Goyang Dumang Bareng Si Lumba-lumba

By | April 29, 2015

“Ceeeuuu… injekin Mamah donk? Pegel banget nih”, pinta saya ke Ceuceu sambil setengah berteriak.

Maklum, Ceuceu sedang asyik membaca komik di kamarnya. Kalau bicara pelan-pelan, dijamin tidak akan terdengar. Tapi rupanya meski suara sudah dinaikan beberapa oktaf, Ceuceu masih asyik dengan komiknya. Terpaksa saya kembali berteriak… kali ini bukan setengah-setengah…

“Ceuuuuuuu!!! Injekin Mamaaahhhh!!!!!”

Tapi masih hening, teriakan saya masih tidak terjawab.

Pepatah Sunda bilang sih uyah itu tara tees ka luhur. Apa yang Ceuceu lakukan sekarang ini memang sebuah cerminan atas kebiasaan saya dulu, saat saya seumuran Ceuceu.

Ketika saya masih kecil, Nene berjualan beberapa alat rumah tangga. Rumah kami dulu memang dekat dengan pasar, tapi agar bisa mendapatkan barang yang harganya lebih murah dari pasar dekat rumah, mau tidak mau Nene harus ke Pasar Baru atau ke Kosambi. Jaraknya lumayan jauh lah, apalagi kalau pakai kendaraan umum, bisa naik turun 3-4 kali ganti angkot. Biasanya Nene belanja barang seminggu sekali. Pulang belanja, Nene seringkali meminta saya memijat atau menginjak punggungnya.

Karena ketiga kakak laki-laki yang sudah beranjak remaja jarang di rumah, alhasil saya yang seringkali kebagian disuruh memijat Nene. Nene bilang sih, hal yang paling nikmat di dunia adalah dipijat dan diinjak punggung.

Dulu saya malas sekali kalau disuruh Nene. Selalu saja ada alasan yang saya buat. Ketika saya menurut untuk segera menginjak punggung Nene pun, tidak pernah sampai tuntas. Begitu ada kesempatan, saya pasti kabur dengan berbagai alasan. Hih… anak macam apa saya ya?

Selain berjualan, Nene mengerjakan seluruh pekerjaan rumah sendiri, tanpa bantuan siapa pun. Bahkan saya sebagai anak perempuan satu-satunya seringkali dibebas tugaskan dari pekerjaan rumah. Kalau kebetulan Nene meminta bantuan saya, sebisa mungkin saya menghindar. Akibatnya ya seperti sekarang ini, saya sangat mudah capek.

Sekarang, belum juga saya seumur Nene ketika Nene meminta saya menginjak-injak punggung Nene, saya merasa sudah harus sering diinjak anak-anak. Padahal pekerjaan yang saya lakukan tidak seberat pekerjaan Nene yang isi lemari pun dibersihkan tiap hari, tapi badan saya terasa sangat pegal. Apalagi bagian punggung. Itu cuma gara-gara sapu-sapu atau ngepel… huhu

Benar kata Nene, kalau sudah capek begitu, hal yang paling nikmat di dunia adalah dipijat dan diinjak punggung.

Hanya saja karena dulu saya juga sering kabur saat disuruh Nene, sekarang saat saya menyuruh Ceuceu, Ceuceu selalu beralasan macam-macam. Bukan hanya Ceuceu, tapi juga Teteh dan Ade *shocked

Terus siapa donk yang bisa disuruh memijat saya kalau bukan anak-anak? Tiap hari bayar tukang urut datang ke rumah juga gak mungkin banget kan?

Akhirnya mau tidak mau suami yang kebagian jadi tukang pijat tiap kali beliau pulang dari kantor. Padahal saya tahu, perjalanan dari rumah ke kantor dan sebaliknya cukup menguras tenaga, Seharusnya sih saya yang memijat beliau… hihi…

Kalau kebetulan jalan-jalan ke game center di mall, suami memilih melipir ke kursi pijat. Cukup bayar 5000 udah bisa dapat pijatan enak katanya. Hanya saja ini juga bukan solusi yang baik, mengingat kalau mampir ke game center tidak cukup sampai di kursi pijat. Sementara bapaknya dipijat, ini 3 anak berebut naik odong-odong. Duh, bangkrut donk!

Sadar kalau saya tidak mungkin disuruh jadi tukang pijat dan juga tidak mungkin tiap hari melipir ke game center, suami berinisiatif membeli alat pijat elektrik. Bentuknya seperti lumba-lumba.

Suami bilang sih pas dicoba lumayan enak. Cukup ditempelkan sedikit, si lumba-lumba langsung bergoyang dumang. Perlu pijatan yang lebih terasa, cukup beri sedikit tenaga saat menekan si lumba-lumba.

Rasanya saya beruntung punya suami pengertian… atau sebenernya suami malas disuruh mijat ya? Hihihi… Yang jelas, sekarang saya gak perlu menyuruh Ceuceu, Teteh, Ade atau malah suami untuk memijat punggung saya. Sudah ada si lumba-lumba yang menbuat saya jadi emak multitasking… ngeblog sambil goyang dumang… haha

Pijat sambil ngeblog... bisaaaa... :P

Pijat sambil ngeblog… bisaaaa… 😛

3 thoughts on “Goyang Dumang Bareng Si Lumba-lumba

  1. Beby

    Wahahaha.. Pas aku masih kecil pun disuruh nginjek-nginjek Mamah, Mbak 😀

    Reply

Leave a Reply to Inda Chakim Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *