Perjalanan dari Sagalaherang ke Sayang Heulang – Liburan panjang kali ini kami memutuskan untuk menjelajah pantai selatan, tepatnya Pantai Sayang Heulang dan Santolo yang ada di daerah Pameungpeuk, Garut.
Tidak mau terjebak macet yang panjang seperti saat ke Pangandaran tahun lalu, kami menunda keberangkatan sampai waktu liburan anak-anak hampir habis.
Tadinya sih mau lewat Pangalengan. Tapi karena perjalanan yang kami lakukan ini malam hari, dan penerangan di sepanjang jalur Pangalengan – Garut masih kurang, ditambah jalan yang relatif kecil, banyak belokan tajam dan jurang, jadinya kami mengambil jalan Nagreg via Sumedang.
Koq via Sumedang? Soalnya masih liburan, kalau lewat Lembang dipastikan terjebak macet hehe…
Kami berangkat hari Jumat sore dari rumah dengan perkiraan sampai di Santolo sekitar tengah malam. Jalanan cukup lancar. Ada banyak perubahan di daerah Sumedang, terutama pembangunan jalan tol yang mulai terlihat di beberapa titik.
Total perjalanan dari Sagalaherang ke Cicalengka yang berjarak kurang lebih 75 km memerlukan waktu sekitar 4 jam. Maklum, bawa anak-anak gak bisa ngebut-ngebut. Lagipula serem kalau ngebut, selain hujan, jalannya juga kecil. Sempat maghrib dulu di POM Bensin Rancakalong, keluar di Cicalengka tepat sebelum Jalan Raya Nagreg.
Dari Nagreg kami meneruskan perjalanan ke Santolo, saya sendiri mulai terlelap di daerah Warung Peuteuy, dan terbangun ketika sudah hampir sampai di Pameungpeuk. Itu pun karena Teteh terbangun dan mabok perjalanan sampai jackpot 2 kali. Malah saya pun hampir saja mengalami jackpot, hanya saja saya terus mensugesti diri agar tidak sampai jackpot. Keresek cuma bawa dua soalnya hahaha
Saya masih ingat betul bagaimana jalan menuju Pameungpeuk, terutama setelah melewati Kecamatan Cikajang. Hampir 20 tahun berlalu, jalan itu masih belum berubah. Jalan berupa huruf S yang terus bersambung selama kurang lebih 2 jam! Bisa menemukan jalan lurus sepanjang 10 m itu sudah anugrah… Nah, kebayang kan kenapa bisa sampai mabok hihi
Sebaiknya sih saat melewati jalur Cikajang-Pameungpeuk ini, terutama di siang hari, berhenti sebentar untuk menghirup udara segar. Ada banyak kios-kios untuk sekedar melepas lelah sambil menikmati beuleum ketan di tengah udara Cikajang yang sejuk banget.
Lagipula pemandangan perkebunan teh di Cikajang sayang untuk dilewatkan. Di jalan Cikajang-Pameungpeuk, juga ada spot favorit para pendaki tebing, yaitu Batu Tumpang. Tidak susah mencari Batu Tumpang, karena batu yang berukuran sangat besar ini berada tepat di tepi jalan.
O ya, sempatkan juga untuk mengisi bensin di POM bensin terakhir yang ada di Cikajang, karena dari Cikajang sampai Pameungpeuk tidak ada lagi POM bensin. Kalau Pertamini atau kios penjual bensin eceran sih banyak.
Catatan: kalau sudah menemui pohon besar yang berjejer rapi di sepanjang jalan, itu artinya sudah sampai di Papanggungan, Cikajang. Ada patung harimau milik Kostrad SSM 303 Cibuluh tepat di depan pertigaan. Tinggal belok kiri untuk sampai ke Pameungpeuk. POM bensin tidak jauh dari pertigaan ini. Sementara kalau mau ke Rancabuaya, ambil jalan yang ke kanan.
Tapi karena kemarin kami melewati jalur Cikajang-Pameungpeuk ini hampir tengah malam, jadi… lewat saja ah. Serem kalau berhenti di tengah kegelapan. Lebih baik sampai dengan cepat di Pameungpeuk.
Kami sempat diberhentikan oleh beberapa pemuda. Yang pertama karena ada perbaikan jalan di depan. Para pemuda ini meminta kami untuk berhati-hati.
Tak lama setelah melewati jalan yang sedang diperbaiki, kami kembali diberhentikan oleh beberapa pemuda. Kali ini sepertinya sih… errr… mereka mabuk. Agar bisa meneruskan perjalanan, mereka meminta imbalan rokok. Duh… Ya sudahlah, kasih aja selembar seribuan. Gelap ini, mabuk pula… gak bakal keliatan hahaha
Akhirnya, tepat jam 12 malam kami sampai juga di Sayang Heulang. Sayang Heulang memang menjadi tujuan pertama kami karena tempatnya yang relatif sepi dibanding Santolo.
Sampai di gerbang, kami harus membayar tiket sebesar Rp. 7.500 per orang plus tiket parkir mobil Rp. 20.000. Harga sebenarnya sih gak tau berapa. Kalau siang mungkin bisa jadi kurang dari segitu heuheu…
Tidak sulit mencari penginapan di Sayang Heulang. Karena di sepanjang jalan memang banyak penginapan dengan harga kamar hotel di Indonesia yang relatif terjangkau. Penginapan di Sayang Heulang ini berhadapan langsung dengan bibir pantai.
Kemarin kami menyewa 1 kamar dengan harga Rp. 150.000/malam. Murah ya? Ya, isinya juga cuma kasur sama kipas angin sih. Tapi tenang, meski murah kamar mandinya ada di dalam koq… gak perlu lari-lari ke tepi laut buat pipis hihi. Yang penting masih bisa istirahat dan mandi deh.
Selesai bersih-bersih, mari istirahat sejenak sebelum menikmati sunrise dari Pantai Sayang Heulang…
*sayang minim foto selama di perjalanan dari Sagalaherang ke Sayang Heulang, di jalan gak banyak berhenti, plus keburu malam juga hehe…
Wah, aku mah gelap soal jalan dan daerah situ. Belom pernah ke sana. Paling, pernah ke Sancang. Itu juga karena kuliah lapangan. Seringnya ke Pangandaran. Dan iya, terlalu penuh kalo lagi liburan. Pantai udah kayak segelas cendol weh. Dukdek. Hehe… Pengen deh ke Santolo…
wah belum pernah ke pantai di garut , hanay sampai kota garutnya saja
This default private IP address is commonly used to handle the configuration options of home network. You should fill the default private IP 192.168.0.1 in the web browser. After you submit that private address in the address bar, you’ll be landed on the wireless router settings page.