Siapa yang masih ingat dengan slogan “You’re what you eat”? Slogan ini muncul karena apapun yang kita makan dan masukkan ke dalam tubuh, maka itulah yang akan “terpancar” ke luar. Memilih bahan makanan yang baik tentunya akan berdampak baik bagi kesehatan tubuh kita. Sebaliknya, jika kita memilih asupan yang berkualitas buruk, jangan heran jika tubuh kita pun akan rentan terhadap penyakit.
Begitu juga dengan intelektualitas seseorang. Sikap intelektual berkaitan erat dengan bacaan yang dikonsumsi sehari-hari. Jika kita menelusuri sejarah, maka kita akan menemukan bahwa para founding fathers Indonesia dan juga banyak pemimpin dunia merupakan “kutu buku”.
Sebut saja misalnya Soekarno, Hatta, Syahrir, Yamin, Amir Sjarifoeddin, Sutan Takdir Alisjahbana, M. Jusuf Ahmad, Napoleon Bonaparte, bahkan pendiri negara Amerika, Thomas Jefferson juga seorang kutu buku.
Bacaan/buku yang bagus bisa menyergap dan menyerap pikiran dan perasaan si pembaca. Selain itu pembaca juga bisa merasakan pengalaman pengarang yang tertuang di dalam buku. Melalui membaca, pembaca menjadi tahu apa yang tadinya tidak diketahui. Bacaan juga dapat menghubungkan dunia masa lalu yang sangat berbeda dengan dunia pembaca di masa kini.
Peran IKAPI untuk mencerdaskan bangsa
Hadirnya sebuah buku atau bacaan di tengah masyarakat tentunya tidak terlepas dari peran penulis dan juga penerbit, baik penerbit besar ataupun penerbit kecil. Sampai kini ada 1.226 penerbit yang terdaftar sebagai anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI).
Di antara penerbit itu, 800 diantaranya tercatat sebagai penerbit aktif. Penerbit aktif terpusat di 24 provinsi dari 33 provinsi di Indonesia. Sekitar 1.097 penerbit berada di Pulau Jawa. Keseluruhan penerbit adalah penerbit swasta dan hanya satu penerbit yang tercatat sebagai badan usaha milik negara (BUMN) yaitu Balai Pustaka.
Sebagai wadah penerbit di Indonesia, IKAPI yang didirikan pada tanggal 17 Mei 1950 di Jakarta, merumuskan satu konsep cetak biru cita-cita IKAPI dalam mencerdaskan bangsa dan memajukan perbukuan nasional.
Berikut rumusan Panca Daya IKAPI:
- usaha memperluas kesempatan membaca dan memperbesar golongan pembaca dengan jalan mendirikan perpustakaan desa;
- usaha mengembangkan penerbitan buku pendidikan dan pengajaran dengan menarik biaya alat pengajaran;
- usaha menyebarkan hasil cipta sastrawan indonesia dengan jalan mengekspor hak cipta dan mengekspor buku;
- usaha melindungi hak cipta serta membantu penerbitan buku universitas dan buku-buku kategori kesusastraan;
- usaha mengembangkan industri grafika bagi keperluan pencetakan buku.
Dari rumusan Panca Daya IKAPI tersebut jelas benang merahnya adalah membaca. Sayangnya di negeri ini aktivitas membaca belum tergiatkan. Belum banyak yang menjadikan membaca sebagai menu wajib keseharian. Hal ini bisa terlihat dari banyaknya buku yang beredar di Indonesia.
Hanya ada sekitar 30.000 judul buku baru per tahun untuk mengcover penduduk Indonesia yang telah mencapai 240 juta jiwa. Jumlah ini jauh lebih rendah dibandingkan Jepang yang mencapai 40.000 judul buku per tahun, India 60.000, dan China sekitar 140.000 judul buku per tahun.
