Jauh sebelum PON XIX dimulai saya antusias sekali mengajak anak-anak menonton pertandingan langsung ke venue. Keinginan ini pun saya sampaikan ke suami. Apa daya kadang keinginan memang jauh dari kenyataan. Kendalanya apalagi kalau bukan jarak dan jadwal pertandingan yang kurang bersahabat dengan jadwal sekolah anak-anak. Pas lagi libur, eh… ada saja halangannya. Alhasil, hanya bisa memantau pertandingan PON XIX live dari timeline media sosial. Untungnya ada jaringan 4G terluas di Indonesia hanya dari Telkomsel. Jadi meski berada di daerah pegunungan, saya gak perlu takut ketinggalan info sedikit pun.
Sedih sih. PON kan gak tiap tahun dilaksanakan di Tanah Legenda. Malah PONJabar2016 ini merupakan penantian panjang Jawa Barat selama 50 tahun setelah jadi tuan rumah di tahun 1961. Kalau harus menunggu 50 tahun lagi, yakin masih keumuran? Mudah-mudahan memang masih ada umur…. diaamiinkan saja ya…
Tahu kalau saya sedih gak bisa nonton pertandingan langsung di venue, suami mengirim pesan yang didapat dari broadcast. Isinya, jadwal balap sepeda selama 3 hari berturut-turut dan satu diantaranya lewat depan rumah. Aha! Ini hari yang gak boleh dilewatkan. Apalagi balap sepeda jadi salah satu cabor favorit setelah salah dua badminton, salah tiga berkuda, salah empat panahan, salah lima renang… ya elah, semuanya aja ini mah hihi
Atlet balap sepeda yang paling Ceuceu kenal (namanya) adalah Tonton. Berkali-kali Ceuceu nanya, apa Tonton ikut PONJabar2016? Masih ikut sih kalau gak salah, di nomer beregu. Tapi junior-juniornya juga gak kalah keren pastinya. Apalagi latihannya hampir tiap hari.
Iya, hampir tiap hari saya melihat atlet-atlet balap sepeda ini latihan dan lewat di depan rumah. Biasanya mereka latihan hanya sampai Alun-alun Sagalaherang. Kurang dari 5 menit kemudian sudah kembali lewat depan rumah dan meneruskan latihan ke Tangkuban Parahu.
Kenapa jalur Sagalaherang/Jalancagak – Tangkuban Parahu dijadikan tempat latihan rutin bahkan jadi tempat balap sepeda tingkat nasional dan Asean?
Soalnya dimulai dari Jalancagak, di jalan sepanjang kurang lebih 20 km ini, yang namanya tanjakan baru berujung di gerbang Tangkuban Parahu. Tanjakannya juga macam-macam. Mulai dari tanjakan lurus, tanjakan berbelok, tanjakan curam, sampai tanjakan landai yang orang Sunda bilang mah tanjakan mayat, tanjakan yang tidak terlihat menanjak tapi bisa membuat kita kehabisan nafas. Dijamin lah, ngaboseh di Jalancagak – Tangkuban Parahu mah bakal ngahegak! Berat!
Tapi itu mah saya saja sih. Kalau atlet PON, apalagi kontingen Jabar mah beda. Pernah ketika atlet-atlet ini lewat depan rumah dan saya berangkat ke Bandung setengah jam kemudian, saya berpapasan dengan mereka di Dayang Sumbi, sekitar 7 km sebelum Tangkuban Parahu. Wuidih… strong banget lah. Cepat amat setengah jam sudah hampir sampai di Tangkuban Parahu.
Makanya, takjub saya mah melihat atlet-atlet ini latihan rutin melewati Jalancagak-Tangkuban Parahu. Koq gak ada capeknya ya?
Menyaksikan mereka latihan, membuat saya penasaran dengan pertandingan mereka melawan atlet kontingen lain.
Jadi, sesuai jadwal yang didapat dari broadcast tadi, rencananya Rabu ada balap sepeda putra nomer ITT start dari Alun-alun Subang dan balap sepeda putri nomer ITT start dari Cijambe, Kamis balap sepeda putri nomer ORR (Open Road Race) start dari Padalarang dan melintas ke Sagalaraherang, Jumat balap sepeda putra nomer ORR (Open Road Race) start dari Padalarang dan melintas ke Jalancagak. Semuanya finish di Tangkuban Parahu.
Pertandingan balap sepeda di hari Rabu terpaksa saya lewatkan, hujan sih. Susah juga kalau hujan-hujan harus ke Jalancagak. Gak apa-apa, masih ada balap sepeda hari Kamis yang lewat depan rumah.
Tapi pertandingan balap sepeda putri di hari Kamis sempat membuat saya galau. Soalnya dari jauh hari saya mendapatkan amanat dari tetangga untuk mendokumentasikan acara pengajian dan siraman yang diadakan bada Dzuhur. Sementara di waktu yang hampir bersamaan, diperkirakan balap sepeda juga pas banget lewat depan rumah. Sedangkan menurut info dari broadcast, balap sepeda putri start jam 10.30 dari Padalarang. Kalau dihitung-hitung sekitar jam 12 atlet-atlet ini sampai di Sagalaherang.
Tapi demi menuntaskan rasa penasaran, saya menunggu atlet-atlet putri ini lewat di depan mata. Warga sekitar juga cukup antusias menanti atlet balap sepeda lewat. Hampir semua keluar dari rumah dan menghentikan aktivitasnya demi melihat balap sepeda. Bahkan anak-anak sekolah sampai berbaris di pinggir jalan. Sayang, tidak banyak yang bisa saya dokumentasikan di sini. Karena jalan yang relatif menurun, jadi mereka lewatnya cepet banget. Hasil foto hampir semuanya buram… dasar amatiran haha
Untuk sementara atlet balap sepeda putri #JabarKahiji…
Tergesa-gesa saya segera meninggalkan pos ojek dan menuju rumah tetangga, demi melaksanakan tugas Negara… mendokumentasikan pengajian dan siraman yang sudah hampir dimulai… halah.
Karena masih penasaran, di rumah tetangga ini saya janjian dengan Nando, teman Ceuceu, Jumat selepas Ashar kita nonton balap sepeda ke Jalancagak bareng sama Ceuceu, Teteh dan Ade.
Sambil jeprat jepret, saya memantau hasil pertandingan, tentu saja masih mengandalkan jaringan 4G terluas di Indonesia hanya dari Telkomsel. Dan ternyata benar, atlet balap sepeda putri #Jabarkahiji. Bukan hanya menempati posisi pertama, bahkan kedua dan ketiga diborong atlet balap sepeda putri dari Jabar. Tapi karena regulasi yang gak boleh menempatkan tiga juara dari 1 daerah yang sama, jadi posisi ketiga digantikan oleh posisi keempat.
Alhamdulillah… keren pisan.
Hari Jumat, ternyata bukan hanya Nando yang mau ikut. Ada Salman, Farris, Kamal, dan Bebey. Waduh… sebelum benar-benar membawa mereka ke Jalancagak, saya memastikan kalau mereka sudah ijin dulu ke orangtuanya. Mereka bilang sih sudah minta ijin. Jadi ya sudah, kuy lah!
Sampai di Jalancagak, nampak beberapa polisi sedang berjaga-jaga. Katanya atlet balap sepeda baru sampai Subang. Masih ada waktu buat menentukan spot yang enak buat mengambil foto atlet ini. Paling enak sih di jalan yang menanjak ya, mengingat kalau di tanjakan ini atlet-atlet berkurang kecepatannya hihi…
Monitoring keberadaan atlet lewat radio komunikasi terus berjalan. Begitu atlet balap sepda dimonitor sudah mendekat, jalan mulai disterilkan. Gak boleh ada motor dan mobil yang lewat. Semua diminta memarkirkan kendaraannya di pinggir jalan.
