Sekarang sudah hari Minggu, janji saya membawa Ceuceu membeli buku di Pameran buku Bandung 2014 Sabtu kemarin belum terlaksanakan. Insha Allah siang nanti baru berangkat…
Tapi sebelum membeli buku, saya harus siap-siap dulu nih. Jangan sampai kebobolan dan kecewa setelah buku di pameran berpindah tempat ke rak buku Ceuceu.
Saat membeli buku, yang jadi pertimbangan pertama kali adalah reviewnya. Kalau menarik ya beli. Tapi seringkali saat berkunjung ke toko buku atau pameran, apalagi banyak diskon, mata mendadak jadi lapar. Buku yang tadinya tidak ada dalam rencana, akhirnya malah dibeli. Pas dibuka dan dibaca, eh ternyata kecewa. Kalau sekarang saya sendiri jarang membeli buku. Membeli buku lebih diutamakan untuk anak-anak. Agar anak-anak semakin sering membaca buku.
Pernah merasa kecewa setelah membeli sebuah buku, gak? Tidak jarang buku yang sudah saya beli, hanya dibaca beberapa halaman saja. Kemudian teronggok tanpa disentuh lagi. Baru baca sedikit saja sudah mengantuk.
Selain isinya yang kurang memuaskan, bahasanya sulit dipahami, berbelit-belit dan membosankan, ada juga buku yang ejaannya banyak yang salah, ada halaman kosong, kertasnya yang buram, tulisannya terlalu kecil atau terlalu besar, ilustrasi covernya yang terkesan menipu, atau bahkan bukunya yang ternyata bajakan. Lho, memang ada ya yang membajak buku? Ada tuh, ternyata bukan hanya film dan lagu saja yang dibajak. Menurut seorang teman yang sudah menulis banyak buku, cukup banyak buku yang dibajak. Padahal masih kata teman saya yang penulis itu, royalti buku tidaklah seberapa.
Terus, gimana donk agar tidak kecewa saat membeli buku? Selain mencari dan melihat reviewnya sebelum membeli, ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengantisipasi ini, diantaranya adalah :
- Membeli buku teman. Tak kenal maka tak sayang. Begitu kata pepatah. Demikian juga ketika membeli buku. Kalau kita sudah mengenal pengarang buku tersebut, tentunya kita tahu sejauhmana kualitas buku yang ditulisnya. Membeli buku teman juga bisa berarti sebagai apresiasi atas karyanya. Kalau tidak berteman bagaimana ya? Sekarang ini banyak koq cara untuk mengenal pengarang lebih jauh, lewat media sosial misalnya. Atau memilih buku yang ditulis oleh seorang penulis yang memiliki keahlian di bidangnya
- Memilih genre buku. Ini penting buat kita yang mau membeli buku tanpa tujuan, semisal gara-gara diskon jadi ngiler dan tergoda ingin memiliki buku itu. Apakah genre bukunya sesuai dengan yang kita minati? Termasuk genre apakah buku itu? Pendidikan, parenting, psikologi, romance, thriller, pendidikan, reliji, sastra, teenlit, novel popular, dan lain sebagainya
- Mengenal Penerbit. Di Indonesia ada ribuan penerbit. Seperti yang saya tulis kemarin, penerbit yang tergabung pada IKAPI saja ada 1.216 penertbit, dengan jumlah penerbit aktif sebanyak 800. Namun tidak semua penerbit memiliki kemampuan untuk menerbitkan buku yang berkualitas. Biasanya penerbit yang sudah cukup lama, memiliki kemampuan tersebut. Penerbit yang berpengalaman pun umumnya selektif dan memiliki penulis-penulis buku yang baik. Jadi, carilah buku yang diterbitkan oleh penerbit yang berpengalaman dan buku-bukunya terkenal berkualitas. Info buku dan penulis juga bisa diperoleh melalui akun penerbit di media sosial. Ada banyak akun penerbit seperti @stiletto_book , @GagasMedia, @DivaPress , @nulisbuku, dan masih banyak lagi.
- Mengenal desain buku. Coba lihat sepintas isi buku, apakah memudahkan kita membacanya ataukah tidak. Desain yang ditata dengan baik dan indah akan membantu pembaca untuk memahami isi buku dengan lebih baik.P erhatikan juga teks atau huruf isi buku tersebut. Syarat buku yang berkualitas, baik teks isi maupun jenis huruf bukunya membantu pembaca untuk menyerap isi buku tersebut. Sebaiknya, hurufnya tidak terlalu besar ataupun tidak terlalu kecil. Sementara, tipografi atau bentuk hurufnya sederhana namun jelas.
