“Mamah Aldebaran, ini ada undangan buat Aldebaran”, ujar Teh Rina sambil menyodorkan selembar kertas.
Saya pun melirik kertas undangan yang diberikan Teh Rina. Undangan ulang tahun teman Ade. Acaranya Sabtu ini.
Ade juga rencananya mau syukuran ulang tahun di sekolah. Nanti, masih lama. Itu pun kalau tabungannya cukup wkwkwkwk… Mudah-mudahan sih cukup. Soalnya dulu Teteh dan Ceuceu juga pernah syukuran ulang tahun di sekolah. Tidak tiap tahun dirayakan sih. Karena memang gak ada perayaan.
Teteh dan Ceuceu masing-masing hanya pernah syukuran ulang tahun di sekolah sebanyak 1 kali. Hitung-hitung kenang-kenangan.
Teman-teman Teteh dan Ceuceu juga pernah syukuran ulang tahun di sekolah. Lucunya, tiap kali ada temannya yang ulang tahun, Teteh dan Ceuceu selalu minta jatah kado yang sama. Aduh, rugi bandar ini mah!
Setelah Teteh dan Ceuceu masuk SD, tidak ada acara ulang tahun yang ramai-ramai undang banyak orang sama sekali. Paling Ceuceu dan Teteh mengundang beberapa orang teman dekatnya untuk menghabiskan tumpeng yang saya buat. Gak dapet kado donk? Beberapa teman Ceuceu dan Teteh seringkali berinisiatif memberi kado meski tak ada acara apa-apa. Kado dari saya? Oh, itu urusan bapaknya. Emaknya sudah rugi bandar tiap kali ada yang ulang tahun ahahaha…
Belakangan saya seringkali mendengar keluhan dari orang tua murid yang merasa tidak nyaman menerima banyak undangan ulang tahun. Keluhannya tentu saja tidak disampaikan ke pengundang. Cuma bisik-bisik di belakang alias gossip gitu ceritanya.
Wajar sih kalau ada yang merasa tidak nyaman dengan banyaknya undangan ulang tahun di sekolah. Apalagi kalau berbarengan waktunya dengan musim hajatan. Sudah cukup pusing lah membagi jatah jajan dengan amplop untuk undangan nikah/sunatan yang bisa sampai 3-5 undangan tiap minggu. Ini harus ditambah dengan jatah kado ulang tahun.
Belum lagi kalau anak juga jadi rewel karena melihat temannya merayakan ulang tahun di sekolah, terus jadi kabita pengen ulang tahun di sekolah juga.
Undangan ulang tahun yang saya terima dari Teh Rina tadi, acara ulang tahun di sekolah yang ke-2 kalinya diadakan di bulan November. Bulan Agustus? Ada juga yang ulang tahun. Begitu pun dengan bulan-bulan sebelumnya, ada 2-3 undangan ulang tahun. Acara ulang tahunnya sendiri biasanya diadakan khusus hari Sabtu, di mana jam belajar anak-anak lebih pendek.
Kalau sedang berkecukupan sih gak apa-apa ya. Tapi kalau sudah akhir bulan dan Pattimura mulai berjajar rapi, kan pusing juga. Gak dateng salah, gak ngado juga gak enak.
Sekali dua kali, tiap kali ada undangan, keluhan yang sama selalu muncul. Sampai akhirnya keluhan yang disampaikan sambil berbisik-bisik tadi dijadikan bahan rembukan antara orang tua murid dan juga pihak sekolah.
Akhirnya diperoleh kesepakatan mulai sekarang, kalau ada acara ulang tahun lagi, lebih baik kadonya kolektif saja. Jadi tiap orang tua murid harus mengumpulkan uang sebesar (misalnya Rp. 5000,-) yang nantinya dibelikan hadiah untuk anak yang sedang berulang tahun. Lima ribu dikali 50 anak saja sudah lumayan, apalagi kalau dapat mainan bagus lewat promo mainan anak.
Yaaa… kadonya memang jadi lebih sedikit sih. Cuma 1 malah. Tapi berhubung hampir tiap minggu selalu saja ada undangan ulang tahun, setidaknya ini tidak memberatkan orang tua anak-anak. Menurut saya, kado kolektif seperti ini jadinya juga lebih adil, tidak ada kado yang lebih bagus atau yang harganya lebih mahal, yang bisa jadi malah membuat orang tua murid saling bergesekan.
Jangan salah, isi goodie bag yang berbeda di tiap acara ulang tahun saja kadang bisa jadi bahan gossip. Ya, maklum lah… namanya juga emak-emak. Apa saja bisa dibikin jadi ribut hahaha.
Kalau kado kolektif masih juga memberatkan, sepertinya memang harus ada kebijakan tidak boleh ada perayaan ulang tahun di sekolah. Kecuali kalau pengundang rela membawakan makanan untuk anak-anak di sekolah tanpa kado. Mau kasih kado silakan, gak ngasih juga gak apa-apa. Tidak ada yang terbebani.
Nanti Ade gitu juga deh. Kalau tabungannya cukup, saya bisa membawakan makanan untuk teman-teman Ade. Teman-temannya gak usah bawa kado. Soal kado, mari kembali serahkan ke bapaknya saja wkwkwkwk…