Itulah yang terbayang pertama kali oleh Ceuceu, anak pertama saya, saat saya melontarkan pertanyaan mengenai definisi museum.
Bayangan Ceuceu ini tidaklah salah, karena ketika saya mengajak Ceuceu berkunjung ke museum untuk pertama kali, banyak benda kuno dan bersejarah yang Ceuceu temui di sana.
Saat masih duduk di bangku TK, Ceuceu berkunjung ke Museum Geologi. Kunjungan yang sangat mengesankan bagi Ceuceu. Karena di Museum Geologi ini Ceuceu bisa melihat sendiri kerangka tiruan T-Rex, kerangka gajah purba dan kerbau purba.
Keberadaan kerangka tiruan T-Rex sendiri menurut saya hanya sebagai daya tarik bagi pengunjung, khususnya anak-anak, mengingat di Indonesia sendiri belum pernah ditemukan fosil dinosaurus.
Melalui film yang ditayangkan di ruang audio visual, Ceuceu juga jadi tahu bahwa dinosaurus ini punah ketika ada meteor besar jatuh menimpa bumi berabad-abad yang silam.
Sejak itu, keingintahuan Ceuceu akan kehidupan masa lalu semakin besar. Tak bosan-bosan Ceuceu meminta dibelikan buku-buku mengenai hewan purba dan benda-benda luar angkasa.
Museum, antara sejarah, kini dan nanti
Menurut bahasa, sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu “Asy-Syajaroh” yang memiliki arti “Pohon”.
Pohon memiliki tiga bagian utama yang saling berhubungan satu sama lain. Bila ada satu bagian yang terganggu, maka bagian uang lain pun akan ikut terganggu.
Ketiga bagian itu adalah tajuk, akar, dan batang. Tajuk terdiri dari cabang, ranting dan dedaunan. Tiga bagian pohon tersebut saling berhubungan satu sama lain. Satu bagian terganggu maka akan mengganggu bagian lainnya.
Begitu pula dengan batang sebagai penyangga berdirinya pohon. Bila terjadi gangguan terhadap batang pohon, maka pohon tersebut akan rapuh atau melapuk.
Bagian terpenting dari sebuah pohon adalah akar. Seringkali terjadi pohon yang berdiri tegak dengan tajuk yang menjulang tinggi tiba-tiba saja ambruk. Ternyata akar pohon tersebut sudah rapuh.
Sejarah, baik yang berupa kesuksesan maupun kegagalan, dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan juga motivasi bagi kita. Mempelajari sejarah berarti mempelajari segala bentuk pengalaman dan perubahan yang telah dicapai manusia masa lalu dan memperoleh pijakan untuk membangun sejarah baru. Dimensi kesejarahan menuntut manusia untuk selalu melakukan pembaharuan dan berupaya mencapai kemajuan.
Kita memang tidak boleh melupakan sejarah, karena dari sejarah lah, manusia di masa kini dan nanti dapat belajar mengenai sebuah peradaban.
Museum sebagai tempat penyimpanan benda-benda bersejarah dari budaya dan peradaban etnis masa lalu membuka kesempatan untuk mengenal peradaban dan budaya orang-orang terdahulu dari generasi ke generasi.
Museum di Dunia dan di Indonesia
Tahun 1977, Dewan Museum Sedunia (ICOM) menetapkan tanggal 18 Mei sebagai Hari Museum dan Warisan Budaya Sedunia. Setiap tahun, pada tanggal yang sama, ICOM yang berafiliasi di bawah Unesco dan berbagai museum terkemuka dunia mengeluarkan pernyataan dan publikasi mengenai peran museum untuk menjaga warisan dan peradaban dunia.
Jumlah museum di dunia diperkirakan berjumlah sekitar 55.000 yang tersebar di 202 negara dan terbagi menjadi berbagai kategori. Berdasarkan data dari Direktorat Permuseuman Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, jumlah museum yang ada di seluruh Indonesia saat ini mencapai 269 buah.
Dari jumlah tersebut sebanyak 176 museum dikelola oleh kementerian atau pemerintah daerah, 7 museum dikelola oleh unit pelaksana teknis Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, serta 86 museum dikelola oleh pihak swasta.
Dari sumber yang sama juga diperoleh data bahwa jumlah kunjungan ke museum beberapa tahun terakhir ini mengalami penurunan. Selama ini kunjungan ke museum diperkirakan hanya sekitar 2% dari jumlah penduduk per tahun.
Tahun 2006, angka kunjungan masyarakat Indonesia ke museum sebanyak 4.561.165 kunjungan. Pada tahun 2007, jumlah ini menurun menjadi 4.204.321 kunjungan dan menurun lagi di tahun 2008 menjadi 4.174.020 kunjungan.
Jika hal ini dibiarkan begitu saja, bisa jadi tingkat kunjungan ke museum akan terus mengalami penurunan. Sehingga museum akan semakin tidak dilirik orang dan bahkan akhirnya dilupakan.
Padahal koleksi yang ada di museum di Indonesia tidak kalah lengkap dan hebatnya dengan koleksi museum di mancanegara. Salah satu museum yang memiliki koleksi terlengkap di Indonesia adalah Museum Nasional Indonesia.
Mengenal Museum Nasional Lebih Dekat
Dokumentasi Museum NasionalKeberadaan Museum Nasional di Indonesia diawali dengan berdirinya Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, yang didirikan oleh Pemerintah Belanda pada tanggal 24 April 1778 [1]. Himpunan ini merupakan lembaga yang didirikan dengan tujuan untuk memajukan penetitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang-bidang ilmu biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah.
Masyarakat Indonesia, khususnya penduduk Jakarta lebih mengenal museum ini dengan sebutan “Gedung Gajah” atau “Museum Gajah”, karena di halaman depan museum terdapat sebuah patung gajah perunggu hadiah dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand yang berkunjung ke museum pada tahun 1871.
Mengingat pentingnya museum ini bagi bangsa Indonesia maka pada tanggal 17 September 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan pengelolaan museum kepada pemerintah Indonesia, yang kemudian menjadi Museum Pusat. Akhirnya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, No.092/ 0/1979 tertanggal 28 Mei 1979, Museum Pusat ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional [1]
Museum Nasional menawarkan sejarah, arkeologi dan etnografi aspek Indonesia melalui koleksi artefak dan relif hingga sejauh ke jaman batu. Museum Nasional juga dikenal sebagai Gedung Arca, karena banyaknya koleksi arca dari berbagai jaman di sini.
Tidak hanya koleksi arca, artefak dan relief, Museum Nasional juga memiliki Ruang Miniatur Rumah Adat. Di ruangan ini kita bisa menyaksikan berbagai miniatur rumah adat berbagai suku di Indonesia, mulai dari Sabang sampai Merauke. Di sinilah kita bisa belajar dan mengenal berbagai rumah tradisional berbagai suku di negara kita. Selain itu ada juga Ruang Gamelan. Sesuai namanya, ruangan ini berisi berbagai perangkat gamelan yang merupakan salah satu alat musik tradisional kita.
Koleksi yang tak kalah menariknya adalah Galeri tekstil di sayap selatan. Meski tidak bisa memegang koleksi tekstil yang ada, tapi kita bisa mengetahui berbagai tekstil khas Indonesia di sini [4].
Di Museum Nasional juga ada Ruang Pamer Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, di mana kita bisa mengetahui perkembangan iptek dari masa ke masa.
Dengan koleksi yang sangat beragam tersebut, Museum Nasional bisa menjadi sarana edukasi yang menarik.
Sekarang Saatnya Museum Membuka Diri
Selama ini keberadaan museum hanya diapresiasi oleh kalangan tertentu. Sementara masyarakat umum menilai kunjungan ke museum ini tidak menarik. Pajangan benda-benda peninggalan jaman purbakala dengan sedikit keterangan di bawahnya, ditambah penerangan yang seadanya membuat kebanyakan orang apalagi anak-anak merasa takut berkunjung ke museum. Kesan lain yang didapat dari museum adalah tidak atraktif, tidak aspiratif, dan tidak menghibur.