- Lihat ilustrasi. Saat ini, buku-buku tidak hanya berisi huruf-huruf saja. Apalagi buku untuk anak-anak yang memang sebaiknya didesain dengan banyak gambar untuk menarik perhatian anak. Selain itu penambahan ilustrasi pada buku juga akan memudahkan pembaca lebih memahami isi tulisan. Perlu dilihat apakah ilustrasinya mendukung isi buku ataukah tidak. Percuma saja ilustrasinya bagus, tetapi ilustrasi tersebut sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang diterangkan dalam buku. Sebaliknya, meski ilustrasi tersebut sesuai isi buku, jika tidak menarik dan jelas, justru akan mengganggu keseluruhan buku.
- Lihat sampul/cover buku. Sampul/cover seharusnya mampu mencerminkan isi buku. Kalau sampul bukunya saja sudah tidak menarik, asal-asalan, mudah rusak, bagaimana kita bisa yakin jika buku tersebut berkualitas? Buku yang baik seharusnya memiliki cover yang memiliki desain menarik dan terbuat dari bahan yang kuat atau tidak gampang rusak.
- Lihat sinopsisnya. Selain melihat review dari orang yang telah membaca buku tersebut, tak ada salahnya kita juga membaca sinopsis yang berupa ringkasan isi buku beserta kelebihan-kelebihannya. Biasanya isi sinopsis ini ditampilkan pada sampul belakang buku. Cara tersebut akan berguna untuk memastikan bahwa buku tersebut memang sesuai dengan kebutuhan kita.
- Bergabung di klub buku. Wawasan kita akan semakin luas dengan bergabung di klub buku. Kita bisa ikut sharing, review, atau mencari rekomendasi bacaan yang bagus.
Ternyata tidak susah ya kalau kita mau sedikit jeli memilih buku yang berkualitas. Masalahnya, bagaimana sih proses buku berkualitas ini bisa terbit?
Tentunya ini melibatkan banyak pihak, bukan hanya penerbit dan penulis. Seorang teman yang kebetulan sudah menerbitkan sebuah buku dengan penerbit besar menceritakan perjuangannya sampai dititik ini.
Setelah penulis selesai menulis naskah dan sampai ke tangan editor, editor kemudian melakukan proses mengedit tulisan atau hasil terjemahan. Beberapa waktu yang lalu, ada penerbit besar yang menerbitkan komik serial pengetahuan terjemahan. Sayangnya ada materi yang entah sengaja atau tidak bisa lolos edit. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, “Ini kemana sih editornya? Ngapain aja? Jangan-jangan gak dibaca??”. Di sinilah perlu editor yang handal dan mumpuni.
Naskah yang sudah diedit ini kemudian proses menunggu persetujuan dari penerbit. Dengan menghitung untung rugi dan perkiraan bukunya sesuai dengan permintaan pasar atau tidak, penerbit akan menentukan buku ini lolos terbit atau tidak. Kalau penerbit setuju, ya buku itu kemudian dicetak dan dipasarkan. Tapi kalau tidak, ya naskah dikembalikan kepada penulis.
Bisa jadi penulis sudah memilih tema yang bagus dengan kualitas yang juga bagus, namun tetap saja peran editor dan penerbit yang menentukan. Seringkali hal ini menjadi sandungan bagi penulis, sehingga sekarang menjamur buku-buku yang terbit melalui self-publisher.
Sayangnya buku-buku self-publisher ini seringkali terbatas pemasarannya. Wajar saja, kalau penerbit besar jaringannya kan luas.
Ya, seperti yang telah saya tulis kemarin. proses mencerdaskan bangsa memang bukan hanya tugas satu pihak saja. Perlu kerjasama dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, penulis, editor, dan juga penerbit.
Tak ada salahnya IKAPI sebagai wadah penerbit di Indonesia terus berusaha merangkul semua penerbit di Indonesia, baik penerbit mayor maupun minor untuk tetap berjuang bersama mencerdaskan bangsa.
Tulisan ini diikutsertakan pada Lomba Blog #PameranBukuBdg2014 yang diadakan IKAPI Jabar dan Syaamil Quran
saya pernah kecewa beli buku Mbak, seringnya sih novel terjemahan. kecewa sama terjemahan yang jelek dan sulit dipahami 🙁