Sementara jumlah buku yang terjual berdasarkan data dari IKAPI sepanjang tahun 2013 sebesar 33.199.557 eksemplar buku. Rendahnya angka penjualan buku ini bisa jadi dikarenakan kalangan muda Indonesia yang mencapai kurang lebih 30% jumlah penduduk atau sekitar 75 juta jiwa lebih memilih akrab dengan media sosial dibanding dengan buku.
Terlebih kondisi ekonomi yang membuat orang Indonesia kini lebih mementingkan prioritas utama dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Mahalnya harga-harga kebutuhan pokok membuat banyak orang menahan diri untuk membeli buku yang harganya mencapai puluhan ribu. Bahkan terkadang untuk membeli koran yang harganya ribuan rupiah pun masih menimbang terlebih dulu.
Kondisi perekenomian seperti ini secara tidak langsung menyulitkan pihak-pihak yang berhubungan dengan penerbitan sebuah buku, konsumen dan produsen, dalam hal ini penerbit. Penerbit tentunya mempertimbangkan untung rugi bahkan masalah pembajakan. Jika buku memang tidak menarik dan tidak berkepentingan, maka dijamin buku-buku tersebut hanya akan teronggok di rak-rak toko buku.
Menghadapi masalah seperti ini IKAPI tidak menyerah begitu saja. IKAPI sudah meminta pemerintah turut campur dalam hal harga kertas. Selama ini pemerintah dianggap tidak turut berperan mengendalikan harga kertas hingga jauh melambung dan tidak terjangkau.
IKAPI juga banyak mengadakan kegiatan-kegiatan seperti pameran/pesta buku di berbagai kota untuk lebih mendekatkan buku dengan masyarakat.
Proses mencerdaskan bangsa melalui buku memang tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Perlu kerjasama dari banyak pihak.
Banyak hal yang bisa dilakukan bersama-sama antara IKAPI, Penerbit, Masyarakat maupun Pemerintah untuk lebih meningkatkan minat baca adalah :
- Membuat edukasi kepada masyarakat yang berisi penyadaran pada masyarakat arti pentingnya membaca. Edukasi ini bisa dilakukan ke sekolah-sekolah, desa atau kantor pemerintahan lain. Tentunya edukasi dikemas dengan acara yang menarik dan tidak membosankan. Mendatangkan penulis-penulis acara seperti ini juga bisa membuat masyarakat lebih tertarik membaca buku.
- Perlu adanya gerakan atau aksi nyata. Misalnya melalui Gerakan Nasional Pembudayaan Gemar Membaca, “Membaca buku di mana pun dan kapan pun”. Para pecinta literature sebaiknya membiasakan diri memberi contoh kepada masyarakat. Seperti yang terlihat di Jepang, banyak yang membaca buku di kereta api, sambil menunggu bis, di taman dan di kafe-kafe.
- Tak ada salahnya mengadakan gerakan massal seperti “1000 sepatu untuk anak sekolah”, “1000 lampu untuk desa”, atau kegiatan lain yang serupa. Melalui gerakan “1 anak 1 buku”, setiap orang bisa memiliki buku, One Man One Book.
- Mengadakan pelatihan untuk penulis maupun masyarakat umum, agar tercipta buku yang berkualitas. Sebagai output, setelah pelatihan IKAPI juga bisa memfasilitasi penulis yang hendak menerbitkan buku.
- Memotivasi masyarakat untuk senantiasa cinta buku dan cinta membaca dengan menyediakan fasilitas seperti rumah baca, perpustakaan keliling, motor baca keliling dan lain sebagainya di berbagai sudut kota maupun desa.
Tulisan ini diikutsertakan pada Lomba Blog #PameranBukuBdg2014 yang diadakan IKAPI Jabar dan Syaamil Quran
Saya juga kutu buku mbak… suka ngliatin kutu buku mksudnya… haha
“Proses mencerdaskan bangsa melalui buku memang tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Perlu kerjasama dari banyak pihak.”
setuju banget dengan quote ini.
semoga sukses ya
Buku itu seperti spirit dalam hidupku mbak. Kalau lagi down, biasanya cari2 motivasi dari buku-buku.