Periksa Mata di Klinik Netra Bandung

By | June 5, 2017

Senin depan pengumuman UN. Gak kerasa. Perasaan baru kemarin saya antar Ceuceu sekolah TK di TK At-Taqwa Antapani. Sekarang sudah kelas 6 SD di Subang, masih diantar juga sih. Mungkin di sekolahnya sekarang Ceuceu jadi satu-satunya anak kelas 6 yang masih diantar. Pernah saya ditegur oleh tetangga gara-gara ini.

“Anak jaman sekarang enak ya? Udah mah deket sekolahnya, diantar pakai motor. Dulu mah bapak, wuiiihhh… jalan kaki. Ada tuh 5 kilometer mah dari rumah ke sekolah”, ujar si Bapak tetangga sambil berapi-api kayak mau perang aja.

Maksud si Bapak tetangga mungkin baik, mengingatkan saya agar tidak terlalu memanjakan anak-anak dengan mengantar jemput mereka setiap hari. Padahal kurang dari 10 menit jalan kaki juga nyampe. Gak apa-apa, lah Pak. Bukan bermaksud memanjakan Ceuceu dan Teteh. Ini mah biar emaknya ada kerjaan alias gak ngagoler teuing we atuh.

Sebentar lagi antar sekolahnya makin jauh. Karena masa belajar Ceuceu di SD ini sudah selesai. Tinggal menunggu pengumuman nilai UN saja. Dan seperti halnya ibu-ibu lain yang seringkali dilanda stress ketika anaknya akan menghadapi ujian, ada banyak drama sebelum ujian kemarin. Padahal anaknya sih cuek-cuek saja *krai

Sebelum ujian praktik, Ibu Dida, wali kelas Ceuceu, memanggil saya yang sedang nangkring di atas motor sambil menunggu Teteh pulang agar segera menghampiri beliau di kantin. Wah, mau ditraktir nih! Ahaha…

Tapi ternyata, ibu wali kelas bukan bermaksud mentraktir saya. Beliau hanya ingin menceritakan perkembangan belajar Ceuceu selama duduk di kelas 6. Mau ngobrol santai nih ceritanya.

Ibu Dida kemudian bercerita dengan hati-hati, bahwa prestasi Ceuceu di sekolah agak merosot dibanding semester sebelumnya. Bahkan ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah, Ceuceu seringkali tidak fokus dan malah anteng… gagambaran. Hiks.

#lavinnart

A post shared by ViolaMochi (@lavinna_aisha) on

Segera saya mengiyakan pernyataan Ibu Dida karena memang di rumah pun Ceuceu susah sekali diminta belajar.

“Iya bu…  Jauh ya sama semester kemarin? Soalnya… aduh, ini di rumah juga Ceuceu susah disuruh belajar. Maunya gagambaran terus. Kalau diminta belajar, yang ada malah berantem sama saya. Pusing bu saya juga”, laah.. ini Mamahnya malah curcol

… dan Ibu Dida pun bengong melihat saya yang malah merepet kayak kereta api hahaha

“Muhun, Bu. Rupina mah Lavinna teh ayeuna kirang tiasa ningal kanu bor. Janten pami aya nu kedah diserat dina bor teh, ningal ti rerencanganna, ngantosan rerencanganna beres nyerat heula. Kantos diparios socana?”, pelan-pelan Ibu Dida menenangkan saya dan memberikan penjelasan.

Deg! Waduh… ternyata alasan Ceuceu kurang menyimak pelajaran di sekolah dan malah memilih menggambar ini bukan karena malas seperti yang sudah saya tuduhkan selama ini. Tapi karena mata Ceuceu yang tidak bisa melihat apa yang tertulis di papan tulis.

Errr.. tapi di rumah mah belajarnya pakai buku, gak perlu liat jauh-jauh ke papan tulis. Koq gagambaran terus sih, Ceu? -_-

Ceuceu memang pernah tanya-tanya soal kacamata, tapi gak secara langsung bilang kalau matanya sudah gak bisa melihat dengan jelas. Waktu itu Ceuceu cuma bilang, Mah… kalau orang pakai kacamata itu beneran minus atau cuma bohongan?“. Udah, gitu doank. Saya pikir Ceuceu hanya ingin memakai kacamata mainan (lensa bening tapi bukan minus) seperti yang teman-temannya pakai ke sekolah.

Saya gak curiga sama sekali kalau mata Ceuceu minus. Andai Ibu Dida gak cerita kemarin, bisa jadi sampai sekarang juga saya masih gak tau… hiks.

Sampai di rumah, saya mencoba bertanya ke Ceuceu, dan akhirnya Ceuceu bilang kalau selama ini memang gak bisa melihat tulisan di papan tulis. Kalau ada yang harus ditulis, ya tunggu temannya dulu. Makanya Ceuceu sering pulang paling belakangan. Untuk urusan pulang belakangan ini pun saya pikir karena Ceuceu yang memang kurang gesit… duh!

Penasaran, saya minta Ceuceu membaca teks yang ada di televisi. Hasilnya… gak ada yang terbaca sama sekali.

Untuk memastikan berapa minus mata Ceuceu, akhirnya saya mengajak Ceuceu periksa ke Klinik Netra di Jl. Supratman No. 17 Bandung.

