Andai Serangan Jantung dan Stroke itu tak pernah datang…

By | March 17, 2015

“Uwa… Abah, Wa!”, suara saya tercekat menahan tangis.

“Abah kenapa?”, tanya suara di seberang telepon.

“Abah… Abah udah gak adaaaaa!”, tangis pun buyar seketika.

“Gak ada gimana maksudnya?”, berusaha tenang Kakak saya meminta penjelasan.

“Pokoknya cepat pulang!”, pinta saya sambil menutup gagang telepon.

Sambil berlari ke luar, saya berteriak-teriak memanggil satpam. Tak ada satu pun orang di luar rumah. Wajar, siang itu semua orang terutama laki-laki sedang Jumatan. Sementara Nene menangis memeluk Abah, berusaha membangunkan Abah dari tidurnya yang mendadak sekali.

Pagi itu, Jumat, 13 Agustus 2010, Abah terduduk di teras rumah sambil membetulkan gerendel pagar yang susah dibuka. Terselip rokok di tangannya. Padahal saya sudah meminta Abah untuk menyuruh orang membetulkan pagar yang rusak itu. Kalau meminta Abah berhenti merokok sih tidak pernah bosan. Hanya saja Abah saat itu masih tidak bisa terpisahkan dari rokok.

Bukan Abah namanya kalau menyerahkan pekerjaan kepada orang lain sebelum beliau kerjakan sendiri. Sampai akhirnya, saya melihat Abah terhuyung dan duduk di kursi sambil terengah-engah. Segera saya ajak Abah ke klinik untuk berobat. Sampai di klinik, Abah diperiksa dokter umum dan diberi sejumlah obat-obatan. Selesai diperiksa, Abah meminta pulang.

“Mau minum obat, terus bobo. Capek”, kata Abah.

Kondisi Abah saat itu memang lebih payah dari biasanya. Setelah menemani Abah minum obat, Nene kemudian mencari kartu ASKES untuk persiapan ke rumah sakit.

Sayup-sayup terdengar suara Abah memanggil, dan ketika kami hampiri… Abah terlihat kejang-kejang dengan 3 kali tarikan nafas… badannya dingin sekali. Di tarikan nafas terakhir yang cukup panjang, badan Abah kemudian terkulai lemas.

Seketika kami mengucap istighfar. Nene memeluk Abah, mengguncang badan Abah. Sementara saya sambil menangis, segera menelepon kakak-kakak yang sedang dinas di Jakarta. Telepon yang tidak dijawab karena kakak-kakak pastilah sedang sholat Jumat membuat saya semakin panik.

Selesai menelepon saya segera lari ke masjid, meminta jamaah yang sedang khusyu mendengarkan khutbah segera menolong Abah. Beberapa jamaah dan tokoh di masjid yang cukup dekat dengan Abah mengerti kepanikan saya. Khutbah Jumat dipercepat. Segera mereka menyusul ke rumah, beberapa menyiapkan mobil untuk membawa Abah ke rumah sakit.

30 menit setelah tertidur, Abah tersedak. Saya dan Nene segera memeluk Abah, mengucap syukur atas “kembali”nya Abah menemui kami.

Abah setelah terkena serangan jantung, persiapan operasi pemasangan ring

Abah setelah terkena serangan jantung, persiapan operasi pemasangan ring

Momen di hari Jumat itu menjadi peristiwa yang paling saya ingat. Serangan jantung mendadak membuat saya sempat kehilangan Abah. 17 Agustus 2010, Abah menjalani operasi pemasangan ring. Tidak hanya satu tapi 2.

Setahun kemudian, Abah kembali menjalani pemasangan ring karena pembuluh darah yang menyempit semakin meluas. Sementara angiografi sudah tak terhitung berapa kali Abah jalani. Hampir setiap kali Abah tersengal-sengal menahan beratnya nafas, angiografi selalu dilakukan.

Seperti ini proses kateter angiografi yang Abah jalani, selang kecil dimasukkan ke dalam pembuluh darah, mencari daerah mana yang mengalami penyempitan… Sementara kami, di ruang tunggu menunggu dengan tegang.

Setelah menjalani pemasangan ring, kondisi kesehatan Abah semakin menurun. Tabung oksigen adalah benda wajib yang menemani Abah setiap hari. Satu tabung hanya cukup untuk dipakai selama 2 hari.

Tak cukup sampai di situ, selang beberapa waktu setelah pemasangan ring kedua, Abah terserang stroke. Kembali kami berbondong-bondong ke rumah sakit. Beberapa bulan setelah serangan stroke pertama, Abah kembali terserang stroke kedua. Kondisi mulut yang sempat mencong ke kiri kembali normal setelah Abah dirawat sekitar 10 hari di rumah sakit.