Mengingat peran keberadaan museum yang sangat penting bagi pembentukan identitas dan karakter bangsa, sekarang ini saatnya museum membuka lebih banyak kesempatan untuk masyarakat umum agar turut merasakan keramahan museum.
Museum Nasional sendiri mulai membuka diri untuk umum dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk melakukan berbagai kegiatan di sini. Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk menghilangkan kesan tidak atraktif, tidak aspiratif dan tidak menghibur ini.
Disamping pameran koleksi rutin setiap harinya, Museum Nasional juga seringkali menggelar pameran tematik dengan tema yang populer sehingga lebih menarik masyarakat untuk berkunjung.
Awal tahun 2012, tepatnya 7-13 Maret 2012, Museum Nasional menjadi tempat dilaksanakannya Pekan Budaya Iran.
Di bulan Oktober 2013, Museum Nasional juga menjadi tempat Pembukaan Pameran Hubungan Indonesia – Tiongkok.
Untuk menarik minat masyarakat berkunjung ke museum, pengelola museum maupun penggerak komunitas dapat menggelar workshop yang melibatkan masyarakat. Seperti yang pernah dilakukan oleh Museum Nasional dengan menggelar Workshop & Pameran Gambar Ekspresi Indonesia Ku.
Museum juga bisa menjadi sarana kompetisi kreativitas antar sekolah, seperti kompetisi dongeng anak-anak yang pernah digelar Museum Nasional Jakarta bekerja sama dengan Komunitas 1001 Buku.
Disamping masyarakat umum, kalangan yang sangat perlu ditingkatkan minatnya untuk berkunjung ke museum adalah anak-anak. Mengapa anak-anak perlu berkunjung ke museum?
Melalui kunjungan ke museum anak-anak akan mendapatkan referensi visual dan menambah pengetahuan sejarah yang telah didapat di sekolah. Seperti yang terjadi pada Ceuceu, apa yang Ceuceu lihat sendiri di Museum Geologi beberapa tahun yang lalu ternyata sampai sekarang masih sangat diingat.
Melalui kunjungan ke museum juga anak-anak diajak menembus dimensi waktu, kembali ke masa lalu dengan melihat dan merasakan sendiri suasana dengan informasi mengenai gambaran sejarah di masa lalu. Sesuatu yang tidak diperoleh baik dari cerita guru, orang tua ataupun kakek neneknya.
Ada 3 lingkup pembelajaran yang dapat dilakukan di museum yaitu:
- Kognitif (berpikir)
- Afektif (emosi)
- Motor (keterampilan fisik)
Ketiga aspek ini harus dipertimbangkan saat membuat program interpretasi di museum. Penyajian informasi maupun pembimbingan yang dilakukan harus mampu merangsang anak untuk bertanya dan secara aktif mencari jawabannya sendiri.
Adanya program atau kegiatan interaktif di museum jauh lebih efektif dibandingkan dengan hanya membaca buku teks di sekolah.
Wahana interaktif /edukatif yang bisa digunakan oleh pengunjung membuat mereka merasa lebih fun mengikuti kegiatan atau program yang diadakan di museum.
Museum juga dapat menjadi sarana bagi anak muda yang kreatif untuk mewujudkan inovasi. Seperti yang dilakukan Akbar, Falih, Viga, dan Isa siswa kelas X SMAN 28 Jakarta, yang memamerkan robot berpakaian pramuka saat berlangsungnya Festival Hari Museum Internasional di Museum Nasional Indonesia, 15 Mei 2014 kemarin. Robot yang merupakan hasil karya anak-anak itu akan digunakan untuk meramaikan museum keliling dari Museum Nasional Indonesia.
Hal lain yang bisa dilakukan pengelola museum untuk meningkatkan kunjungan ke museum adalah dengan bahu membahu bekerja sama dengan pihak luar, seperti sekolahan, agen wisata, dan juga promosi di berbagai media.
Sebagai sarana edukasi, pihak pengelola museum juga bisa bertindak proaktif dengan mendatangi sekolah, kampus, atau komunitas masyarakat. Sehingga masyarakat semakin merasa dekat dengan museum.
Saat ini banyak sarana yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan promosi menyangkut koleksi dan aktivitas museum. Pohak pengelola museum bisa bekerja sama dengan media agar memuat agenda kegiatan museum secara berkala, atau menggandeng blogger untuk turut serta aktif mensosialisasikan peranan museum. Sehingga masyarakat mengetahui secara persis koleksi museum, berikut berbagai kegiatan yang ada di museum.
Inilah saatnya museum bukan sekadar arena menikmati benda koleksi. Museum bisa juga menjadi sarana menggelar kreasi, edukasi, informasi, rekreasi, kompetisi, dan inovasi.
*Tulisan ini diikutsertakan pada Lomba Penulisan Esai Blog Museum Nasional yang diadakan oleh Museum Nasional Indonesia
**Referensi :
[1] http://www.museumnasional.or.id
[2]
[3] Kompasiana
[4]
[5] National Geographic
Wah bagus artikelnya mak. Museum memang gak boleh lagi jadi tempat penyimpanan benda mati saja. Btw “Pin it” nya itu kadang tiba2 nutupi tulisannya.
Wah… masa mak? di saya gak nih… ntar ganti deh plugin nya 🙂
makasih ya mak 😀
lengkap nih bahasannya
hehehe.. nuhun 🙂
Kunjungan ke museum bagusnya sebulan sekali bwt anak sekolah y.. good good goooodd…
bagusnya sih gitu… atau dari museum yang keliling pengenalan ke sekolah-sekolah…
makasih fanni 😀
mantapp….selalu bagusss 🙂
tulisan mak dame nih yang selalu bagus… bener kata mak dame… harus banyak belajar. Tapi ada pengecualian buat saya… belajarnya banyaaakk banget
makasih ya, mak 😉
wah… di tempat ane lom sebagus itu museumnya…
semoga kedepan bakal di upgrade lagi amin amin amin
artikelnya menginspirasi sekali
di sini keren donk… ada dino nya… hahaha
Museum Nasional lebih keren lagi, selain koleksinya yang lengkap, di sana udah mulai banyak kegiatan buat masyarakat umum…
semoga semua museum di Indonesia juga semakin maju ya 😀
teh orin… asik bacanya…
jadi inget lagi pengalaman pertama bawa si aa ke museum…. museum geologi juga…
pulang dari situ, si aa selalu minta ke museum lagi dan lagi…. meskipun museumnya pernah didatangi….
kalo sekarang sih si aa nya sudah di sibukan sama ulangan dan ulangan di sekolah.. jadi ke museumnya nunggu ada acara field trip di sekolahnya…
Tulisan teh orin menginspirasi saya buat bersiap2 lagi ke museum… buat ngajak si bebe dan si cece mengenalkan lagi museum…. ayoo… berangkats…
hayu kaangg… piknik ke museum sekarang harus mulai digalakkan lagi. Selain menambah wawasan, yang paling penting sih jalan-jalan ke museum ini murah *emakngirit 😀
haturnuhun kang 😉
Selamat mbak jadi pemenang favorit :)) kereeen,,,
Saya tidak beruntung karena menulisnya asal-asalan, nggak fokus, gara-gara kondisi menurun drastis,,, selamat sekali lagi,,
makasiihh colekannya, kalo gak dicolek gak tau nih… aida juga gak kalah bagus tulisannya, tetap semangat yaaa 🙂
Sudah lupa kapan terakhir kali pergi ke museum 😀 #padahal guru loh.
Museum tempat belajar segala sesuatu tentang masa lalu untuk digunakan sebagai renungan dan pembelajaran masa kini.
Salam.
salam kenal juga, pak guru… 😀
Di pantura ada museum gak? Saya di Subang Selatan agak susah cari museum.. 🙂