Tahun ini, Ceuceu dan Teteh kembali ikut berpuasa. Mereka belajar berpuasa penuh sejak duduk di bangku TK, sekitar usia 5 tahunan. Jadi, bagi Ceuceu ini puasa penuh ke 5 kalinya. Sementara bagi Teteh, Ramadhan kali ini adalah puasa penuh ke 2 kalinya. Si bungsu, Ade, usianya masih 3 tahun, belum terlalu mengerti arti puasa.
Yang Ade tahu, puasa itu tidak boleh makan dan minum. Itu juga kata Upin dan Ipin. Prakteknya, Ade tetap makan di pagi, siang, dan sore. Kalau waktu buka puasa tiba, Ade juga ikut sibuk buka puasa 😀
Alhamdulillah, selama ini tidak ada hambatan yang berarti ketika mendampingi anak-anak menjalani puasa. Dulu, ketika Ceuceu dan Teteh masih belajar puasa penuh, tak sampai jam 10 pagi, saya sudah diberondong pertanyaan… “bukanya kapan, Mah?”, atau “Mah, berapa menit lagi?”
Kemudian saya sibuk mengonversi 8 jam lebih menuju waktu buka itu ke hitungan menit dan mencari pengalih perhatian agar mereka tahan sampai waktu buka tiba.
Sekarang, Ceuceu dan Teteh sudah bisa menghitung sendiri waktu puasa dan buka. Cukup lihat jam kemudian bergumam, “hmmm… masih 1 jam 20 menit lagi”
Sedikit hambatan terjadi ketika Ade merasa lapar. Meski saya sudah membujuk Ade untuk bersembunyi dari Ceuceu dan Teteh ketika makan, tapi dengan tangan menggenggam sepotong nugget Ade seringkali berlari menghampiri Ceuceu dan Teteh yang sedang asyik main berdua.
Kalau sudah begini, Ceuceu dan Teteh pun kompak berteriak… “Adeee… makannya jangan di sini atuuuh!!!”
Lalu dengan polosnya, sambil mengggit nugget yang dipegangnya, Ade malah bertanya, “emangnya kenapa gitu???”
Untungnya, Ceuceu dan Teteh masih bisa mengerti, kalau Ade memang belum sepenuhnya paham apa arti puasa. Ceuceu dan Teteh tetap bertahan sampai buka, tanpa tergoda wangi nugget yang Ade makan di dekat mereka. Ceuceu dan Teteh mengerti, kalau mereka perlu menghormati hak Ade yang harus makan karena belum bisa dan belum wajib berpuasa.
Sewaktu masih seusia Ade dulu, Ceuceu dan Teteh juga kadang tanpa bisa dicegah malah makan di depan orang yang sedang berpuasa. Tapi ketika mereka sudah lebih besar, mereka mengerti kalau orang yang sedang berpuasa perlu dihormati haknya. Tak hanya itu, mereka juga ikut berpuasa penuh. Perlahan, kelak Ade juga pasti mengerti…
Sekarang, sambil menunggu waktu buka… mereka bertiga tetap bermain bersama, tanpa saling cerca… kecuali emaknya, yang galau melihat nugget yang tersisa di piring Ade.
Biasanya kalau ada makanan yang tidak habis, saya siap jadi tong sampah yang melahap habis semua makanan tanpa sisa.
Nah, inilah godaan terberat berpuasa bagi saya. Makanan sisa… wkwkwk. Sekedar menghindari ghibah mah enteng. Jauhi medsos, kalau ada teman yang sedang membicarakan orang lain, menghindar saja dulu. Tapi makanan sisa? Aduhhh… ini terpampang nyata di depan mata. Sayang kan kalau dibuang… hehuehue
Kalau kamu, apa godaan terberatnya?