Langkah Ceuceu perlahan melambat saat melewati seorang kakek tua yang menjajakan pisang di trotoar Rumah Sakit Hasan Sadikin. Ceuceu pun berhenti kemudian menengok ke belakang, menatap mata saya. Tak ada kata yang keluar dari bibirnya.
Tanpa bertanya, saya sudah tahu keinginan Ceuceu. Lalu saya mengeluarkan selembar uang dari dompet yang isinya mulai menipis. Dengan mata berbinar Ceuceu segera mengambil uang dari tangan saya.
“Mah, teteh juga!”, Teteh menarik tangan saya saat melihat Ceuceu menyerahkan uang tersebut ke tangan kakek penjual pisang.
“Nde juga mau!”, si Bungsu yang memang seringkali meniru perilaku kakak-kakaknya seolah tak mau ketinggalan.
Selembar, dua lembar, dan uang pun berpindah tempat dari dompet ke tangan anak-anak. Setengah berlari Teteh dan Ade menghampiri kakek itu.
“Beli pisang“, kata Teteh.
Kali ini anak-anak memang ikut ke rumah sakit. Saya tidak bisa menunggui Abah sepanjang hari di rumah sakit. Selama tiga minggu ini hampir tiap hari saya menempuh perjalanan puluhan kilometer bolak balik dari rumah ke rumah sakit, agar di siang hari saya sempat menunggui Abah. Capek tentu saja, apalagi ini bulan puasa. Tapi, ah… hanya ini yang bisa saya lakukan untuk Abah.
“Gak apa-apa gak bisa ketemu Abah juga. Kangen sama nenek! Kan udah lama Ceuceu gak ketemu Nenek“, begitu alasan Ceuceu saat saya menolak keinginan Ceuceu ikut ke rumah sakit.
Akhirnya anak-anak ikut ke rumah sakit. Dan kakek penjual pisang itu kami lewati saat kami turun dari angkot.
Ada rasa haru dan bahagia melihat anak-anak yang masih sangat kecil ini mau berbagi. Meski saya sendiri sedang kebingungan dengan obat untuk Abah yang harus segera ditebus dan harganya aduhai. Sementara uang untuk obatnya sama sekali belum saya pegang. Entah dari mana.
Sakitnya Abah kali ini memang cobaan luar biasa. Tak cukup dirawat di satu rumah sakit, karena keadaan Abah malah bertambah parah, akhirnya Abah dipindahkan ke rumah sakit yang lebih besar. Biaya yang dikeluarkan di rumah sakit sebelumnya juga bukan jumlah yang sedikit buat kami.
Tapi, kakek itu jauh lebih memerlukan sedikit rejeki yang dititipkan ke saya. Meski sebetulnya repot juga dengan bawaan yang cukup banyak, apalagi ditambah sekantung plastik berisi pisang.
Sampai di lobby rumah sakit, tiba-tiba ada notifikasi whatsapp dari handphone saya.
“Rin, gimana kondisi Abah?”, tanya seorang teman dari grup semasa kuliah dulu.
“Alhamdulillah, sekarang sudah dipindah ke RSHS. Kondisi masih sama dengan kemarin”, saya membalas pesan dari teman tersebut.
Tak lama handphone saya kembali berbunyi.
“Rin, anak-anak mau donasi nih buat Abah. Nanti ada yang transfer ke rekening saya, atau langsung ke rekening Orin“, begitu isi pesan berikutnya.
Saya membaca pesan tersebut berkali-kali. Tak percaya, saya menanyakannya dan teman saya mengiyakan, bahwa semua teman-teman di grup akan menggalang donasi untuk Abah.
Masya Allah… Alhamdulillah. Ternyata benar, saya tidak salah baca!
Tadinya saya tidak percaya hitung-hitungan sedekah yang banyak diserukan orang-orang. Pun ketika saya mengeluarkan uang yang tidak seberapa jumlahnya untuk kakek penjual pisang, saya tidak memikirkan pahala atau balasan untuk saya. Saya hanya berfikir, bahwa ada yang jauh lebih memerlukan dan memang ada hak mereka pada harta yang saya miliki.
Bulan Ramadhan memang bulan yang penuh berkah. Janji Allah SWT, setiap amalan yang dilakukan di bulan puasa akan dilipatgandakan pahalanya. Begitu pula sedekah yang dilakukan di bulan puasa. Karena Allah SWT Maha Dermawan, kedermawanan-Nya berlipat ganda pada waktu-waktu tertentu seperti bulan Ramadhan.
Sesungguhnya Allah itu Maha Dermawan, cinta kepada kedermawanan dan Maha Pemurah, cinta kepada kemurahan hati. (HR Tirmidzi)
Siapa yang menyangka beberapa lembar uang yang saya keluarkan tadi, ternyata dibalas beribu-ribu kali lipat. Langsung, saat itu juga!
Pisangnya sendiri disimpan buat buka nanti.
Kita hanya perlu sedikit empati buat orang-orang yang ada di sekeliling kita. Tak perlu jauh-jauh, tengok saja saudara kita sendiri, tetangga, atau mereka yang kita temui di jalanan, besar atau kecil pun tak jadi soal, yang penting ikhlas.
Mumpung masih bulan Ramadhan, yuk mulai sedekah sekarang juga!
Note: Terima kasih tidak terhingga untuk teman-teman, atas do’a dan dukungannya yang tidak pernah putus untuk Abah. Semoga apa yang teman-teman donasikan untuk Abah menjadi berkah.