Ditagih Jengkol di #KelasBlogger

By | December 24, 2015

Selesai bayar ojek, saya duduk di kursi barisan depan yang alhamdulillah masih ada yang kosong. Masih ngos-ngosan, takut gak ada yang minjemin uang terus sama tukang ojek gak boleh kemana-mana 😀

Beruntung ternyata materi yang belum disampaikan Kang Syaifuddin Sayuti di sesi pertama juga masih lumayan banyak. Pas saya duduk, Kang Syaifuddin menjelaskan perbedaan jurnalis dengan blogger. Wajar kalau Kang Syaifuddin sangat memahami ini, mantan wartawan yang akhirnya jadi blogger mualaf sih hahaha

Sebagai blogger kita diuntungkan dengan ruang menulis yang tak terbatas,” kata Kang Syaifuddin.

Yup, kalau di media cetak atau online, jurnalis memang terbatas dengan ruang cetak. Sementara blogger? Mau panjang seperti skripsi pun siapa yang melarang?

Jurus yang dipakai blogger dan jurnalis saat menulis laporan sama, 5W+1H. Hanya saja menurut Kang Syaifuddin, blogger harus bisa mencari angle yang unik dan cara pandang yang berbeda dengan yang lain agar bisa menarik pembaca. Kang Syaifuddin menceritakan pengalamannya saat menjadi blogger dan membuat reportase, salah satunya reportase beliau makan siang bersama Pak Jokowi.

Saat orang lain menulis reportase tentang suasana makan siang dan aneka menu makanan, Kang Syaifuddin malah menulis pengalaman temannya, Fadli, dari Kepulauan Riau yang terganjal sepatu untuk bisa masuk Istana Kepresidenan.

Bahan reportase itu bisa direncanakan, dicari, bahkan datang tanpa diduga“, kata Kang Syaifuddin.

Yup. Bahan reportase memang bisa saja tak terduga datangnya, misalnya saja ketika Kang Syaifuddin bertemu dengan kuli panggul dari Makassar, Henry, yang sekarang menjadi jutawan berkat aplikasi buatannya.

Selain unik dan memiliki angle berbeda, reportase ala blogger juga harus tetap aktual dan akurat. Jangan pernah menulis reportase yang ditulis hanya berdasarkan khayalan atau mencari sensasi saja.

Dari pengalaman Kang Syaifuddin  menjadi Reporter, menulis reportase hanya berdasarkan laporan dari televisi atau bahkan media sosial banyak dilakukan oleh jurnalis-jurnalis online. Hmmm…. jadi ingat pengalaman Eyang Anjari yang kemarin status media sosialnya sempat dicatut  oleh sebuah situs media tanpa konfirmasi. Marah? Jelas. Apalagi apa yang disampaikan malah jadi tidak utuh dan sampai menimbulkan polemik.

Blogger boleh seperti itu? Jangan donk! Hayo lho, saya pernah gak ya seperti itu?

Menutup sesi pertama, Kang Syaifuddin kembali menekankan keunikan tulisan dan angle yang berbeda sebagai pembeda reportase ala blogger dengan jurnalis.

Di sesi kedua, ada Kang Hendra, perwakilan dari Kudo Indonesia. Kang Hendra memberi pencerahan buat kita yang ingin mendapatkan penghasilan tambahan dengan Kudo.

Apa itu Kudo dan bagaimana cara kerjanya nanti saya tulis terpisah. Yang jelas, Kudo alias Kios Untuk Dagang Online ini memudahkan orang-orang untuk berbelanja secara online. Gak heran kalau Kudo punya tagline “Now everyone can shop online! yang mendadak di #KelasBlogger ini diganti oleh #BloggerBdg jadi “Sadayana Tiasa Ngagaleuh Online” hahaha

Peserta #KelasBlogger nampak antusias dengan materi yang disampaikan Kang Hendra. Terbukti dengan pertanyaan yang gak ada habis-habisnya. Kalau saja tidak terbatas waktu dan ada sesi ketiga yang tak kalah seru, sepertinya Kang Hendra bakal kewalahan menjawab pertanyaan peserta #KelasBlogger.

Sesi ketiga alias sesi terakhir #KelasBlogger ini sempat membuat saya merasa bersalah. Apalagi alasannya kalau bukan karena ditagih jengkol!!!

Padahal sudah mention mau bawain jengkol“, kata Kang Arul, pak Dosen Galau yang membawakan materi Menulis Review Di Blog.

Duh. Bukannya gak mau bawa, bukannya saya sengaja lupa. Tapi tadi pagi tuh memang mendadak repot karena raport. Urusan jengkol, boleh lah nanti saya kirim jengkolnya ke rumah. Makannya tiap jam 9 kan? 😀

Selain ditagih jengkol, materi dari Kang Arul yang aslinya bernama Dr. Rully  Nasrulah, M.Si dan sudah menulis 350 judul buku ini membuat saya berpikir keras. Udah bener gak sih tulisan saya? Apalagi saat sedang menulis review, baik itu dari undangan acara atau ketika mengikuti sebuah lomba. Sesuai gak sih dengan keinginan penyelenggara?