Dari rumah berangkat setelah Ceuceu pulang sekolah dan beres makan siang. Jam setengah 2 sudah di Jalancagak. Tapi karena elfnya ngetem luar biasa, jam 4 lebih elf baru berangkat. Ade yang tertidur sejak duduk di elf, terbangun pas elf baru jalan. Dikiranya sudah sampai Bandung… padahal baru nyampe Cisaat haha

Kesal sih. Soalnya ini kan rencananya bolak balik. Kalau jam 4 baru berangkat, kemungkinan maghrib baru sampai Bandung. Pulang lagi ke Subang jam berapa coba? Saya sih gak masalah. Tapi kan kasian anak-anak.

Dan ternyata benar saja, sampai Bandung pas Maghrib. Langsung disambung ke Klinik Netra. Mudah-mudahan sih masih keburu. Dari hasil browsing, Klinik Netra buka mulai dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam di hari kerja.

Sampai di Klinik Netra jam 7, alhamdulillah masih buka. Langsung menuju meja pendaftaran.

 Pendaftaran Netra

Di meja registrasi ini kita ditanya keluhan dan diminta data lengkap seperti layaknya pendaftaran medis di tempat lain. Jadi jangan lupa sertakan kartu identitas ya.

Selesai registrasi, Ceuceu diminta menunggu sebelum dipanggil ke ruang periksa. Ruang tunggunya nyaman. Sambil menunggu, saya memperhatikan sekeliling.

Ada seorang Bapak yang sedang menyelesaikan administrasi di meja kasir. Gak lama kemudian ada seorang perempuan yang menyusul Bapak ini. Matanya diperban, jalannya masih sempoyongan. Oh, rupanya istri si Bapak baru saja menjalani tindakan.

Di Klinik Netra ini layanannya memang cukup lengkap. Bahkan menurut informasi, ada layanan lasik juga di sini.

Gak lama kemudian, Ceuceu pun dipanggil masuk ke ruang pemeriksaan. Ruang periksanya cukup luas. Ada 2 meja periksa dan kursi tunggu.

Ruang periksa Netra

Ruang periksa Netra

Selesai diperiksa di ruang pemeriksaan ini, pemeriksaan dilanjutkan di ruang dokter. Ada Dokter Pandji A, Sp.M(K) yang menangani Ceuceu.

Ruang periksa Netra

Hasil pemeriksaan menunjukkan kalau mata Ceuceu sudah – 1.75, dan -1.75.

P_20170322_214016_vHDR_Auto

Wowwwww!!! Ternyata sudah cukup besar. Pantas saja kalau sampai tulisan di papan tulis tidak terlihat sama sekali padahal Ceuceu sudah duduk di bangku paling depan. Saya saja yang hanya -0.75 sudah tidak bisa melihat teks di televisi dengan jelas.

Selesai diperiksa oleh Dokter Pandji, Ceuceu diberi kertas resep untuk ke optik. Di bagian depan Klinik Netra ada optik. Hanya saja menimbang jarak dan waktu yang harus ditempuh kalau kembali ke Klinik Netra, dan kacamata sudah pasti gak selesai dalam sehari, apalagi ini pesannya malam-malam, jadi diputuskan beli kacamatanya di dekat rumah saja. Yang penting mah resepnya kan.

O ya, biaya pemeriksaan mata di Klinik Netra ini 185 ribu rupiah. Ini di luar resep obat dan kacamata ya. Kalau ada obat yang harus ditebus, tentu saja biayanya nambah lagi.

IMG_20170605_163005

Sekarang Ceuceu sudah pakai kacamata berdasarkan resep dari Dokter Pandji.

Terus kemarin sebelum UN gimana? Belajar atau masih gagambaran? Ya tetap gagambaran laaahhhhh… Asli, ini mah. Bikin stress Mamahnya pas ujian. Ya mudah-mudahan sih hasil UN-nya memang bagus. Doain ya…

5 thoughts on “Periksa Mata di Klinik Netra Bandung

  1. Hastira

    wah mantap ay kliniknya, memang kadang anak suak agk ngomong saat dia gak bisa melihat jauh. dulua dikku juga bgt tp saat ibuku ke sekolah, gurunya yg bilang kl adikku kalau nyatet dr papan selalu maju ke depan

    Reply
  2. Nia Haryanto

    Wah, kayak si Teteh ana nih. Prestasi merosot karena matanya minus. Si Teteh ana malah minusnya 4 dan 4,5. Huhuhu… dia gak pernah bilang sebelomnya kalo dia gak bisa lihat tulisan di papan tulis. Untung weh langsung dipariksa. Jadinya gak nambah besar. Ayo Ceuceu… kembangin bakat gambarnya. 🙂

    Reply
  3. Djangkaru Bumi

    Kalau sudah punyabakat menggambar memang susah untuk dihilangkan. Karena menggambar bisa menjadi pelampiasan penat dan menghibur diri.
    Untung anaknya bisa diajak komunikasi dengan baik. Rata-rata anak malu untuk memakai kacamata.
    Saya juga jadi ingin periksa mata, kira-kira bisa gratis ? sebagai gantinya nanti saya promosikan diblog saya.

    Reply
  4. Lusi

    Lha sisulung smp skrg mau kuliah masih aku antar jemput lo pdhl dekat wkwkwk. Tetangga gemes lihatnya tapi aku cuek aja. Btw ibu wali kelasnya baik ya, perhatian & komunikatif. Ceuceu ntar kalau sdh dpt kacamatanya dipakai terus ya, supaya nambahnya nggak cepet krn minus itu cepet nambahnya kalau dlm masa pertumbuhan. Dokter minta 6 bulan sekali periksa tapi bungsuku (minus 4) periksa cuma setahun sekali krn kalau 6 bulan nggak kelihatan progressnya.

    Reply

Leave a Reply to Lusi Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *