dan harus ke rumah sakit segera, sopir Bluebird ketika itu memboyong Abah dari kamar sampai ke dalam taksi dan mengantar Abah ke rumah sakit segera. Sampai di halaman rumah sakit, pak sopir ini segera menuju UGD dan membawa kursi roda untuk Abah. Sayang, Nene yang memesan taksi melalui telepon lupa menanyakan siapa sopir taksi Bluebird ketika itu.
Lain cerita Nene, lain pula cerita saya. Pulang liburan kemarin, saya memesan taksi melalui aplikasi. Saya pesan untuk jam 16.00, yang berarti 30 menit kemudian. Tak sampai 10 menit, taksi sudah datang. Tapi karena saya belum selesai packing, saya minta Pak Uhen (supir taksi Bluebird yang menjemput saya) untuk menunggu sebentar sampai saya selesai packing. Ya, namanya juga mudik dari rumah orang tua… datang gak bawa apa-apa, tapi pulang bawaannya sampai berkoper-koper hihi.
Meski sudah menunggu cukup lama, Pak Uhen tetap sabar dan membantu saya menaikkan 2 tas besar ke bagasi.
Pak Uhen ternyata salah satu dari banyak sopir teladan milik Bluebird. Pak Uhen sudah bergabung bersama Bluebird selama 9 tahun. Sepanjang perjalanan ada banyak cerita yang saya dapatkan dari Pak Uhen. Dari Pak Uhen saya belajar arti kesabaran, kejujuran, dan keikhlasan.
Seperti biasa, ketika taksi mulai berjalan, saya selalu membuka pertanyaan dengan kondisi penumpang saat ini. Ramaikah atau sebaliknya?
Jawaban dan reaksi tiap sopir berbeda-beda. Ada yang mengeluh dengan kondisi penumpang yang berkurang, terutama setelah muncul berbagai alat transportasi online, ada pula yang menerima keadaan sambil tetap ikhtiar. Seperti halnya Pak Uhen yang tetap yakin kalau rejeki tiap orang sudah ada yang mengatur.
Jalanan yang macet juga tidak membuat Pak Uhen menggerutu. Maklum, jalanan Bandung kalau jelang weekend memang bisa dipastikan macet luar biasa. Anak-anak pun sampai tertidur kelelahan.
“Kalau yang negatif mah alhamdulillah, gak ada neng“, jawab Pak Uhen ketika saya tanya pengalaman beliau selama 9 tahun menjadi sopir taksi.
Barang tertinggal di dalam taksi? Bukan hal yang aneh lagi, tapi Pak Uhen selalu mengembalikan barang ini kepada pemiliknya.
Buktinya? Saya sendiri yang mengalami.
Sebelum turun, Pak Uhen sudah mengingatkan saya agar kembali memeriksa barang yang saya bawa. Tapi karena repot dengan anak-anak yang tertidur, ketika turun dari taksi tanpa sadar handphone terjatuh ke bawah kursi. Duh, padahal handphone ini tadi saya pakai untuk foto-foto dan merekam pembicaraan dengan Pak Uhen…
Barang di bagasi sih sudah dibawa sama Pak Uhen, diantar sampai teras rumah.
Selesai membayar ongkos taksi, segera saya bawa anak-anak ke rumah. Belum juga saya sadar kalau handphone saya tertinggal, ada Pak Uhen yang mengetuk pintu rumah dan mengembalikan handphone saya. Alhamdulillah, masih rejeki…
Karena merasa sangat terbantu, saya bermaksud memberikan sekedar tip untuk Pak Uhen. Namun beliau menolak. Bahkan ketika Pak Uhen hendak membeli gorengan yang berjualan di dekat rumah, dan saya berniat membayarnya, Pak Uhen pun menolaknya. Pak Uhen beralasan kalau apa yang beliau lakukan adalah kewajiban beliau, dan beliau ikhlas melakukannya.
Memang sih tidak semua orang bisa berlaku jujur dengan tidak mengambil apa yang bukan haknya. Begitu juga dengan perilaku seseorang ketika menemukan barang yang tertinggal.
Untungnya, kini Bluebird juga dilengkapi dengan pemesanan taksi melalui Aplikasi MyBlueBird.
Aplikasi My Blue Bird ini bisa didownload melalui Playstore, App World dan iOS. Selain mudah digunakan untuk memesan taksi kapan dan dimana pun, setiap order history tercatat dengan rapi.
Setelah mendownload aplikasinya, buatlah akun baru dengan mengisi data yang diminta dengan lengkap.
Setelah memasukkan kode verifikasi dan aktivasi link yang diberikan melalui email, aplikasi MyBlueBird pun sudah siap digunakan.
Melalui aplikasi My Blue Bird ini kita bisa melakukan pemesanan berjadwal. Jadi tak hanya bisa memesan taksi ketika diperlukan saja. Besok, atau lusa? Gak masalah. Selain pemesanan berjadwal, kita juga bisa memilih jenis taksi yang kita pesan, pilih sedan atau MPV?
Canggihnya, fitur pemesanan di aplikasi MyBlueBird ini dilengkapi dengan peta lokasi, nama driver dan nomer unit armada. Jadi, kalau merasa kurang aman, cukup kasih tahu keluarga/teman kita unit berapa yang sedang kita tumpangi. Posisi taksi yang kita pesan pun bisa dengan mudah kita lacak lewat peta yang ada di aplikasi MyBlueBird.
Nah, kalau ada barang yang tertinggal di dalam taksi pun kita bisa melakukan pengecekan ke kantor dengan menyebut unit taksi yang kita gunakan.
Tapi, saya akan selalu ingat apa yang dikatakan oleh Pak Uhen, “kalau mau sih bisa saja saya ambil, tapi untuk apa… itu bukan hak saya. Yang penting mah berkah…