Menikmati Sajian Khas Sunda di Sindang Reret Lembang

By | October 14, 2015

Hari Minggu kemarin, tiba-tiba saja mertua mengajak suami dan anak-anak piknik. Saya? Ya otomatis ikut. Hayu aja sih… toh memang sedang merasa kurang piknik hihi. Tapi karena hari sudah mulai siang dan gak mungkin juga piknik jauh-jauh, kami memutuskan untuk piknik ke tempat yang dekat saja, yaitu ke… Kebun Binatang Bandung alias derenten ahahaha

Dengan persiapan seadanya, kami pun berangkat ke derenten. Yang penting tadi pagi sudah sarapan. Anak-anak senang tentu saja. Apalagi terakhir saya ajak mereka ke derenten sekitar 1 tahun yang lalu 😀

Ade mah mau naik unta“, cerita Ade sepanjang jalan penuh semangat.

Tapi yang namanya hari Minggu jalanan di Bandung tidak bisa diharapkan. Meski kami berangkat dari rumah jam setengah 11 dan seharusnya kalau dalam keadaan normal, jam 1 sudah sampai, kemarin kami baru sampai di derenten jam setengah 3… Satu setengah jam menjelang tutup.

Setelah membayar tiker sebesar RP. 20.000,- per orang, kami pun masuk ke derenten.

Sayang, harapan Ade untuk bisa naik gajah dan unta pun buyar sudah. Gajah dan untanya sudah masuk kandang semua.

Ada yang sedih gak jadi naik unta :D

Ada yang sedih gak jadi naik unta 😛

Wajar sih, namanya juga hari libur. Jumlah pengunjung derenten pasti lebih banyak dari biasanya. Buktinya meski hari sudah cukup sore, mobil pengunjung masih memenuhi tempat parkir. Begitu juga dengan keadaan di dalam kebun binatang.

Tak hanya gajah dan unta yang masuk kandang, harimau pun sepertinya kelelahan. Kalau biasanya saat kami berkunjung ke kebun binatang si harimau sedang nangkring di tembok kesayangannya, kemarin tidak ada. Yang terdengar hanya aumannya dari dalam kandang.

Beruang juga tidak ada, kata penjaganya beruangnya sedang sakit dan kemarin dikarantina. Duh, mudah-mudahan tidak bernasib sama seperti jerapah ya.

Tahun 2010 kemarin jerapah yang hanya satu-satunya di derenten mati. Setelah diotopsi ternyata di perutnya ditemukan 10 kilogram plastik. Aduh. Kasihan ya. Mungkin jerapah itu makan plastik bungkus makanan yang sering diberikan pengunjung. Kemarin saja di kandang orang utan saya melihat salah seorang pengunjung melempar botol air mineral ke orang utan. Padahal sudah jelas ada papan pengumuman yang isinya melarang pengunjung melempar makanan dan botol air mineral ke kandang. Gemes tentu saja. Ketika saya tegur, si bapak ini malah nyolot. Hih… menyebalkan.

Ada beberapa tempat yang berubah di derenten. Salah satunya adalah tempat orang utan yang tahun kemarin masih dalam proses pembangunan. Sekarang sudah selesai dan terlihat rapi.

Sayang, kami tidak bisa berlama-lama di derenten. Selain karena sudah hampir tutup, awan pun sudah menghitam. Bahaya kalau sampai terjebak hujan di derenten. Menyeramkan. Apalagi hujan besar yang mengguyur Bandung kemarin sukses membuat beberapa pohon tumbang, diantaranya yang ada di Jalan Cikapayang, tak jauh dari derenten.

Karena sedari siang belum makan, di perjalanan pulang perut Teteh rupanya keroncongan.

Teteh kelaparan”, katanya… hihi… kasihan.

Mau makan di mana, Teh?“, tanya suami.

