Beberapa waktu yang lalu, saya menemukan status Indri (bukan nama sebenarnya) tentang kesulitan mengobati TB yang dideritanya.
Didorong rasa penasaran, akhirnya saya bertanya kepada seorang teman yang bekerja di layanan kesehatan di sekitar rumah saya. Menurut beliau, orang yang masih berobat TB di pihak swasta boleh meminta dirujuk ke puskesmas/rumah sakit pemerintah, supaya bisa mendapatkan fasilitas pengobatan gratis ini.
Bukan hanya penderita TB biasa yang mendapatkan pengobatan gratis ini, TB MDR (Multi Drug Resistence Tuberculosis)/TB XDR (Extensively/Extremely Drug Resistant Tuberculosis) yang memerlukan biaya sampai ratusan juta juga masih berhak mendapatkan pengobatan gratis sampai sembuh.
Masih menurut teman saya, bisa jadi kasus yang terjadi pada Indri hanya merupakan kesalahpahaman antara Indri dan petugas rumah sakit swasta tempat Indri pertama kali mendapatkan obat. Selain itu, rumah sakit swasta itu juga tidak bekerjasama dengan pemerintah dalam menyediakan layanan obat gratis bagi penderita TB.
Saya pun memberi tahu Indri tentang hal ini, dan Indri akhirnya meminta rujukan dari rumah sakit swasta tempat Indri pertama kali didiagnosa positif TB. Selanjutnya Indri memperoleh pengobatan gratis dari Puskesmas sampai TB yang dideritanya sembuh total.
Indri memang memiliki keinginan yang kuat untuk sembuh, tidak heran jika Indri rela mengorbankan waktunya untuk bolak balik berobat ke Puskesmas. Tapi masih banyak orang yang merasa sungkan menjalani pengobatan TB dengan berbagai alasan.
Mengapa orang malas berobat TB?
Ada banyak alasan mengapa orang malas berobat dan minum obat, antara lain anggapan bahwa obat TB mahal dan perlu uang banyak untuk periksa, apalagi obat TB ini harus diminum selama 6 bulan berturut-turut. Bayangkan saja berapa biaya yang harus dikeluarkan andai obat TB harus dibeli dari kantung sendiri.
Selain itu minum obat TB harus terus-menerus tanpa terputus sampai pengobatan tuntas. Untuk pengobatan TB biasa diperlukan waktu 6 bulan. Sementara pengobatan TB MDR (Multi Drug Resistence Tuberculosis)/TB XDR (Extensively Drug Resistant Tuberculosis) memerlukan waktu 2 tahun tanpa terputus. Belum lagi penderita TB harus rutin bolak balik memeriksakan kesehatannya ke layanan kesehatan.
Jenuh, bosan, malas, dan masih banyak lagi alasan sehingga banyak penderita TB yang tidak berobat sampai tuntas. Belum lagi stigma negatif dari masyarakat membuat pasien TB malu berobat. Beberapa orang menganggap TB ini adalah kutukan dan tidak dapat disembuhkan. Sehingga penderita TB menjadi dikucilkan dan menyerah pada keadaan.
Lalu, bagaimana solusi agar orang mau berobat TB sampai tuntas?
Sebelum memperoleh pengobatan gratis dari layanan kesehatan pemerintah, tentunya kita harus mengenali gejala TB. Di tulisan saya sebelumnya sudah dibahas mengenai gejala TB.
Gejala utama adalah batuk berdahak terus-menerus selama tiga minggu atau lebih. Gejala-gejala lainnya antara lain:
• Sesak napas dan nyeri pada dada
• Batuk bercampur darah
• Badan lemah dan rasa kurang enak badan
• Kurang nafsu makan dan berat badan menurun
• Berkeringat pada malam hari meskipun tidak melakukan kegiatan
Gejala TB dimulai secara bertahap dan berkembang dalam jangka waktu beberapa minggu hingga berbulan-bulan. Kalau sudah ada gejala-gejala di atas, kita harus waspada, karena TB mudah menular melalui percikan dahak. Penularan TB akan lebih mudah terjadi, antara lain disebabkan oleh:
- Hunian padat dan hunian yang kurang berventilasi, penjara,
- Malnutrisi, pelayanan kesehatan yang buruk dan tuna-wisma,
- Pekerjaan yang beresiko, misalnya petugas laboratorium.
TB umumnya menyerang paru-paru (TB pulmoner). Selain menyerang paru-paru, TB juga bisa mempengaruhi bagian lain dari tubuh, termasuk tulang belakang, ginjal, dan otak. Hal penting yang perlu kita ketahui, TB dapat menyerang siapa saja, tidak memandang umur, jenis kelamin dan kelas ekonomi.
Jadi, kalau kita, kerabat, atau orang-orang terdekat kita mengalami gejala seperti di atas, jangan ragu untuk segera datang ke layanan kesehatan terdekat agar diperiksa lebih lanjut. Prosedur pemeriksaan yang dilakukan tidak serumit yang dibayangkan. Orang yang diduga terkena TB harus menjalani serangkaian pemeriksaan kesehatan. Salah satunya adalah pemeriksaan dahak dengan miskroskop. Seseorang dipastikan menderita TBC bila dalam dahaknya terdapat kuman TBC.
Dahak yang diambil adalah dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):
- Pada waktu datang pertama kali untuk periksa ke unit pelayanan kesehatan, disebut dahak Sewaktu pertama (S).
- Dahak diambil pada pagi hari berikutnya segera setelah bangun tidur, kemudian dibawa dan diperiksa di unit pelayanan kesehatan, disebut dahak Pagi (P).
- Dahak diambil di unit pelayanan kesehatan pada saat menyerahkan dahak pagi, disebut dahak Sewaktu kedua (S).
Selain itu juga dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa X-ray (rontgent), tes darah, juga tes mantoux. Setelah dinyatakan positif TB, pasien bisa mendapatkan pengobatan gratis sesuai dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) yang telah direkomendasikan oleh WHO sejak tahun 1995.
Tidak perlu takut dan sungkan, karena obat TB ini bisa kita peroleh dengan GRATIS.
Layanan Kesehatan mana yang menyediakan fasilitas pengobatan gratis?
Pengobatan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap awal (intensif, 2 bulan) dan tahap lanjutan. Lama pengobatan 6-8 bulan, tergantung berat ringannya penyakit. Penderita harus minum obat secara lengkap dan teratur sesuai jadwal berobat sampai dinyatakan sembuh. Dilakukan tiga kali pemeriksaan ulang dahak untuk mengetahui perkembangan kemajuan pengobatan, yaitu pada akhir pengobatan tahap awal, sebulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir pengobatan.
Tempat Berobat Penderita TB
Puskesmas, Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4), Rumah Sakit, klinik dan dokter praktek swasta. Di Puskesmas, penderita bisa mendapatkan pengobatan TBC secara cuma-cuma alias GRATIS!
Atau bisa datang ke Klinik PPTI Pusat di Jalan Sultan Iskandar Muda No.66A Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan – 12240, Klinik PPTI Jl. Baladewa 34 Jakarta Pusat dan Klinik PPTI Jl. Dermaga Muara Angke 1 Jakarta Utara, Klinik-klinik PPTI di Medan, Jambi, Semarang, Bantul (DIY)
**Catatan:
Rumah Sakit, Klinik dan Dokter Praktek Swasta yang sudah bekerjasama dengan program juga menyediakan obat yang sama dan Gratis.