Sabtu siang, suami nampak kepayahan saat hendak bangun dari bean bag. Sakit pinggang katanya. Ya, Sabtu dan Minggu biasanya memang kami habiskan bersama dengan duduk-duduk di atas bean bag sambil menonton film seru di Netflix.
Hari Minggu, setelah sholat shubuh, tiba-tiba suami merasakan sakit yang amat sangat di pinggangnya. Bahkan gak bisa bergerak sedikit pun. Saya sampai harus membopongnya ke atas kasur. Dari pintu ke kasur yang jaraknya 1 meter saja baru bisa kami capai setengah jam. Itu pun dengan penuh keringat. Suami keringat dingin menahan sakit. Sementara saya keringat panas alias hareudang karena sudah mengeluarkan tenaga yang lumayan banyak demi menahan beban badan suami.
Di kasur suami hanya bisa terbaring tanpa bisa menggerakkan badan terutama bagian pinggang sampai punggungnya sama sekali.
Ini bukan sakit pinggang yang pertama kali!!!
Beberapa minggu yang lalu, juga beberapa bulan sebelumnya, suami pernah mengeluh kalau pinggangnya sakit. Kalau pakai skala dari 1-10, yang terakhir kemarin ini malah lebih dari 10.
Kalau gak salah ingat sih, sekitar bulan Januari juga suami pernah mengeluhkan sakit di area telapak kaki. Karena sudah berkali-kali sakit pinggang, saya jadi ingat pernah membaca artikel di SehatQ.com yang membahas sakit pinggang.
Dari direktori penyakit yang ada di SehatQ, rupanya ada banyak sekali penyebab sakit pinggang. Satu hal yang jadi benang merah adalah: kalau gak ditangani sejak dini, malah bisa jadi komplikasi. Duh! Serem ah.
Tapi, mau periksa ke dokter juga bingung. Soalnya suami sama sekali gak bisa bergerak. Asli gak bisa bergerak sedikit pun. Sedikit saja suami mencoba menggerakkan pinggang/punggungnya, pinggangnya nyeri luar biasa. Lalu gimana caranya saya bawa ke dokter?
Mau gak mau, demi mengatasi nyeri sementara, kami konsultasi ke salah seorang teman yang kebetulan juga seorang dokter. Teman kami memberikan saran obat untuk mengatasi rasa nyeri. Sementara untuk diagnosis lebih lanjut mengenai penyakit apa yang bisa menyebabkan suami merasakan nyeri pinggang yang tak tertahankan, tentu saja kami harus berkunjung ke dokter.
Selasa pagi, suami mulai bisa bergerak. Sedikit. Bisa guling ke kiri, telentang, lalu guling ke kanan, balik lagi telentang. Lumayan ada kemajuan.
Selasa sore suami mencoba bangun dari tempat tidur. Alhamdulillah, bisa duduk. Meskipun ya, penuh dengan perjuangan.
Setelah bisa duduk, suami mencoba turun dari kasur. Alhamdulillah, sudah mulai bisa melangkah sedikit demi sedikit. Itu pun dengan bantuan tongkat di tangan kanan. Sementara saya menopang badan suami bagian kiri.
Karena sudah bisa turun dari kasur dan berjalan sedikit demi sedikit, saya membujuk suami agar mau memeriksakan diri ke dokter. Alhamdulillah, mau juga.
Rabu siang kami menuju klinik terdekat, tempat saya dioperasi karena beling beberapa tahun silam.
Untuk memastikan apa penyebab sakit pinggang yang dirasakan suami, kami meminta pemeriksaan rontgent tulang belakang, di bagian lumbosacral.
Ternyata hasil rontgent menunjukkan adanya tulang belakang yang mengalami pergeseran. Bahkan sampai dua ruas tulang belakang.
Duh! Pantesan sampai ampun-ampunan.
Penyebabnya? Dokter menanyakan riwayat trauma. Namun suami tidak pernah mengalami trauma seperti jatuh yang menyebabkan tulang ekor maupun tukang belakang cedera.
Sering mengangkat benda berat? Tidak juga.
Jadi apa yang kira-kira menjadi penyebabnya?
Sepele saja. Posisi duduk selama bekerja berjam-jam di kantor yang dirasa nyaman tapi ternyata membahayakan.
Ya, sebagian besar waktu yang digunakan suami di kantor memang duduk. Ditambah di perjalanan menuju kantor pun pasti duduk. Di rumah? Duduk-duduk juga.
Belum lagi kebiasaan-kebiasaan lain yang sepertinya sepele, namun ternyata bisa membahayakan kesehatan kita sendiri. Seperti menduduki dompet apalagi jika dompetnya tebal. Ini bisa menggeser posisi tulang punggung dan menekan posisi yang lain. Huhu… Padahal yang bikin tebal itu kartu-kartuan. Isinya? Ya begitulah.
Penanganannya bagaimana? Dokter menyarankan kami mengunjungi dokter spesialis saraf. Sesegera mungkin sebelum kondisinya semakin parah.
Jangan abai! Tanda sekecil apapun itu merupakan peringatan!
Melihat riwayat sakit pinggang yang dirasakan suami, sebenarnya saat awal-awal terasa sakit pinggang itu merupakan tanda-tanda ada yang gak beres. Jangan abai dengan alarm yang diberikan oleh tubuh kita.
Kalau sudah kejadian seperti yang dialami suami, repot jadinya.
Dan jangan lupa, mulai ubah kebiasaan buruk agar kesehatan tulang belakang kita tetap terjaga.