Gak disangka… Teteh bilang mau makan di Sindang Reret yang ada di Lembang. Ya sejalan sih sama arah pulang. Tapi gak nyangka aja kalau ini anak tau di mana makanan yang enak :))

Sindang Reret memang jadi salah satu tempat makan khas Sunda di Bandung favorit kami. Terletak di Jalan Raya Cikole No. 22 Lembang, Sindang Reret memiliki tempat yang luas dan nyaman. Selain restoran, Sindang Reret juga memiliki hotel/resort, wahana Kid Adventure, Mini Farm, Mini Zoo, Camping Ground dan fasilitas Outbound. Asli deh, bikin betah anak-anak.

Salah satu wahana Kid Adventure di Sindang Reret

3002

Saya belum sempat coba menginap di hotelnya sih. Lagipula dekat dari rumah. Tapi nanti pengen juga kapan-kapan kalau ada rejekinya ajak anak-anak sekalian menginap di hotel/resort Sindang Reret. Konsepnya seperti villa gitu. Adem lah pokoknya. Ratenya sekitar 600-1 juta tiap kamar.

Sementara ini baru ajak anak-anak makan dan main di Sindang Reret. Nah, kalau anak-anak anteng main di wahana Kid Adventure, saya malah anteng kenalan sama Cepot 😛

11150405_674962369299914_63182040676966352_n

Yang membuat betah sih, mushola Sindang Reret yang besar dan bersih. Ada kolam ikan dan taman juga di depan mushola.

rsz_img_20150502_133645

Musholla Sindang Reret yang luas (dokpri)

rsz_img_20150502_133217

Taman di depan musholla Sindang Reret Lembang

Dari banyak kelebihan yang dimiliki Sindang Reret, sudah jelas kalau Sindang Reret memang memiliki sajian khas Sunda yang sangat pas di lidah kami.

Jangan khawatir tidak kebagian tempat kalau berkunjung ke restoran Sindang Reret. Ada banyak kursi dan meja yang tersedia. Kalau tempat pilihan saya di area lesehan. Ada 5 tempat duduk lesehan yang cukup menampung sampai 10 orang tiap tempatnya.

10394612_611184885677663_7747143667768366084_n

Tempat duduk yang selalu sama tiap kali ke Sindang Reret 😀

Di Sindang Reret, setiap akhir pekan juga kita disuguhi live performance. Tentu saja yang ditampilkan juga pertunjukan khas Sunda, kacapi suling dengan alunan suara sinden yang merdu. Karena saya hafal beberapa lagu Sunda yang dulu diajarkan Abah dan Nene, perlahan saya pun ikut ngahaleuang 😀

IMG_57432

Kacapi Suling Live Performance di Sindang Reret

Soal makanan, seperti sudah saya bilang… sajian khas Sunda di Sindang Reret ini sangat pas di lidah saya. Bukan karena saya orang Sunda sih, tapi bagi mereka yang baru mengenal masakan Sunda pun saya jamin, bakal ketagihan.

Untuk makanan saya jagokan nasi liwet komplit khas Sindang Reret yang disajikan di dalam kastrol. Nasi liwetnya dilengkapi telur puyuh dan ayam suir. Pelengkapnya? Banyak!

Ada favorit saya nih…. tamusu yang empuknya pas dan tidak terlalu garing digoreng, ada ikan gurame bakar yang matangnya pas, juga ada jambal roti cabe hijau.

rsz_img_20150502_123104

Tamusu alias usus sapi… enak!

Kalau suami pilih sop ikan gurame. Rasanya? Tidak anyir dan anak-anak juga suka.

IMG_20151011_180832

Sop ikan gurame SIndang Reret… gak anyir nih. Mantap 😀

Eh, ada juga makanan yang katanya mah khas Sunda banget dan saya suka… saya suka. Apalagi kalau bukan…. semur jengkol!

IMG_20150502_123046_1430793853358

Semur Jengkol… bau? Gak tuh 😀

Ih.. tapi kan jengkol bau??? Gak perlu takut dengan baunya. Semur jengkol Sindang Reret ini gak bau sama sekali koq. Yang membuat semur jengkol Sindang Reret ini lebih spesial adalah… tidak ada jejak bau yang ditinggalkan di kamar mandi! Ahahaha… Padahal ini kan yang ditakutkan banyak orang setelah makan jengkol 😛

Soal harga, cukup sepadan dengan porsi dan rasa yang ditawarkan. Misalnya saja 1 mangkok besar ikan gurame (ukuran 1/2 kg) seharga Rp. 62.500,- dan ini cukup untuk 2-4 orang. 1 porsi semur jengkol 17.500,-. Kemarin kami pesan nasi biasa 10 porsi, sop gurame, sop iga bakar, 2 ayam goreng, tumis genjer, semur jengkol, 1 es campur, susu coklat, dan kopi bayar Rp.350.000,-. Alhamdulillah, perut kenyang dan dompet tetap aman karena dibayarin mertua hehe

Yang tak kalah penting, selama bertahun-tahun Sindang Reret mampu menjaga cita rasa setiap masakannya. Tiap kali berkunjung ke sini dan memesan hidangan yang sama, rasanya tidak berubah sama sekali.

Sama seperti saya yang kalau ke tempat makan pesannya itu lagi itu lagi, Ceuceu juga selalu pesan es campur Sindang Reret. Kata Ceuceu enak pake banget. Gak heran kalau di OpenSnap Es Campur Sindang Reret ini sampai mendapat bintang 5.

SS 2015-10-15 at 12.28.13 AM

Es Campur Sindang Reret yang mendapat bintang 5 di OpenSnap

Tahu OpenSnap kan? OpenSnap ini sebuah aplikasi mobile sosial yang khusus ditujukan bagi pecinta makanan yang diluncurkan oleh OpenRice. Kalau OpenRice sih sudah pada tahu donk ya… Situs terpercaya berisi review makanan dan restoran.

Di OpenSnap, kita bisa meng-upload dan membuat album foto makanan pribadi dan membagikannya ke sesama pengguna OpenSnap maupun ke jejaring sosial lain. Kita juga bisa melengkapi foto yang di-upload dengan review singkat, nama makanan, nama restoran, dan meng-tag pengguna OpenSnap lainnya.

Yang menjadikan OpenSnap sangat sosial adalah pengguna bisa mem-follow pengguna lain, memberi ‘like’, dan memberi komentar pada foto yang di-upload pengguna lain

Di OpenSnap kita dapat memberi atau melihat rating makanan dan restoran melalui foto. Ini membantu sekali buat kita yang sedang mencari referensi makanan dan restoran ketika berada di perjalanan. Apalagi karena OpenSnap ini merupakan produk OpenRice, kita bisa mendapatkan akses  ke lebih dari satu juta ulasan restoran di Asia, termasuk ulasan restoran di tujuh negara yaitu Tiongkok, Taiwan, Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Indonesia. Mantap kan?

Nah, OpenSnap punya fitur terbaru nih. Mau tau apa saja? Yuk kita ulas satu per satu…

  • Personalized Your Food App by Bookmark. Di sini kita bisa mem-bookmark restoran, serta jenis masakan dan makanan favorit. Bookmark ini bisa digunakan sebagai filter ketika kita sedang mencari restoran. Jadi kita dapat mengetahui restoran favorit dari banyak/tidaknya orang yang mem-bookmark restoran tersebut.
  • Social Visited. Kita dapat melihat restoran yang pernah dikunjungi oleh teman.
  • Map View. Kita dapat melihat berbagai restoran yang posisinya terdekat dari lokasi di mana kita berada.
  • Personalize Your Favorite Location. Kita dapat mengatur restoran-restoran di lokasi yang sering dikunjungi untuk menjadi laman terdepan.
  • Everyone Tab. Kita dapat terkoneksi dengan seluruh pengguna OpenSnap. Apa saja yang mereka makan, dan berapa rating-nya.

Gimana? Mudah dan memudahkan sekali ya? Sudah punya aplikasi OpenSnap di gadget? Temenan donk sama saya 😀

Kalau belum punya, yuk, download segera aplikasi OpenSnap. Jadi kita bisa saling bertukar informasi restoran dan makanan yang enak… kalau bisa sih sekalian traktir saya ahaha. Jangan lupa, ketika upload foto, pakai hashtag nama saya ya, #alvinna23 😉

2 thoughts on “Menikmati Sajian Khas Sunda di Sindang Reret Lembang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *