Journalist wannabe…

By | April 18, 2015

“Teh, dipanggil sama Pak Lurah ke desa”, seorang petugas desa menghampiri saya yang sedang memberi makan ikan di kolam depan.

Waduh, saya punya salah apa ya sama Pak Lurah? Lagipula boleh dibilang saya ini orang baru disini. Pak Lurah gak mungkin lah kenal saya. Nama saya saja pasti Pak Lurah gak tahu. Kalau kenal sama mertua ya mungkin saja… soalnya mertua dan anak mertua kan lebih lama tinggal di desa yang sama hihi…

Dengan perasaan tak menentu saya pun menghadap Pak Lurah di kantornya. Setelah basa-basi ngobrol ini itu, ternyata Pak Lurah meminta saya untuk meliput acara di desa. Rencananya acara ini akan dihadiri oleh Pak Bupati dan beberapa panitia MDGR (Masyarakat Desa Gotong Royong). Jadi Pak Lurah meminta saya melakukan dokumentasi foto dan video sekaligus.

Hmm… koq bisa Pak Lurah meminta saya melakukan tugas liputan seperti itu? Ternyata Pak Lurah mendapatkan laporan kalau saya seringkali datang ke acara-acara di kelurahan, di kecamatan, di sekolah, bahkan sekedar sisingaan tiapkali ada tetangga yang hajatan sambil membawa kamera besar alias DLSR, kaya’ wartawan.

Bahaha… Padahal bukan untuk meliput seperti tugas wartawan sih, suka saja foto-foto kegiatan yang bisa jadi tidak akan bisa saya temui lagi di kesempatan yang lain. Meski kualitas fotonya juga seadanya, tapi berkat sering bawa kamera kemana-mana ini, saya jadi punya pekerjaan sampingan. Jadi tukang foto keliling! Hihihi..

Selain Pak Lurah, beberapa tetangga meminta saya mendokumentasikan acara sunatan dan ulang tahun. Yaaa… lumayan lah, yang penting dapur tetap ngebul dan saya pun semakin eksis haha

Kalender dan DVD dokumentasi ulang tahun seorang anak teman :D

Kalender dan DVD dokumentasi ulang tahun seorang anak tetangga… mau dibikinin juga??? 😀

Tapi membawa kamera kemana-mana itu tidak selamanya enak. Terutama ketika saya ingin segera mengunggah hasil jepretan saya ke medsos. Bayangkan saja, dari kamera harus saya pindahkan dulu ke laptop. Padahal laptop saya juga tidak punya Card Reader. Jadi alternatifnya harus pakai card reader tambahan atau langsung dari kamera ke laptop dengan memakai kabel data. Dari laptop kemudian diunggah melalui modem atau teethering lewat HP. Masih mending kalau di sekitar ada Wifi. Ah, pokoknya repot!

Unggah foto hasil jepretan kamera HP? Meski kamera HP saya sudah cukup canggih, tapi tetap saja tidak secanggih kamera DSLR, terutama untuk hasil jepretan makro dan jarak jauh.

Kemarin suami baru saja mencoba membeli lensa makro untuk kamera HP. Hasilnya memang berbeda dengan hasil jepretan tanpa lensa makro.

Kalau saya sih lebih tertarik dengan lensa tele untuk kamera HP. Sebagai journalist wannabe, saya memang lebih suka mengambil momen yang terjadi tanpa diketahui objek foto dari kejauhan. Eh, ini sebenarnya journalist wannabe atau paparazzi wannabe ya??? :)))

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *