Berita mengenai kabut asap yang terjadi di Riau beberapa waktu yang lalu cukup menarik perhatian Ceuceu, anak saya. Yang terpikirkan oleh Ceuceu saat melihat warga sekitar memakai masker adalah, “bagaimana dengan hewan-hewan di hutan?”. Lho koq???
Asap pekat dari kebakaran lahan gambut di Plintung, Medan Kampai, Dumai, Riau, Selasa (18/3). Sumber gambar : Kompas
Ceuceu kemudian secara aktif mencari informasi sendiri melalui internet. Dan akhirnya, Ceuceu menemukan berita adanya harimau Sumatera yang keluar hutan akibat habitatnya hangus terbakar di hutan Bengkalis (Sumber : Tempo)
Kekhawatiran Ceuceu akan keselamatan hewan saat hutan terbakar bukan tanpa alasan. Ceuceu memang memiliki ketertarikan lebih terhadap satwa. Apalagi sejak kunjungannya ke Taman Safari beberapa waktu yang lalu, Ceuceu pun jadi tahu kalau harimau Sumatera saat ini merupakan satwa kritis yang terancam punah (critically endangered). Jumlah populasinya di alam bebas hanya sekitar 400 ekor.Ā Harimau Sumatera hanya dapat ditemukan di pulau Sumatera, Indonesia. (Sumber : WWF)
Kelangkaan ini terjadi karena harimau Sumatera menghadapi dua jenis ancaman untuk bertahan hidup: mereka kehilangan habitat karena tingginya laju deforestasi dan terancam oleh perdagangan illegal dimana bagian-bagian tubuhnya diperjualbelikan dengan harga tinggi di pasar gelap untuk obat-obatan tradisional, perhiasan, jimat dan dekorasi.
WWF sendiri sudah melakukan banyak upaya untuk menyelamatkan harimau Sumatera dari ancaman kepunahan. WWF juga berupaya melakukan pendekatan dan bekerja sama dengan perusahaan yang konsesinya mengancam habitat harimau agar mereka mampu menerapkan praktik-praktik pengelolaan lahan yang lebih baik (Better Management Practices) dan berkelanjutan. (Sumber : WWF)
Info lebih lengkap mengenai upaya yang dilakukan oleh WWF untuk menyelamatkan harimau bisa diperoleh di sini.
Indonesia memiliki hutan dengan luas sebesar 99,6 juta hektar atau 52,3% luas wilayah Indonesia (data : Buku Statistik Kehutanan Indonesia Kemenhut 2011 yang dipublikasi pada bulan Juli 2012). Hutan Indonesia menjadi salah satu paru-paru dunia yang sangat penting peranannya bagi kehidupan isi bumi.
Ceuceu sendiri kemudian bertanya, apa yang menjadi penyebab kebakaran hutan? Lalu apa yang bisa Ceuceu lakukan agar Ceuceu juga bisa menyelamatkan hewan-hewan yang rusak tempat tinggalnya???
Hmmm… nak, kebakaran hutan bisa disebabkan oleh banyak hal. Selain faktor alam seperti kemarau dan sambaran petir,, kebakaran hutan juga dapat diakibatkan oleh kecerobohan manusia dan alih fungsi lahan.
Beberapa hutan terbakar karena ulah manusia sendiri, misalnya lupa mematikan api unggun ketika berkemah atau membuang puntung rokok sembarangan (di sekitar hutan), atau malah dengan sengaja membakar hutan untuk alih fungsi hutan.
Sementara untuk meminimalisir kerusakan lingkungan dan hutan akibat alih fungsi lahan, kita bisa mulai dari hal-hal kecil.
1. Menghemat kertas
Kertas yang praktis digunakan ini ternyata menjalani proses pembuatan yang panjang dan tidak semudah kita dibayangkan.
Tinggal di daerah yang penggunaan teknologi sebagai sarana dan prasarana pendidikan masih terbatas, mau tidak mau membuat Ceuceu tetap harus membawa buku pelajaran ke sekolah. Untuk meminimalisir penggunaan kertas, saya hanya membekali ceuceu buku sebanyak 2 buah setiap harinya. Satu untuk sarana mencatat pelajaran, sementara satu lagi untuk tugas ataupun pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru.
2. Menghindari penggunaan tissue
Sama seperti kertas, tissue juga menggunakan kayu sebagai bahan dasarnya. Karenanya, demi mengurangi penggunaan kayu, alih-alih memakai tissue untuk mengelap keringat, saya juga membekali Ceuceu dengan sapu tangan ataupun handuk kecil.
3. Memakai pensil mekanik
Pensil yang paling banyak digunakan adalah pensil yang terbungkus dengan kayu. Padahal kayu itu hanya berfungsi sebagai pembungkus inti pensil. Saat pensil sudah tumpul, kita akan menajamkan pensil kayu dengan menyerutnya. Sementara bagian kayu yang terserut terbuang begitu saja. Namun sekarang tidak sedikit beredar pensil mekanik. Ketika isinya habis, makanya isinya saja yang akan kita beli.
4. Menggunakan Buku Sekolah Elektronik sebagai pengganti buku paket
Guru Ceuceu di sekolah menawarkan pinjaman buku paket tiap mata pelajaran. Namun dengan halus saya menolaknya dan kemudian mengunduh buku pelajaran berupa Buku Sekolah Elektronik.
5. Tidak mencetak foto di atas kertas
Sementara teman-temannya sibuk mengantri di tempat cuci cetak foto, saya mengenalkan Ceuceu dengan online storage. Ceuceu boleh mengunggah foto-foto dokumentasinya sendiri ke akun online storage ataupun blog miliknya. Murah dan mudah tentu saja, karena foto-foto itu bisa dilihat Ceuceu ataupun teman-temannya kapan dan di mana saja.
Ceuceu sedang kampanye Save The Tiger dengan gambar buatannya sendiri š
Ibarat pepatah, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, sedikit yang Ceuceu lakukan sekarang, akan berdampak banyak bagi kelangsungan hutan di masa depan.
Disclaimer : Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba “Blogger Peduli Lingkungan”Ā yang diadakan oleh WWF dan Blog Detik. Isi tulisan di luar tanggung jawab WWFĀ dan Blog Detik. Mau ikutan? Klik di sini ya!
Jangan lupa untuk update terus pengetahuan kamu tentang lingkungan diĀ WWF, follow juga twitternya diĀ siniĀ dan like fanspagenya diĀ sini. Buat blogger lainnya, yuk gabung diĀ Blog Detik. BanyakĀ blogĀ keren di sana š
ReferensiĀ :
1. WWF Indonesia
2. Kompas
3. Tempo
4. Berita Iptek