“Mah, tadi kata Bu Ade, Ceuceu nanti disuruh ikut lomba nulis”, kata Ceuceu sambil tetap asyik membaca komik.
“Lomba nulis apa?”, tanya saya.
“Itu kan katanya tulisan Ceuceu udah rapi. Terus disuruh belajar aksara Sunda ke Pak Dadang. Nanti ada lomba nulisnya”, jawab Ceuceu.
“Hah? Aksara Sunda? Itu mah beda atuh Ceu sama tulisan biasa!”.
Heran juga sih, apa yang membuat Ceuceu bisa terpilih Ibu dan Bapak guru di sekolah untuk mengikuti lomba menulis aksara Sunda. Soalnya Ceuceu sendiri kesulitan belajar Basa Sunda. Sudah bukan hal yang aneh lagi, ketika ulangan Basa Sunda tiba, Ceuceu tegang luar biasa. Pelajaran yang paling sulit diantara pelajaran lain katanya.
Basa Sunda saja sudah membuat pusing. Ini ditambah belajar aksara Sunda… Duh!
Ya, meski kami tinggal di tanah Pasundan, tapi kami memang jarang menggunakan Basa Sunda dalam percakapan sehari-hari. Banyaknya tingkatan dalam Basa Sunda membuat saya ragu-ragu menggunakan Basa Sunda saat ngobrol dengan anak-anak.
Dalam basa Sunda, ada bahasa untuk digunakan saat berbincang dengan orang yang lebih tua, orang yang seumur/sepantaran, dan dengan orang yang usianya lebih muda. Sementara saya, hanya bisa Basa Sunda untuk orang yang seumur/lebih muda. Basa Sunda untuk orang yang lebih tua sudah menguap entah kemana.
Daripada salah mengaplikasikan Basa Sunda, atau lebih parah lagi saya menggunakan bahasa kasar yang bisa berakibat buruk jika ditiru anak-anak, akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan Bahasa Indonesia saja.
Tapi ternyata ini juga tidak baik. Karena anak-anak malah tidak mengenal bahasa ibunya sendiri. Serba salah jadinya.
Mau tidak mau, daripada anak-anak mendapat nilai yang jeblok di mata pelajaran Basa Sunda, sedikit demi sedikit kami mulai belajar menggunakan Basa Sunda dalam percakapan sehari-hari.
Di Bandung, setiap hari Rabu dikenal dengan #ReboNyunda. Semua percakapan baik percakapan sehari-hari di dunia nyata maupun di dunia maya, wajib menggunakan Basa Sunda. #ReboNyunda ini disosialisasikan sejak Bandung masih dipimpin oleh Dada Rosada. Bahkan saat itu sudah ada Perda #ReboNyunda.
Hasilnya, perlahan Basa Sunda kembali digunakan banyak orang. Dari yang tidak tahu bagaimana menggunakan bahasa loma, sedikit demi sedikit mulai belajar.
Begitu juga dengan Ceuceu dan Teteh. Sekarang tidak hanya belajar Basa Sunda, karena harus ikut lomba, Ceuceu juga mulai belajar aksara Sunda. Tidak hanya Ceuceu, Teteh pun sangat bersemangat mempelajari aksara yang menurut Teteh mirip sama kode-kode misteri yang harus dipecahkan. Malah saya juga harus ikut belajar, karena kalau saja Ceuceu tidak harus ikut lomba, bisa jadi saya tidak akan pernah mau mengenal aksara Sunda.
Tadi pagi, saat dalam perjalanan ke sekolah, Ceuceu bertanya…
“Mah, kalau gak jadi lagi lombanya kaya’ OSN Matematika kemarin gimana?“
Hmm… yang namanya belajar tak pernah rugi Ceu… begitu juga kalau memang ternyata tidak jadi ikut lomba. Lagipula, Ceuceu kan memang orang Sunda. Kalau bukan orang Sunda sendiri, siapa lagi yang akan melestarikan Basa dan Aksara Sunda??
Meski nampak susah, ternyata aksara Sunda cukup menyenangkan untuk dipelajari… kalau dibiasakan membaca dan menulis aksara Sunda, nanti juga pasti jadi gampang.
Cikaracak ninggang batu, laun-laun jadi legok…
keren tuh bahasa sundanya… bikin kosa kata nya dong, sapatau saya ke tanah Pasundan, biar nggak nyasar nantinya
Beneran mak ada rebonyunda?. Wah ini slh satu cara ampuh ya mak utk mempertahankan bahasa daerah. Bisa dicontoh nih programnya. O ya bwt ceuceu, sukses ya lombanya, amin.
Slm dr tante cantik *halah.
🙂
Untung harini bukan hari rebo saya berkunjung kesini …. tapi sae ogen nya mak rebo nyunda …. hehe
Mak rinrin, lestarikan aksara sunda, saya miris deh sama tulisan2 kuno asli Indonesia, kaya jepang, korea dan india kan masih ada dan dipakai sampai sekarang, saya sama sekali gak tau tentang aksara asli indonesia
ayo mak ev, belajar sama-sama… 🙂
Wah aksara Sunda ya. Heiheheie Malu abdi teh Nama saya Asep. Biasa dipanggil Kang Asep. Saya memang blasteran Sunda dari Alm Ayah. Kini hanya ibu saja di rumah. Ibu dari Jawa. Jadilah campuran Heihieheie. Saya masih mempelajari basa Sunda sehari hari. Lidah ini suka lupa kalau nda dilatih
bagus donk kalo campuran, jadi tau banyak bahasa… 😀
aksara sunda ama aksara jawa beda ya, kalo ama aksara madura sama nggak ya..hehehe
nah, gak tau tuh aksara madura kaya’ gimana… 😀
Wilujeng nambihan….
aku gak pernah belajar aksara sunda. Di rumah ngomong sunda tapi kalau pelajaran bahasa sunda tetep aja susah 🙂
haha… aku juga ngomong sunda masih belepotan mak… disuruh ngisi lks sunda, cari jawabannya kalo gak gugling ya tanya suami :)))
Hilap deui
geura tamas atuh… 😛
Janten isin maos artikel ieu…
Isin, abdi asli Sunda, tapi teu acan pernah diajar nyerat huruf Sunda…
Keun ah engkin mah bade di ulik…
Salam ti abdi di Sukabumi,
muhun, pak… jangankan aksara Sunda, bahasa Sunda pun mulai terancam dilupakan… hayu atuh kita ngulik basa & aksara Sunda sasarengan… 🙂
di tulisan fotonya, ada yg salah. bisa tolong perbaiki?
nya… lepat keneh dina “LEGOK” teu ka aos janten Le o Ga K
Salam Blogger. Artikel yang sangat informatif. Jika membutuhkan tautan alternatif untuk belajar aksara Sunda, bisa berkunjung ke halaman blog http://www.bujanggamanik.blogspot.com atau ikuti tautan ini aksara sunda. Terima kasih.