Ada juga tim pengawal yang membuka jalan untuk para atlet ini. Yah, kebayang kan ya… kalau atlet lagi serius balap, tiba-tiba dari arah berlawanan ada motor atau mobil yang nyelonong. Eh, tapi memang ada juga lho warga yang gak sabaran dan gak mau menunggu atlet-atlet ini lewat. Sudah diminta parkir juga, pas pak polisinya jalan ke tempat lain, itu motor nyelonong aja. Hih, rasanya pengen lempar orang-orang ini pake helm. Sayang, saya dan anak-anak berangkat pakai angkot, jadi gak bawa helm. Jadinya pas ada yang nyelonong begitu saja, semua beramai-ramai menyoraki orang itu.
Hampir setengah jam setelah jalan disterilkan, akhirnya atlet balap sepeda yang menempati posisi sementara kesatu, mendekat juga. Sendiri saja, dikawal mobil dan motor. Dari seragamnya terlihat kalau ini atlet dari Kalimantan Barat. Meski melewati tanjakan, atlet ini masih bisa tersenyum… dih, emesh banget lah wkwkwk
Sempat kecewa karena bukan Jabar yang kahiji. Atlet Jabar berada di urutan ketiga rombongan pebalap. Tapi saya tetap optimis, kalau atlet balap sepeda dari Jabar menyimpan tenaganya untuk melewati tanjakan yang masih sangat panjang ini.
Makin ke belakang pemandangan atlet semakin mengharukan. Muka-muka kelelahan, kegerahan, kehausan sudah bukan hal yang aneh lagi. Beberapa atlet terlihat membuka bajunya. Ada juga atlet yang cidera dan mendapat pertolongan medis.
Duh, perjuangan mereka masih jauh padahal. Apalagi di berita saya lihat ada atlet yang sampai terkatung-katung. Sudah berjuang membawa nama daerah, tapi gak bisa pulang karena gak punya ongkos. Padahal mereka berhasil mempersembahkan medali buat daerahnya. Gimana gak sedih coba? Mudah-mudahan sih atlet yang lain, termasuk atlet balap sepeda ini gak mengalami hal yang sama.
Jalan baru dibuka kembali jam setengah 6, setelah semua atlet lewat. Saya dan anak-anak segera pulang. Soalnya maghrib mereka harus mengaji. Di tengah perjalanan, hp mulai ramai oleh panggilan telepon dan sms. Ternyata… teman-teman Ceuceu ini bilangnya cuma mau latihan drama di rumah Ceuceu. Beuh, kalian sukses bikin drama wkwkwk
Sampai di rumah, segera memantau hasil pertandingan balap sepeda. Hasilnya? Sesuai perkiraan, kalau atlet balap sepeda dari Jabar tadi tuh memang menyimpan tenaganya buat melibas semua lawan di tanjakan. Mantap! Sayang sih, pas lewat gak sempat dapat foto close upnya. Siwer soalnya, atlet Jabar ini nyempil diantara banyak pebalap sepeda. Ini kebetulan dapet foto close up pebalap dari Jambi, tapi gak tau siapa namanya hihi…
Ah, kapan-kapan kalau latihan dan lewat depan rumah, minta tanda tangan ya, Akang-akang & Neneng-neneng… mau ngopi dulu juga boleh ^_^
Du, kabayang kalau sayah yang harus ngeboseh dari jalan cagak ke tangkuban parahun, pasti sayah mah milih puter arah menuju Kota Subang 🙂
ahaha.. kalo saya ngaboseh mah, mending juga sepedanya dinaikin ke elf, terus sayanya ngejagung bakar dulu di gracia hihihi
Aaaaaaah belum sempet aja nonton PON,padahal udah mau beres hiks hiks hiks
hayu atuh, banyak pan di Bandung mah venue-nya… cuma waktu yang susah meureun ya? hehe
Keren bisa nonton balap sepeda ponjabar di tahun ini, apalgi langsung melihat ketangguhan para atlet berjuang dengan tangguh untuk daerahnya.
iya, Bang. Rasanya ikut bangga ^_^
Teteh seru reportasenya, hihi… Nuhun…
ini mah curhat, teh… bukan reportase hehe