Mun teu ngakal moal ngakeul

By | January 4, 2015

Saya bukanlah pekerja kantoran, bahkan sama sekali belum pernah merasakan dinamika dunia kerja. Takutkah saya dengan “beratnya” dunia kerja? Bisa jadi hehe…

Bukan hanya sekali dua kali saya mendengar nasihat orang tua ataupun tetangga yang menyayangkan keputusan saya. Mereka bilang, “ngapain sekolah tinggi-tinggi kalau hanya akan kembali ke dapur?”.

Bahkan tak jarang mereka juga membanding-bandingkan saya dengan orang lain yang karirnya moncer, rumahnya bagus, mobilnya juga bagus. Sakit hati dan iri kah saya? Tidak. Karena ini memang keputusan yang saya buat sendiri. Bukan untuk memicu peperangan, bekerja vs rumahan.

Ah, tapi pepatah bilang “Mun teu ngakal moal ngakeul”. Manusia diciptakan Tuhan dengan akalnya. Kita tidak akan bisa mendapatkan nasi kalau tidak berpikir. Kalau makan sekedar makan, ayam juga makan beras.

Tapi padi bisa menjadi nasi melalui serangkaian proses, mulai dari menanam padi, menggiling beras, menanak nasi, sampai ngakeul. Ngakeul adalah sebuah kegiatan membolak-balikan nasi yang baru matang sambil dikipas-kipas. Tujuannya agar uap air yang masih terperangkap di bawah keluar. Hal ini bisa mencegah nasi menjadi cepat basi. Lalu, bagaimana kita bisa mendapatkan beras? Kalau kita bukan petani, tentunya kita harus bekerja untuk bisa membeli beras, bukan?

Soal rezeki, saya yakin masih bisa didapatkan dari ladang yang lain, bukan hanya bekerja.

Jatuh bangun saya membuktikan keyakinan tersebut. Salah satunya dengan berdagang, yang tak pernah untung, malah cenderung buntung. Tapi tidak pernah kapok. Meski jarang menuai untung, sampai sekarang saya masih saja berdagang.

Rezeki lain yang menguntungkan malah saya dapatkan hanya dengan duduk manis di rumah. Sambil menunggui dagangan, melepas kebosanan, saya mulai menulis di blog. Tujuan awal saya menulis di blog kali ini memang untuk ikut lomba.

Kali ini saya iri dengan keberhasilan beberapa kontak di media sosial yang seringkali “memamerkan” hadiah dari lomba blog. Beruntung ternyata Tuhan memang mengijinkan saya mencari rezeki lewat jalan ini. Satu dua lomba berhasil saya menangkan, beberapa diantaranya lomba yang diadakan BLOGdetik. Hadiahnya mulai dari voucher, merchandise, alat rumah tangga, handphone, sampai uang tunai. Tentunya #semangatngeblog saya juga semakin bertambah.

Yang membuat saya senang sekarang adalah keluarga yang sangat mendukung kegiatan menulis di blog ini. Anak-anak misalnya, meski sedang asyik main laptop sepulang sekolah, ketika tiba-tiba saya ingin menulis di blog, mereka rela laptopnya diambil alih. Anak-anak juga senang sekali sesekali diajak keluar, blusukan mencari ide untuk menulis di blog. Yang paling menyenangkan adalah, anak-anak suka membaca isi blog saya. Ya, blog saya punya fans sendiri!

Orang tua? Tentu saja ikut senang. Tetangga? Beberapa mengira saya ikut MLM. Bisa jadi karena saya sering membagikan link blog saya di media sosial. Iklan katanya.

Ah, terserah penilaian orang seperti apa. Yang jelas saya jatuh cinta dengan blog, dan mun teu ngakal moal ngakeul itu memang benar adanya.

10 thoughts on “Mun teu ngakal moal ngakeul

  1. Lidya

    aku juga banyak mbak yang bilang gitu percuma udah kuliah tapi gak kerja. Walaupun sempat merasakan dunia kerja sebelum menikah

    Reply
  2. Lusi

    Aku dulu pernah kerja sih mak. Tapi sekarang kalau ditanya aku jawab penulis aja walaupun buku dari penerbit major baru satu. Soalnya kalau bilang blogger susah neranginnya heheheee

    Reply
  3. Mang Yono

    betul sekali atuh Teh, bagja, rezeki tos di atur ku Mantena…

    menurut sumkuring mah ngakeul sambil Ngeblog itu adalah wanita karier, di tambih ku fans anu top … he

    Reply
  4. rianda

    keren mbak. bisa menang banyak kontes. apalgi kontes Aqua kemarin itu..
    bagi dong tipsnya.. hehe

    Reply
  5. Keke Naima

    Ketika saya memutuskan resign juga ada beberapa yang bilang begitu. Sekolah tinggi-tinggi cuma buat jadi IRT, nanti kerjaannya nonton sinetron, gosip, sama dasteran terus tiap hari.

    Saya cengengesan aja karena belum bisa membuktikan juga, kan? Kalau sekarang sih udah bisa membuktikan dan bilang kalau saya nyaris gak pernah pake daster. Bahkan tontonan yang disebut itupun nyaris gak pernah saya tonton juga. Sibuk ngeblog :p

    Reply
  6. Mugniar

    Salut sama dirimu Mak. Bertangan dingin dalam lomba blog 🙂

    Semoga selalu bugar untuk menulis … selamanya yaa 🙂

    Reply
  7. Akhmad Muhaimin Azzet

    Setuju banget, Mbak. Sebab, saya sangat menyakini, bahwa rezeki itu bukan dari kerja kantoran, PNS, dagang, MLM, atau apa pun. Rezeki itu dari Tuhan. Maka, mestinya kita tidak menggantungkan diri pada bentuk pekerjaan, melainkan hanyak kepada-Nya. Bila sudah demikian, maka kita akan senang menikmati hidup sebagai apa saja atau pekerjaanya apa saja; yang penting baik dan halal.

    Reply
  8. Yuni andriyani

    Setiap kehidupan sudah ditetukan garisnya masing-masing…dan tentu saja sudah disiapkan rejekinya tetapi ” mun teu ngakal moal ngakeul ” apakah artinya ? 🙂 *penasaran*

    Reply
  9. evrinasp

    Betul rejeki datang dari mana aja asal menggunakan akal, saya udah pernah kerja terus nganggur terus kerja lagi jadi tau rasanya, dan sekarang walopun udah kerja bukan berarti santai aja nikmatin gaji, saya juga jualan kok mak, salah satu resolusi tahun ini bisnis dari rumah, lagi mulai kecil2an nih, klo dulu jualan bibit sekarang jualan yoghurt, rasanya seneng ajah

    Reply

Leave a Reply to evrinasp Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *