[Basa Sunda] Saciduh Metu, Saucap Nyata

By | November 8, 2016

Pernah mendengar ungkapan “Ucapan adalah doa?“. Percaya kalau apa yang kita ucapkan adalah doa yang bisa saja dikabulkan oleh Allah SWT? Kalau saya sih, percaya.

Dulu kakak saya selalu sesumbar, kalau kelak punya anak, anak-anaknya akan dinamai Tangkal Tangkil atau Gnetum Gnemon. Lho? Apa itu? Bagi penggemar sayur asam, seharusnya sudah tidak asing lagi dengan yang namanya melinjo. Nah… dalam bahasa Sunda, melinjo adalah Tangkil. Terus beneran nih anaknya mau dikasih nama melinjo alias Tangkal Tangkil? Hihi.. ya gak lah.

Itu mah kakak saya aja yang memang hobinya bercanda. Lagipula, ketika kakak saya sesumbar seperti itu, beliau belum nikah sama sekali. Punya pacar saja belum wkwkwk

Sampai akhirnya beliau menikah di awal tahun 2011 dan gak lama kemudian istrinya hamil. Senang donk. Alhamdulillah, sebentar lagi lengkaplah Abah dan Nene punya cucu dari semua anak-anaknya. Ketika kakak ipar memeriksa kandungannya ke dokter, ada yang membuat kaget sekaligus takjub.

Kakak ipar HAMIL KEMBAR! 

Wowwww. Apa yang kakak saya selalu dengan sengaja disesumbarkan ke siapa saja dan kapan saja, bahwa kelak jika punya anak akan dinamai Tangkal Tangkil atau Gnetum Gnemon karena ingin punya sepasang anak kembar, ternyata diijabah!

Boleh dibilang, apa yang diucapkan oleh kakak saya selama ini ibarat sebuah paribasa Sunda: saciduh metu, saucap nyata.

Agak ngeri sih sebenarnya. Karena  apa yang diucapkan oleh kakak saya, meskipun hanya bercandaan, ternyata menjadi kenyataan. Itulah sebabnya, sebelum mengatakan sesuatu sebaiknya kita juga berpikir panjang dan senantiasa menjaga lisan maupun tulisan. 

Besok-besok mau minta disumpahin kakak kaya raya, panjang umur, sehat dan berkah usianya ahhhh…

Dari banyak cucu yang dimiliki Abah dan Nene, baru kali ini punya cucu kembar. Senangnya dobel tentu saja. Segala rasa mulai dari khawatir, penasaran, sampai gak sabar, campur aduk.

Yang terbayang oleh saya sih… ketika hamil satu bayi saja, mual-mual dan pegal-pegalnya sampai gak karuan, ini bagaimana kalau ada 2 bayi di dalam perut ya?

Persiapan kehamilan kembar tentu saja berbeda dengan kehamilan biasa. Bukan apa-apa, resiko kehamilan kembar juga lebih tinggi daripada tunggal. Tidak hanya resiko saat melahirkan, tetapi juga selama menjalani kehamilan. Karena itu ada beberapa hal yang harus mendapatkan perhatian ekstra.

Misalnya saja ketika kakak ipar diketahui hamil kembar, perut kakak nampak lebih besar dibanding perut ibu hamil tunggal yang sama usia kehamilannya. Wajar, perutnya isi dua hehe… Jadi siap-siap saja sedia baju hamil lebih cepat dibanding ibu hamil tunggal. Baju-baju bayi, sudah jelas harus disiapkan lebih banyak dibanding hamil tunggal.

Karena perutnya isi dua ini juga, ibu hamil kembar harus siap-siap bertambah berat badan dengan cepat. Siap-siap juga untuk mabuk lebih berat dibanding ibu hamil tunggal di trimester pertama dan perut lebih sesak di trimester terakhir. Bayangkan saja, dua bayi desak-desakan di dalam perut. Kadang akur, kadang saling tendang haha…

Yang jelas sih, karena harus menopang dua bayi di dalam perut, punggung dan pinggang harus ekstra kuat. Selain asam folat, kalsium juga jangan sampai ketinggalan.

Sejak tahu hamil kembar, kakak dan kakak ipar sudah siap-siap untuk menghadapi proses persalinan dengan operasi. Ya, selain pinggul kakak ipar kecil, sepertinya kehamilan kembar yang dilahirkan secara spontan memang jarang ya? Mungkin dilihat dari faktor resiko juga. Sebenarnya baik hamil tunggal maupun kembar, kalau memang tidak ada masalah, inginnya mah proses lahirannya normal. Tapi kan gak ada salahnya kalau kita juga persiapan jika harus melahirkan dengan operasi.

Alhamdulillah, di tahun 2012, lahirlah Dua makhluk kembar yang sudah dicita-citakan kakak saya sejak masih SMA.

Nah, pas udah lahir… malah bingung nih. Yang mana ya yang mau dikasih nama Tangkal? Yang mana Tangkil? Ayo tebak? ss-2016-12-09-at-5-21-40-am

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *