“Ceu… nanti gak usah beli baju lebaran ya?”, tanya saya ke Ceuceu yang sedang asyik ngabuburit sambil membaca komik.
“Emangnya kenapa?”, bukannya menjawab pertanyaan saya, Ceuceu malah bertanya balik.
“Gak apa-apa sih, sayang aja baju lebaran yang dipakai sholat Ied tahun kemarin kan masih cukup. Terus sekarang harus beli seragam buat sekolah, seragam Ceuceu kan udah kecil. Belum lagi seragam pramuka juga kan ganti model, jadi harus beli lagi”, saya memberikan alasan kenapa tahun ini memilih tidak membeli baju lebaran.
“Kalau Teteh? Gak beli baju lebaran juga?“, tanya Teteh.
“Baju lebaran Teteh yang kemarin juga masih cukup. Teteh sekarang harus pake rok panjang, jadi sama harus beli seragam baru”, jawab saya.
“Ade gimana?”, tanya Teteh lagi.
“Kalau Ade kan gak beli seragam, baju kokonya udah kecil. Adenya gendut sih. Jadi Ade beli baju koko aja”, jawab saya.
“Tapi mukena Ceuceu udah kependekan, gimana?“, tanya Ceuceu.
“Iya, mukena Teteh juga udah segini”, Teteh menunjuk pergelangan tangannya.
“Hmmm… oke, kalo mukena boleh beli baru. Tapi sholatnya janji ya, gak boleh dinanti-nanti, begitu denger adzan gak perlu disuruh-suruh lagi. Langsung ambil wudhu terus sholat”, saya berusaha membuat perjanjian dengan anak-anak.
“Satu lagi! Lebaran nanti pengen ke rumah Nene”, seru Ceuceu
“Ya iya, atuh. Pasti ke rumah Nene, semuanya pasti kumpul, liburan di sana”, jawab saya.
“Oke, cocok!”, jawab Ceuceu dan Teteh serempak sambil melingkarkan jempol dan telunjuknya dengan logat mirip Ubed di Preman Pensiun 2, sinetron favorit mereka.
Lebaran tahun ini memang berbarengan dengan tahun ajaran baru. Sebenarnya sih tahun kemarin juga sama. Hanya saja di tahun kemarin saya tidak terlalu dipusingkan dengan keperluan sekolah.
Tahun lalu Ceuceu memakai seragam lamanya yang masih cukup. Sengaja 2 tahun kemarin saya membeli seragam yang agak panjang. Kelebihan ukurannya saya lipat saja. Jadi tahun kemarin hanya perlu membuka lipatannya agar rok seragam Ceuceu masih bisa dipakai.
Begitu juga dengan tas. Sudah 3 tahun ini Ceuceu belum dibelikan tas baru. Hanya sepatu yang perlu beli baru tiap tahun. Pertumbuhan kaki Ceuceu memang terbilang cukup cepat. Tiap tahun selalu bertambah 1 nomor. Kalau diberikan 2 nomor lebih besar juga kasihan, pastinya jadi tidak nyaman dipakai.
Tahun kemarin Teteh memang baru masuk SD. Tapi tidak semua keperluan sekolahnya baru. Hanya beberapa saja seperti seragam putih, tas dan sepatu. Seragam merah, pramuka, batik dan olahraga masih ada bekas Ceuceu. Masih bagus koq.
Sementara tahun ini, selain karena seragam merah putih yang kekecilan, seragam pramuka juga ganti model. Otomatis anak-anak tetap harus membeli seragam pramuka model baru. Apalagi Ceuceu memang aktif di pramuka.
Segala keperluan sekolah sudah saya siapkan jauh hari sebelum lebaran. Biar tenang saja.
Sekarang tinggal memikirkan urusan mukena. Ngomong-ngomong soal mukena, saya hanya punya dua mukena. Satu mukena mas kawin dari suami 11 tahun yang lalu dan di beberapa bagian sudah mulai sobek, satu lagi mukena parasit hadiah dari acara pengajian siraman saudara beberapa tahun yang lalu dan saya gunakan kalau berpergian. Sudah ada bagian yang sobek juga. Boleh dibilang kalau mukena saya sudah tidak layak pakai. Jadi saya pun memutuskan untuk ikut membeli mukena bareng anak-anak.
“Kaya’nya seru juga nih punya mukena seragam bareng anak-anak”, begitu pikir saya.
Kebetulan, seorang teman membuat mukena yang saya cari, mukena couple ibu dan anak. Segera saya hubungi teman saya. Di luar dugaan, teman saya memberikan diskon yang cukup besar. Alhamdulillah.
Urusan baju lebaran aman, urusan mukena beres, masih ada urusan lain yang menjadi beban.
Siapa pun pasti setuju kalau tinggal dekat dengan mertua itu rasanya enak dalam tanda kutip. Ya, meskipun selama ini juga tidak pernah ada perselisihan antara saya dan mertua, saya tetap saja merasa canggung. Seolah setiap gerak-gerik saya ada yang mengawasi hihihi… Atau ini hanya perasaan saya saja ya? 😀
Wajar sih, suami saya anak laki-laki pertama dan satu-satunya yang mertua miliki. Lagipula bukankah memang seorang suami adalah milik ibunya? Ibu mana yang tega anaknya tidak terurus dengan baik? Jadi selalu ada rasa khawatir kalau saya tidak bisa memperlakukan suami sebaik mertua memperlakukan anaknya. Mulai dari urusan makanan, pakaian sampai dekorasi rumah.
Mertua memang tinggal terpisah dengan kami. Hanya saja saya dan suami tetap harus meminta pertimbangan mertua soal dekorasi rumah. Terlebih rumah yang kami tempati memang bekas rumah mertua. Rumah ini terakhir dicat sekitar 5-6 tahun yang lalu, sebelum kami pindah ke sini.
Catnya sih masih bagus, tidak ada yang mengelupas atau pudar. Hanya saja melihat dinding rumah kami seperti masuk ke area pameran seni rupa yang dipenuhi lukisan abstrak.
Lukisan abstrak di atas hanya sebagian kecil dari banyak lukisan yang dipamerkan di dinding rumah saya. Siapa lagi tersangkanya kalau bukan anak-anak. Salah satunya yang tertangkap basah di bawah ini…
Bukan sekali dua kali mertua bilang agar kami segera mengecat dinding yang penuh dengan coretan dan tempelan stiker. Tapi dengan pertimbangan ketika itu anak-anak masih sangat hobi melukis di dinding, permintaan mertua ini kami abaikan.
Berhubung sekarang anak-anak sudah mulai besar (Kelas 5 dan 1 SD plus 1 anak PAUD saya anggap sudah besar, sudah bisa cuci piring sendiri sih :D), saran mertua untuk mengecat ulang dinding mulai kami pertimbangkan.
Suami mulai hunting warna untuk cat dinding dalam rumah. Bingung? Pastinya. Kalau langsung datang ke toko bangunan dan memilih cat di sana, kurang afdol juga. Takutnya sampai di rumah ternyata cat yang sudah kita beli malah berbeda dengan yang dibayangkan Dan biasanya sih memang begitu.
Untungnya ada Dulux Visualizer. Tentunya ini juga tidak mudah. Yang berdebat soal warna bukan hanya saya dan suami. Tapi juga mertua 😀
Setelah melalui perdebatan sengit selama berhari-hari, bolak balik mensimulasikan warna cat dinding dan memperlihatkannya pada mertua, akhirnya semua sepakat, pilihan jatuh ke warna Point d’Esprit.
Bismillah…
Suami pun segera membeli cat dengan warna yang disepakati. Berdasarkan perhitungan di web Dulux, diperlukan cat sebanyak 6.6 L untuk ruangan sebesar 36 m2. Jadi suami membeli 3 kaleng cat.
Suami bilang kalau cat ini dibuat langsung di Depo Bangunan dengan menggunakan mixer seperti ini.
Petugas di Depo Bangunan bilang, dengan mixer seperti ini presisi cat lebih terjaga. Hanya berbeda beberapa persen saja dari warna di katalog. Baiklah, kalau begini tidak perlu khawatir cat yang sudah dibeli tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Sekarang urusan mengecat dindingnya. Bayar orang? Hmmm… kalau cuma mengecat dinding, rasanya tidak perlu menyuruh orang. Toh di rumah juga ada 3 orang yang bisa dikaryakan untuk membantu saya mengecat dinding hihi… lumayan kan sambil ngabuburit. Iya, siapa lagi kalau bukan Ceuceu, Teteh dan Ade yang saya minta bantuannya untuk menyelesaikan proyek besar ini 😀
Selama tiga hari kami mulai mengecat sejak Dzuhur sampai jelang Maghrib, ruang depan, ruang tengah dan ruang dapur. Kebetulan saja anak-anak memang tidak terlalu rewel soal makanan untuk buka puasa. Jadi saya tidak perlu repot-repot menyiapkan hidangan buka puasa. Perhatian mereka pun teralihkan dengan mengecat dinding ramai-ramai.