Menurut Kang Arul, ketika blogger diundang dalam sebuah event, maka dia perlu mengetahui keinginan brand. Apakah brand menginginkan tulisan yang bersifat kehumasan, pemasaran, atau periklanan? Jadi tulisan kita juga tidak salah sasaran. Dan saya pun manggut-manggut, ternyata selama ini sepertinya saya sayah… haha

“Jangan sampai kita diundang acara launching smartphone, megang hapenya cuma 5 menit tapi nulis review kaya’ yang udah megang hape 5 tahun”, kata Kang Arul.

Ah, untung belum pernah diundang ke acara launching smartphone (padahal pengen :P)

Menulis dengan unik dan sesuai dengan keinginan penyelenggara juga akan membuat kita lebih diingat oleh penyelenggara. Jadi ketika akan mengadakan sebuah acara, nama yang pertama kali terlintas di ingatan penyelenggara adalah nama kita.

Bagaimana dengan ide? Sama seperti Kang Syaifuddin, Kang Arul juga bilang kalau ide itu bisa dicari atau muncul sendiri.

Sementara panjang tulisan yang efektif itu paling banyak 800 kata yang tiap paragrafnya terdiri dari 3-4 baris. Lebih dari itu, orang pasti jenuh membacanya.

Berdasarkan penelitian, orang akan membaca sebuah tulisan beberapa detik saja, beberapa paragraf awal saja. Jika paragraf awal sudah tidak menarik maka tulisan kita akan dilewatkan orang”, kata Kang Arul.

Apalagi kalau di halaman pertama blog ini dari judulnya sudah tercium bau iklan. Makin malas orang membuka blog kita. Yang ada sih tulisannya diskip atau malah jendelanya langsung ditutup. Rumusnya 3-0.

Waduh, pantas saja blog saya sepi pengunjung, sepi komen dan bounce ratenya menyedihkan. Sepertinya saya jadi merasa berdosa sudah membuat orang membuang waktunya buka blog saya yang isinya ya gitu deh…

Kang Arul juga berpesan, lebih baik spesifik ke 3 tema blog saja. Jangan semua dibabat. Otomotif iya, Kuliner iya, Traveller iya, Lifestyle iya, Parenting iya.. mau jadi blogger apa atuh? Baca blognya juga lieur kalo gitu mah. Gak percaya? Coba deh baca blog saya, pasti lieur haha

Meski begitu, kita harus bisa membranding diri sebagai blogger. Karena itu buatlah blog yang menarik, unik, padat dan tidak bohong.

Di acara #KelasBlogger ini juga diadakan lomba Live Tweet. Saking seriusnya #BloggerBdg ngetwit, gak perlu lama #KudoBox langsung jadi trending topic ke-3 di Indonesia.

SS 2015-12-25 at 12.53.54 PM

Alhamdulillah, saya berhasil jadi salah satu pemenang Live Tweet #KelasBlogger. Yay… ini pengalaman pertama menang live tweet 😀

Selesai pengumuman pemenang Live Tweet, acara #KelasBlogger pun ditutup. #KelasBlogger yang berlangsung selama hampir 3 jam rasanya gak cukup. Kapan atuh ada #KelasBlogger di Bandung lagi? Lain kali, masak jengkolnya nyubuh deh… 😀

11 thoughts on “Ditagih Jengkol di #KelasBlogger

  1. bisot

    Berdasarkan penelitian, orang akan membaca sebuah tulisan beberapa detik saja, beberapa paragraf awal saja. Jika paragraf awal sudah tidak menarik maka tulisan kita akan dilewatkan orang… 🙂 ya mungkin juga sih, tapi ada kenikmatan sendiri membaca setiap detail tulisan seperti tulisan ini, sampai “seakan-akan” saya ikutan di #KelasBlogger

    terima kasih sudah share Bu, salam.

    Reply
    1. oRiN Post author

      hihi.. iya, apalagi kalau ikut langsung #KelasBloggernya. Dijamin seru.

      Makasih udah mampir ya 🙂

      Reply
  2. Lidya

    wah seru ya kelasnya, aku belum pernah ikutan. Udah pesen sama kang arul minta diadain lagi 🙂

    Reply
  3. Astrid Prasetya

    Kalau saya belom bakal nulis reportase kayanya.. masih suka nulis yang mengawang-awang hehe.. no pressure.. no worries.. mungkin no money juga kali yak hiks heheh..

    Reply
  4. Mas Nuz

    Duh, kok cerita jengkol sih?
    Jadi ngecesss malam-malam gini. Mana penjual jengkol di pasar depan bukanya baru nanti jam 3 pagi. 😀

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *