Makanan Khas Sunda Ala Prasmanan di Warung Nangka Cijambe Subang – Sepulang mengantar Ceuceu lomba IMSO di SDN Sukarahayu Subang beberapa hari yang lalu, saya dan suami sepakat untuk mampir sejenak ke Warung Nangka, sebuah rumah makan di pinggir Jalan Raya Subang, tepatnya di daerah Cijambe. Kalau dari arah Bandung, Warung Nangka ini berada di sebelah kanan jalan, sekitar 15 km setelah Tugu Nanas.
Sebelum direnovasi menjadi seperti sekarang ini, Warung Nangka memang sudah cukup terkenal. Dulu hanya ada satu bangunan utama yang terdiri dari dua lantai. Lantai dua yang sejajar dengan jalan menjadi tempat untuk makan, sementara bangunan di lantai satu yang posisinya lebih rendah dari jalan difungsikan sebagai dapur.
Ramainya pengunjung ke Warung Nangka membuat pemilik menambah area tempat makan yang dilengkapi dengan tempat wisata. Ada kolam terapi ikan di dekat saung-saung tempat makan.
Beberapa tahun kemudian bangunan utama Warung Nangka mengalami musibah kebakaran. Seingat saya saat itu sedang musim liburan. Pengunjung pun pasti sedang ramai-ramainya.
Kebakaran yang melahap seluruh bangunan utama sampai tak bersisa tak membuat nyali bisnis pemilik Warung Nangka menciut. Bangunan direnovasi kembali, kali ini dengan rangka yang lebih kuat dan dengan tambahan tempat wisata baru, kolam renang di tengah sawah.
Konsep penjualan makanan di Warung Nangka berbeda dengan tempat makan kebanyakan. Kalau di tempat makan lain biasanya kita memilih dan memesan makanan dari daftar menu yang sudah disediakan, di Warung Nangka ini seperti parasmanan.
Kita bisa memilih makanan khas Sunda yang sudah disediakan di atas meja.
Oseng jamur, oseng leunca, oseng paria, oseng cabe hejo, oseng tempe, perkedel, ayam goreng, ayam bakar, telur dadar, tahu, tempe, pepes ikan mas, pepes ayam, nila bakar, etong bakar, sate kambing, sampai pepes etong. Nila bakar ini salah satu menu andalan Warung Nangka.
Nasi yang disajikan pun ada beragam pilihan, mulai dari timbel nasi putih, timbel nasi merah, sampai nasi bakar khas Warung Nangka. Saran saya sih, pilih nais bakarnya 🙂
Jangan lupa, ada peuteuy alias petai yang bisa kita pilih, mentah atau sudah dibakar.
Lalapan dan sambal tentu saja gak ketinggalan. Sambal pun macam-macam, mulai dari sambal cabe hijau sampai sambal acar.
Bayarnya gimana??? Nanti setelah makan kita tinggal meminta pelayan menghitung makanan yang sudah kita santap. Karena itu, kita juga perllu mengingat-ingat makanan apa saja yang tadi kita ambil agar tidak ada makanan yang kelewat gak kehitung. Tapi sekarang sih gak perli repot mengingat-ngingat, tinggal cekrek aja, terus kasih lihat deh ke pelayan.
Soal harga, gak perlu khawatir. Range harga makanan di Warung Nangka berkisar 5.000 – 50.000. Kemarin sih, yang paling mahal 1 ekor ikan etong bakar yang dihargai 50.000 rupiah per ekor.
Sambil duduk lesehan menghabiskan makanan, kita bisa menikmati indahnya pemandangan yang disuguhkan. Kolam renang di tengah sawah.
Atau mau sekalian sambil menunggui anak-anak bermain di kolam renang? Boleh. Kalau kebetulan lewat di Jalan Raya Subang ini, mampir saja ke Warung Nangka. Gimana? Kalau takut nyasar, boleh lah saya antar ke sana. Tapi… traktir ya? Hehe… Yuk??? 🙂
Ikannya meni mantap kitu teh hehehe ga pernah bosan dengan makanan khas sunda ;D
duh enaknya wkwkwk
di krim satu mak ke kostku wkwk
Waduh ulukutek leunca, ngacaaay. Saya bisa 3 timbel tah. 😀