“Daaa…. dadah, sayang… Daaaaa… cepat pulang”
Kalau ditanya apa lagu favorit saya, lagu ini salah satunya. Ada yang tahu, penggalan dari lagu apa lirik di atas?
Yap, betul. Ini adalah lagunya Didi Kempot, Statsiun Balapan. Saking kesengsemnya sama lagu ini, saya sampai rela ke Stasiun Balapan. Aslim ke Solo tadinya cuma mau lihat Statsiun Balapan saja. Mau tahu seperti apa sih statsiun yang jadi inspirasinya Didi Kempot ini. Entah kebetulan atau bukan, di kereta ekonomi yang saya tumpangi menuju Solo, banyak sekali pengamen yang menyanyikan lagu ini. O ya, saya naik kereta ekonomi di tahun 2000. Jadi masih banyak pengamen yang numpang cari nafkah di situ.
Kalau dulu sih masih susah cari penginapan kecuali datang langsung ke tempatnya. Akhirnya setelah beberapa kali ditolak karena penuh, dapet juga tempat menginap di Solo. Tapi sekarang mah gampil, cari hotel di Solo baru lewat Mister Aladin, tinggal klik… langsung deh dapet.
Tapi kan gak seru yah kalau ke Solo cuma tahu Statsiun, jadilah saya juga jalan-jalan ke Karanganyar yang berada di Karesidenan Surakarta. Agak jauh sih, kurang lebih 20 km dari kota Solo.
Di Karanganyar ada air terjun Grojogan Sewu dan dua buah candi peninggalan Hindu, yaitu Candi Sukuh dan Candi Cetho.
Candi Sukuh ini dibangun pada masa kerajaan Majapahit yang dipimpin Prabu Brawijaya V, ayah dari Raden Patah yang mendirikan Kerajaan Islam di Demak.
Tidak seperti kebanyakan candi Hindu yang ada di Indonesia, bentuk Candi Sukuh ini agak berbeda, serupa piramida peninggalan Suku Maya di Inca.
Bukan hanya bentuknya yang berbeda, relief yang ada di Candi Sukuh pun berbeda dengan kebanyakan relief candi di Jawa yang biasanya menceritakan filosofi hidup atau jalan sejarah. Di Candi Sukuh mah reliefnya kebanyakan menunjukkan alat kelamin. Agak risih sebetulnya, ditambah dengan udara yang dingin dan berkabut… suasanya semakin mistis heuheu…
Sampai sekarang kalau inget Candi Sukuh masih suka ketawa sendiri. Lucu sih…
Tapi konon Candi Sukuh ini dulu digunakan untuk menguji kesetiaan dan keperawanan/keperjakaan. Nah, kalau ingin menguji kesetiaan seorang istri, sang istri yang mengenakan kebaya akan diminta melangkahi relief yang terpahat di lantai. Kalau kain kebayanya robek, maka istrinya ini setia. Tapi kalau kain kebaya yang dipakai sang istri sampai lepas, diyakini kalau istrinya ini sudah berselingkuh.
Jaman sekarang sih, sudah jarang yang melakukan ritual ini. Bisa jadi karena tidak percaya kalau hasil testnya akurat, atau karena malu takut ketahuan sudah selingkuh??? Hehe… wallahu alam.
Tapi yang jelas, Candi Sukuh masih jadi daya tarik yang mempesona untuk dikunjungi. Tertarik ke Candi Sukuh dan sekalian mencoba ritual tes tadi??? Yuuuuk!