“mun hidep meunang tunggara
ulah rek aral subaha
jodo, pati, bagja, cilaka
eta kadar nu maha kawasa”
Begitulah pepatah sunda dan juga keyakinan dalam Islam yang seringkali saya dengar. Khususnya saat saya ataupun orang lain mendapat anugrah ataupun musibaH. Walaupun boleh dibilang, lebih banyak saya dengar saat musibah datang. Sepertinya disampaikan dalam rangka membesarkan hati… hehehe
Empat elemen tadi, jodo, pati, bagja dan cilaka, disepakati sebagai suratan takdir yang tidak dapat diubah…
Tentang jodo atau jodoh… Alhamdulillah, sampai saat ini saya telah memperoleh jodoh yang sama sekali tidak pernah terbayangkan. Tentunya itu terjadi karena diatur oleh Allah SWT sedemikian rupa. Apa yang sulit setelah memperoleh jodoh adalah mempertahankannya. Well… percayalah, saat orang bilang mempertahankan itu lebih susah dibanding meraih, sampai tahun ke-10 ini iya… memang susaahhhh! Hahahaha… mudah-mudahan saya bisa… aamin.
Dalam perjalanan hidup saya, sejak lahir sampai saat saya menulis ini banyak kesenangan dan anugrah alias bagja yang tidak terhitung jumlahnya. Dan sudah sepatutnya saya bersyukur akan hal ini… Alhamdulillah.
Soal cilaka atau celaka… kalau diingat-ingat, hanya beberapa kali saja saya mendapatkan musibah dalam perjalanan hidup saya. Walaupun semuanya hampir bisa dipastikan membahayakan jiwa saya sendiri.
Tapi yang namanya takdir memang tidak bisa kita ubah. Meskipun mengalami banyak kecelakaan yang boleh dibilang mengerikan, alhamdulillah sampai saat ini pati atau maut belum menghampiri saya…
Seperti jatuh tergelincir ke jurang sewaktu naik ke Gunung Gede di pertengahan 1999 yang lalu saat sedang menempuh pendidikan dasar, saya tersangkut di pohon dan beruntung hanya mengalami sedikit robek di kaki yang masih berbekas sampai sekarang. Padahal saat jatuh itu saya sendirian. Keluar dari jurang pun merayap sendirian, tidak ada yang tahu kalau saya terjatuh ke jurang. Kalau dibayangkan saat ini, saya yang buta arah tidak berbekal makanan apapun merayap mencari jalan keluar dari jurang dengan luka robek besar di kaki, rasanya saya tidak akan mampu bertahan. Luka itu masih berbekas sampai sekarang, kenang-kenangan 🙂
Kecelakaan mengerikan lain yang sampai saat ini masih terbayang adalah saat saya jatuh dari ojeg. Saat itu ojeg yang saya tumpangi melaju di kecepatan 50-60 km/jam. Saya tahu persis karena saya memperhatikan speedometernya. Ojeg yang saya tumpangi tiba-tiba menyenggol motor yang ada di samping kiri saya, lalu ojeg terjatuh dan tentu saja saya juga si mang ojeg ikut terjatuh dan terseret motor sejauh hmmmm… berapa meter ya? Kira-kira 50 meter lah. Kaki terjepit motor yang jatuh, terseret di jalan raya yang biasanya dilalui mobil bahkan bis yang melaju kencang membuat saya menegakkan kepala sambil memegang badan tukang ojeg… Sumpah… sereeeeem! Bayangkan saja, terkapar terseret motor di jalanan ramai. Takut tiba-tiba ada mobil/bis/truk yang tiba-tiba saja datang lalu tidak sengaja melindas kami -saya dan tukang ojeg-
Alhamdulillah… kami selamat, saya cuma mengalami baju, celana dan kerudung sobek, lecet di beberapa bagian kaki dan tangan juga punggung, 2 kuku jari tangan sedikit terangkat, kepala bagian belakang yang terantuk helm lumayan bikin pegal, semua masih menyisakan bekas sampai sekarang. Pegal dan panas dingin yang dialami saat itu, wah… jangan ditanyakan lagi… saya masih suka ngeri dan ngilu sendiri kalau melihat orang lain yang kecelakaan motor…
Tapi ya itulah takdir… semua sudah ada yang mengatur. Kita hanya bisa berusaha dan tentu saja berdoa. Semua harus sejalan. Saat apa yang kita inginkan ternyata tidak sesuai harapan, semua masih tetap harus kita syukuri. Karena dengan jalan itulah kita bisa menghargai apa yang telah kita raih sebelumnya. Hahahaha… ngomong apa sih??? Mau dihapus tapi koq ya gak tega… ya sudahlah… di publish saja… berangkaatttt!!!!!!!!!