Duh… batal gak ya?
Itu yang pertama kali terlintas di benak saya ketika beberapa tahun yang lalu mendapat jadwal donor rutin tepat di bulan puasa.
Alih-alih mendonorkan darah sesuai jadwal, saya memilih menunda donor darah sampai bulan Ramadan usai. Bukan karena takut batal, tapi… takut pingsan. Soalnya pernah setelah donor saya merasa kliyengan. Penyebabnya adalah… waktu itu saya bohong ke dokter, kalau saya sudah sarapan. Padahal sarapannya cuma kopi hihi…
Terus gimana donk kalau jadwal donornya pas bulan puasa? Atau pas lagi ada sodara yang kebetulan sangat memerlukan transfusi darah.
Sekedar informasi, kebutuhan darah di bulan puasa sampai seminggu setelah lebaran ini jauh banget dengan stok yang ada. Tahun 2014 lalu, ketika saya donor di bulan puasa, stok darah AB 0, padahal yang perlu ada 20 kantung. Aduh… sedih ya? Soalnya selain kebutuhan yang memang meningkat, PMI juga kekurangan pendonor. Wajar kalau pendonor berkurang, puasa kan kadang bikin lemes. Bisa gak ditunda saja sampai setelah lebaran? Duh, itu darah buat yang lagi urgent… masa ditunda sampai lebaran sih?
Kalau soal donor darah membatalkan puasa, ilmu agama saya masih cetek. Tapi cari amannya saja. Ditinjau dari segi kesehatan, dengan kondisi perut yang kosong, di mana asupan makanan dan cairan sudah terpakai seharian, donor darah di saat berpuasa bisa jadi membahayakan. Solusinya, ya tunggu sampai waktu berbuka.
Bagi yang sudah rutin donor darah, terlewat beberapa hari dari jadwal saja tubuh sudah memberi semacam alarm. Mulai dari pusing, pegal-pegal sampai badan terasa jadi berat. Bukan berat karena makin gemuk ya, beda lagi itu mah rasanya. Kalau itu, indikatornya dari celana yang udah gak bisa dikancing haha
Koq bisa gitu?
Praktisnya sih karena donor membuat aliran darah di tubuh kita menjadi lancar.
Setiap kali donor ada 350-450cc darah yang dikeluarkan. Selama 75 hari, sumsum tulang belakang akan memperbarui darah yang keluar dengan memproduksi sel darah merah yang baru.
Kondisi ini membuat kadar Fe darah (zat besi) menjadi stabil.Kadar zat besi dalam darah yang tinggi dapat membuat kita rentan terkena penyakit jantung. Selain itu, donor darah juga membuat kepekatan darah seseorang berkurang, jadi aliran darah lebih lancar. Ssssttt… menurut sebuah penelitian, rajin mendonorkan darah mampu menurunkan risiko serangan jantung hingga 88%.
Ibarat rekening, kalau sudah penuh perlu dikosongkan sesekali, demi menerima transferan yang baru. Apalagi darah *analogi apa ini hahaha…
Nah, berpuasa juga kan membuat badan sehat nih. Lewat puasa, kalau saja pas buka tidak makmakmekmek, kita bisa mengontrol berat badan, kolesterol, asam urat, dan gula darah. Darah yang didonorkan saat berpuasa juga tentunya jadi lebih sehat.
Jadi gimana, masih ragu donor darah di bulan puasa?
Gak perlu menunggu sampai lebaran lewat. Kalau masih takut donor darah saat berpuasa bisa membatalkan puasa, beres terawih tinggal cus ke Unit Transfusi Darah terdekat. Selama bulan Ramadan Unit Donor Darah PMI Kota Bandung buka selama 24 jam, lho! Jadi gak perlu takut batal kan sebenarnya. Apalagi takut pingsan. Soalnya selesai terawih mah perut udah penuh.
O iya, ada yang baru nih di UTD PMI Kota Bandung. Kalau dulu biasanya sebelum donor harus isi formulir di kertas, sekarang proses registrasinya pakai komputer.
Di tempat ambil darahnya pun sekarang ada komputer. Hmmm.. yang ini mah belum tau fungsinya buat apa hihihi.
Kuy ah… kita donor darah.
Do you feel you don’t have much to offer? You have the most precious resource of all: the ability to save a life by donating blood
— BloodForOthers BDG (@DonDarBDG) June 7, 2017
Jadi keingetan, udah lama pisan ga donor darah, uy. Kalo mau PMI, bareng, yu.
Saya belum pernah donor darah di bulan puasa, nih
Udah lama ngga donor darah, pengen juga merutinkan
Ah aku mah. Frustrasi lah mau donor darah teh. Ditolak terus. Huhuhu…