“Lebaran nanti masak apa ya?”
Meski lebaran masih jauh, banyak yang sudah memikirkan menu yang akan disajikan di hari lebaran nanti. Wangi kue mulai tercium dari dapur tetangga. Malah tetangga di rumah Nene sudah mencicil membeli daging sapi tiap hari sebanyak 1/4 kg. Katanya sih untuk antisipasi, karena nanti jelang lebaran daging sapi pasti mahal. Bukan hanya daging sapi, bumbu-bumbu pun sudah beliau cicil dari sekarang. Untuk bumbu, sebagian sudah diolah menjadi bumbu halus. Daging sapi dan bumbu-bumbu ini beliau simpan di kulkas.
Lain lagi cerita ibu-ibu yang lain. Beberapa sudah menyiapkan menu untuk lebaran dengan menabung jauh-jauh hari, istilahnya arisan lebaran. Nanti menjelang lebaran, ibu-ibu ini mendapatkan beberapa kilo daging, kue kering, minuman botol, minyak, kacang, gula dan beras. Kalau di lingkungan rumah saya, biasanya arisan lebaran ini dibagikan dua hari menjelang lebaran.
Yang tidak bisa memasak, tak perlu khawatir. Masih banyak yang menjual makanan khas lebaran seperti kue kering, ketupat, rendang, gulai dan lain-lain.
Seperti kebanyakan keluarga lain, yang menjadi menu idaman keluarga saya di hari lebaran biasanya ketupat, gulai/opor, pindang telur, mustofa, dan rujak cuka.
Tapi urusan dagingnya saya siapkan dadakan saja, agar daging yang saya masak adalah daging yang masih segar. Pagi hari sebelum lebaran baru siap-siap membeli daging dan bungkus ketupat. Bukan apa-apa, hanya belajar dari pengalaman.
Beberapa tahun yang lalu, saya sudah sibuk memasak dari pagi. Jelang maghrib semua masakan sudah siap. Maksudnya sih agar saya bisa ikut takbiran dengan khusyu. Tak disangka, lebaran yang dinanti malah tidak jadi!
Apa kabar opor, gulai, dan kawan-kawan? Ya tetap saja dimakan keesokan harinya, untuk teman sahur. Buka terakhir ya makan opor, gulai dan kawan-kawan lagi. Daripada makanannya basi? Terus di hari lebarannya makan apa? Mie instan! Rasanya? Tetap saja bahagia!
Ternyata sesederhana apapun menu yang dijadikan hidangan di hari lebaran tidak ada bedanya. Karena yang terpenting di saat lebaran adalah momennya. Momen kemenangan yang dirayakan bersama keluarga tercinta.
Coba saja tanyakan kepada mereka yang jauh dari keluarga, bagaimana rasanya merayakan lebaran tanpa keluarga? Seenak dan semewah apapun menu yang dihidangkan saat lebaran, pastinya terasa ada yang kurang.
Selain itu, ada yang seringkali terlewatkan. Padahal ini menu idaman dan paling penting dihidangkan di hari lebaran. Yaitu hati yang ikhlas memaafkan. Bayangkan kalau kita masih saja memendam dendam kepada seseorang, kemudian saat menyantap makanan yang enak dan mewah, orang itu ada di dekat kita atau malah hanya berkelebat di pikiran kita. Atau sebaliknya, kita yang tidak mendapat maaf dari orang lain. Bagaimana rasanya? Makanan yang enak itu tidak akan pernah sampai ke perut, tapi tersangkut di tenggorokan. Sungguh, rasanya menyesakkan.
Lagipula apa maknanya merayakan kemenangan dengan menyantap menu idaman sementara hati menyimpan dendam?
Jadi, apapun hidangannya di hari lebaran nanti, sebaiknya kembali ke nol yaaaa…
yang khas di keluarga besar saya adalah sayur kacang panjang. Sebetulnya sederhana banget menunya. Tapi sayur satu ini cuma dimasak saat lebaran aja. Gak tau kenapa 😀
eh, sayur kacang panjangnya minta resepnya donk makchi… kaya’nya spesial banget cuma dibikin pas lebaran 😀
pastinya lebih enak merayakan lebaran bersama keluarga ya mbak
banget mak..
aku kangen ketupat dan pengen makan ketupat…dan jadinya pengen sekarang 🙂 enak kali ya ngebanyangin makan ketupat ama opor ayam 🙂
ketupat opor ayam hari lebaran beda lho rasanya sama hari biasa 😀
Mak Rinrin ari mustofa jeung rujak cuka kaya mana ya? baru dengen itu di tulisan ini. Masakan sunda banget ya? kok suami saya belum pernah kasih tau ya ada kuliner namanya mustofa sama rujak cuka
Kalau saya suka lontong sayur atau bumbu sate juga enak