Sayangnya aktivitas anak-anak saat mengecat dinding tidak sempat saya abadikan. Soalnya memang tidak ada yang memoto kami. Sementara saya naik ke atas tangga mengecat bagian atas, anak-anak mengecat bagian bawah. Boro-boro inget difoto sih… yang ada juga pegal leher saya. Belum lagi saya harus bolak-balik naik turun tangga demi membersihkan lantai yang terkena tetesan cat dari kuas dan rol yang dipegang anak-anak 😀
Suami? Suami kan ngantor. Jadi pas suami pulang pekerjaan kami sudah selesai 😀
Jadi biar tak dikira hoax, saya foto kaleng catnya saja ya… 😀
Kenapa memilih Easy Clean? Ya dengan riwayat tembok yang jadi seperti lukisan abstrak, rasanya pilihan Dulux Easy Clean sangat tepat. Kotor dikit, tinggal bersihkan. Benar-benar easy.
Tak hanya ruang depan dan ruang tengah, dapur pun sekalian saya cat ulang. Anak-anak memang tidak akan mencoret-coret dinding dapur, tapi dinding dapur seringkali terkena cipratan minyak atau cairan masakan lain.
Nah, pakai Dulux Easy Clean saya tidak perlu khawatir dinding dapur mudah kotor dan mengundang banyak kuman. Begitu selesai masak, tinggal saya bersihkan dengan lap basah. Ya, meskipun dapurnya tidak bagus tapi setidaknya saya punya dapur yang bersih 😀
Ternyata untuk ruangan sebesar kurang lebih 36 m2 (ruang depan, tengah + dapur), saya memerlukan 2 kaleng cat Dulux Easy Clean 2,5 L. Ini sudah 2 kali lapisan.
Kalau dari aturan pakainya sih 2.5 L cat Dulux Easy Clean ini memiliki daya sebar 11 m2/L, dan seharusnya untuk ruangan sebesar 36 m2 perlu 6.6 L cat. Tapi namanya juga manajer keuangan yang baik, demi sebuah pengiritan kemarin saya melakukan pengenceran sebanyak kurang lebih 10-20%, jadi yang seharusnya perlu 6 L cat jadi hanya menggunakan 5 L cat Dulux Easy Clean. Tapi hasilnya tetap ok, koq.
Nah, dengan selesainya acara mengecat dinding rumah, sebelum lebaran semua urusan benar-benar sudah selesai. Senang tentu saja.
Yup, meskipun tanpa baju lebaran, tapi kami tetap senang. Kalau Teteh bilang, “baju baru alhamdulillah, tuk dipakai di hari raya… tak ada pun tak apa-apa, masih ada mukena baru…”
Mertua? Ikut senang karena permintaannya untuk segera mengecat ulang dinding rumah kami sekarang sudah terlaksana. Lebaran kali ini dinding rumah kembali bersih dan bebas dari coretan. Tak hanya itu, cat yang dibeli suami ternyata berlebih. Karena masih ada sisa cat sebanyak 1 kaleng, mertua bilang kalau cat sisa ini mau mertua pakai juga di rumahnya. Mertua bilang, “alus… asa caang”
Eh, iya. Bicara soal kemenangan, kita juga bisa memenangkan banyak hadiah lho. Hanya dengan modal narsis dan berpartisipasi di kontes foto #WarnaKemenangan di website Dulux. Ada table storage, rocking chair, bedside table, sampai Xiaomi Redmi 2!
Caranya gampang banget koq…
- Klik http://warnawarnikemenangan.com/
- Pilih stiker kebahagiaan sesuai dengan tema foto, ada 10 pilihan. Stikernya lucu-lucu, ada stiker segepok uang untuk tema mudik, baju untuk baju lebaran, mobil untuk mudik, dan gambar stiker lain sesuai tema foto.
- Pilih warna frame yang diinginkan dengan klik panah kiri atau kanan.
- Masukkan foto dengan menggunakan webcam atau unggah foto dari komputer.
- Klik Next dan foto terupload otomatis.
- Jangan lupa untuk menuliskan cerita behind the scene yang berkaitan dengan foto tersebut. Isi juga data diri lengkap sesuai instruksi.
- Klik Submit dan foto kita akan masuk ke gallery Dulux.
Nih foto saya di Gallery Dulux
Foto di atas saat kami berkumpul di rumah Nene. Yup, ini untuk memenuhi janji saya mengajak anak-anak liburan bersama sepupunya di rumah Nene. Alhamdulillah, semua ikut bahagia.
Kebahagiaan belum lengkap tanpa diskon, yess? Sebagaimana saya yang berbahagia karena teman memberikan diskon atas mukena couplenya, Dulux juga berbagi kebahagiaan dengan memberikan potongan harga sejumlah Seratus Ribu Rupiah untuk pembelian sebesar Satu Juta Rupiah.
Caranya juga gampang. Ikuti instruksi di menu “Voucher” yang ada di pojok kanan atas aplikasi ini, yaitu daftar melalui SMS, ketik Dulux (spasi) Nama#No Telpon kirim ke 2000. Sayangnya, saya baru tahu ada potongan harga setelah rumah selesai dicat hihi.. Coba kalau saya tahu dari dulu, makin lengkaplah kebahagiaan saya di hari lebaran 😀
Yuk, ceritakan juga warna kemenangan kalian. Pastinya punya pengalaman seru dengan dunia warna-warni kemenangan 2015 bersama Dulux 🙂
Jangan lupa update terus dunia warna warni kemenangan bersama Dulux dengan follow Lets Colour Indonesia asset di bawah ini…
Website:
FB: https://www.facebook.com/LetsColourIndonesia
Tw: http://twitter.com/letscolourid
Instagram: http://instagram.com/letscolourID
Tulisan ini diikutsertakan pada Lomba Blog Warna Warni Kemenangan yang diadakan oleh Dulux dan Kumpulan Emak-emak Blogger.
Alhamdulillah… tulisan ini terpilih jadi salah satu Tulisan Favorit di Lomba Blog Warna Warni Kemenangan yang diadakan oleh Dulux dan Kumpulan Emak-emak Blogger.
subhanallaaah…
pasti ada rejeki banyaaak banget buat teh ORin, ceceu dan teteh sama adek!
Aamiin… makasih do’anya Mak Tanti… Do’a yang sama juga buat Mak Tanti sekeluarga ^_^
Je crois que Google tente à peu près n’importe quoi pour se trouver une niche dans le réseau social en ”changeant le décor” seulement mais n’a rien réglé dans l’essentiel: la privacité et la co©i8dentialftÃn&#i230;..en autre.
Keren Mak tulisannya 😀
Alhamdulillah… makasih Teh Ida. Ikutan juga kah?
Great arietlc, thank you again for writing.
GreetingsThere should be time and opportunity for all times of worship. The stuffy attitude at my local church meant that as soon as I became an adult I stopped going. My belief in God is stronger than ever and it is his judgement I care about not the interpretation of elderly neighbours. To finish on a positive my local vicar is aware my opinion and tries to keep the church open as long as is feasible for independent worshipers such as I to pop in ‘out of hours’.Best Wishes, Paul M.
Kenapa tidak mengundang aku untuk jadi tukang catnya ? aku lagi butuh biaya lebaran nih. Aku jadi tidak bisa beli baju lebaran dong 🙂
Kan lagi ngirit.. hihihi
Setuju mbak. Gak perlu yang baru2. Kalau masih bagus kan lumayan ya mbak. Lebih baik alokasi yang lebih penting.
Salam kenal n moga menang lombanya ya
Aamiin… makasih banyak ya 🙂
Wiiih…tulisannya keren dan informatif, semoga menang ya mak
Alhamdulillah.. makasih Mak. Ikutan lomba ini juga kah? Kalau belum, ayo… masih ada waktu sampai 18 Agustus ^_^
wah saya pake easy clean buat kamar Alfi, etapi dia malah curat-curet di ruang tamu -_- warna-warni dulux bikin adem mata ya mak
Manteb……nempel-nempel di tembok pula, he he he
Gak beli baju baru lebaran gak apa – apa, bentar lagi dapet bonus dari Dulux heheh
Euleuh… nganggo Dulux janten geulis bumina..
Saya juga gak beli baju baru untuk lebaran. Baju tahun kemaren masih bagus.
dulux emang cat paling oke loh, karena saya tukang bangunan jadi tahu kualitasnya.
enaknya lagi kita bisa mix warna sesuai keinginan karena sudah mesinnya di depo bangunan.
salam
Selamat ya mbaaaaa, tulisannya menang