Abah saat terserang stroke yang kedua

Abah saat terserang stroke yang kedua

Dokter saat itu mewanti-wanti, jangan sampai Abah terkena stroke yang ketiga kali.

Sebisa mungkin Nene menjaga kondisi kesehatan Abah. Tapi ya Abah tetaplah Abah, segala sesuatunya selalu ingin dikerjakan sendiri tanpa memperhatikan kesehatannya sendiri. Sampai Abah mengeluh nyeri di area selangkangan, Abah terkena hernia dan harus segera dilakukan operasi.

Sebagai persiapan operasi, obat pengencer darah yang harus diminum Abah setiap hari terpaksa harus dihentikan dulu. Dokter meminta Abah mengentikan obat pengencer darah selama 1 minggu. Tapi baru hari ketiga, Abah sudah mengeluh sesak. Tak mau kondisi Abah semakin parah, saya segera membawa Abah ke RS tempat Abah rencananya dioperasi.

Dokter pun menyarankan agar Abah segera dioperasi hari itu juga, tentunya setelah menjalani berbagai pemeriksaan laboratorium. Sementara saya dan Nene pulang membawa baju dan perlengkapan menginap lain, Abah sudah bisa beristirahat di kamar rawat inap, menunggu jadwal operasi nanti malam.

Baru saja membuka pintu pagar, ada telepon dari nomer yang tidak saya kenal. Rupanya ini dari Rumah Sakit yang mengabarkan kalau Abah terkena stroke, yang ketiga! Innalillahi wa inna ilaihi rojiun… berbagai pikiran berkecamuk… entah bagaimana kondisi Abah sekarang. Membawa baju seadanya, segera kami kembali ke Rumah Sakit.

Kondisi Abah… ah, saya tidak kuasa menggambarkannya. Stroke kali ini memang cukup parah, tak heran jika dokter sempat mewanti-wanti agar Abah jangan sampai terkena stroke yang ketiga kali.

Sekujur badannya lumpuh total, Abah tidak bisa diajak bicara karena mulut dan rahang yang terkunci. Semua respon hanya dilakukan melalui kedipan. Makanan pun hanya bisa masuk dalam bentuk cair, melalui sedotan. Lebih parah lagi, Abah malah seringkali muntah-muntah setelah minum atau makan.

Karena kondisi Abah yang tidak kunjung membaik, kami sampai meminta Abah dipindahkan ke rumah sakit yang lebih besar. 1 bulan di rumah sakit, perlahan kondisi Abah memang berangsur membaik, tapi masih dengan badan bagian kiri yang lumpuh total, jangankan berjalan sendiri, sekedar bangun untuk duduk di tempat tidur pun Abah perlu bantuan orang lain.

Hampir satu tahun berlalu sejak serangan stroke ketiga, Abah menjalani berbagai terapi baik itu Terapi Jantung atau pun Terapi Stroke. Cukup banyak Klinik Terapi Jantung dan Klinik Terapi Stroke yang Abah kunjungi. Sekarang kondisi Abah sudah jauh lebih baik. Abah mulai bisa berjalan tanpa bantuan tongkat, hanya saja kaki sebelah kiri masih agak diseret. Berat, kata Abah. Tangan kiri Abah juga masih belum pulih dari lumpuh.

Sudah tidak terhitung biaya yang kami keluarkan untuk biaya pengobatan Abah mulai dari pemasangan ring yang pertama sampai stroke ketiga kemarin. Meski sebagian besar biaya ditanggung oleh ASKES (sekarang BPJS), tetapi tetap saja… lebih baik Abah tidak pernah terkena serangan jantung dan stroke seperti sekarang ini. Ah, yaa… Andai serangan jantung dan stroke itu tidak pernah datang… semua akan jauh lebih baik.

Cegah Serangan Jantung dan Stroke Sejak Dini

Stroke merupakan kumpulan gejala yang muncul akibat adanya kerusakan pada pembuluh darah di otak. Umumnya gejala stroke muncul secara mendadak tanpa ditandai keluhan sebelumnya. Ketepatan dalam mengetahui gejala stroke dan juga kecepatan pasien mendapatkan bantuan medis sangat menentukan kesembuhan pasien yang terserang stroke. Stroke bisa sembuh sempurna apabila penderita berhasil mendapat penanganan medis kurang dari tiga jam dari gejala awal. Sayangnya, saat Abah terkena serangan stroke ketiga, rumah sakit pertama memberikan penanganan medis yang kurang optimal.

Begitu juga dengan serangan jantung, yang terjadi karena pembuluh darah mengalami penyempitan/penyumbatan. Agar darah bisa mengalir sempurna, Abah dan juga banyak pasien jantung harus memakai ring atau bahkan sampai menjalani operasi by-pass.

Abah memang masih jauh lebih beruntung dibanding orang lain. Tak sedikit orang yang meninggal di serangan jantung ataupun stroke yang pertama. Di Indonesia, jantung masih merupakan penyakit pembunuh no 1, menyusul stroke di posisi ketiga. Kalaupun serangan jantung dan stroke tidak sampai menyebabkan kematian, kondisi kesehatan penderita serangan jantung dan stroke tidak akan pernah sama dengan sebelumnya.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah datangnya serangan jantung dan juga stroke?

Mulailah pola hidup yang sehat. Perhatikan asupan makanan, menjauhi rokok dan alkohol, beristirahat yang cukup, berolahraga secara rutin bisa menghindarkan kita dari serangan jantung dan stroke.

Stroke dan juga serangan jantung bisa dicegah dengan perawatan kesehataan secara intensif di Klinik Terapi Stroke Stanmed Center melalui terapi ozon. Terdapat terapi apheresis dan terapi saline infusion. Kedua terapi ini memiliki manfaat sama yaitu untuk memperlancar sirkulasi darah sampai keseluruh tubuh termasuk otak, mencukupi asupan ke oksigen ke jantung, dan mengoptimal fungsi organ tubuh. Yang membedakan dari kedua terapi ini hanya pada media penggunaannya.

Terapi Apheresis di Stanmed (Sumber : )

Dengan terapi Ozon ini, sel darah merah meningkat sehingga kekebalan tubuh meningkat dan terjadi penurunan kekentalan darah. Kalau selama ini Abah perlu meminum obat pengencer darah setiap hari, dengan terapi ozon darah menjadi lebih encer dan lancar peredarannya dan tentu saja ini sangat membantu pasien penyakit jantung. Tak hanya itu, pasien stroke juga bisa terbantu karena terapi ozon bisa memperbaiki peredaran darah ke otak. Proses penyembuhan penyakit kanker juga bisa terbantu dengan terapi ini. Mengingat sel-sel kanker sifatnya anaerobik, tidak membutuhkan oksigen. Padahal Ozon yang dimasukkan ke dalam tubuh mengandung oksigen. Karena kebanjiran oksigen, sel-sel anaerobik itu akan mati.

Penasaran apa dan bagaimana Terapi Ozon di Stanmed Center? Yuk simak video berikut ini…

Ibarat kertas yang sudah diremas, sulit mengembalikan kertas itu kembali utuh tanpa bekas. Seperti yang terjadi pada Abah. Mencegah memang jauh lebih baik daripada mengobati…

Selain terapi ozon, Klinik StanMed juga melayani terapi perawatan kecantikan kulit tubuh. Penasaran seperti apa? Kunjungi langsung  Stanford Medical Center, Klinik Terapi Ozon dan Anti Aging Terbaik di Indonesia di :

Jl. Hang Lekir Raya No. 9 Jakarta Selatan
Telepon: 021 722 8899
Pin BB: 283ac0ce
Email : info@stanfordcenter.com
Facebook : StanfordMedicalCenter
Twitter : @STANMEDCenter

“Tulisan ini diikutikan dalam Giveaway Terapi Ozon yang disponsori oleh ‘Stanmed Center’ Klinik Kesehatan dan Kecantikan”m

7 thoughts on “Andai Serangan Jantung dan Stroke itu tak pernah datang…

  1. Aida Al Fath

    kereeen tulisannya… moga abahnya lekas sembuh ya mbak.. nggak kumat lagi. ngeri banget liat pasien terbaring lemah gitu… mau jaga jantungku aah.. sukses lombanya

    Reply
  2. adi

    Subhanallah, lebih baik mencegah daripada mengobati ya Mak, btw selamat ya mak menang artikelnya…

    Reply
  3. Tanti Amelia

    Selamat ya teh Orin keren…

    selama ini tahunya terapi Ozon cuma untuk gaya gayaan weee…. :(((
    tak kenal maka tak sayang ya

    Reply
    1. oRiN Post author

      hihi.. saya malah tadinya gak tau soal terapi ozon ini mak… pas abah kena stroke cari tau terapi buat stroke, dan nemu terapi ozon.. sayang, jauh dari Bandung 🙁

      Reply
  4. Eka Fikry

    ow..ow..ow….Baru tau soal terapi ozon mak….baru tau juga kIsah ttg abahnya…

    Btw, Selamat ya, mak, sdh menang…:)

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *