Yuk, kelola THR dengan bijak!

By | July 18, 2014

Belakangan ini gambar di atas cukup sering wara-wiri di timeline maupun display picture BBM.

Lho, koq ribut-ribut soal THR alias Tunjangan Hari Raya? Ternyata lebaran memang sebentar lagi. Hanya dalam hitungan hari ke depan, tak terasa Ramadhan pun berakhir sudah.

Tentu saja banyak yang sedih berpisah dengan bulan yang penuh berkah ini. Tapi tak sedikit juga yang senang dengan datangnya lebaran, hari raya kemenangan. Apalagi biasanya menjelang lebaran ini pegawai/karyawan mendapatkan THR dari kantor/perusahaan tempat mereka bekerja.

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.04/MEN/1994 tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan bagi Pekerja di Perusahaan adalah pekerja/buruh yang bermasa kerja 12 bulan secara terus menerus atau lebih maka mendapat THR sebesar satu bulan upah.

Beberapa perusahaan juga ada yang memberikan bonus berbarengan dengan THR menjelang lebaran.

Tapi, sudahkah kita bijak mengelola THR yang kita peroleh?

Sekedar mengingatkan diri sendiri, apa saja sih yang sebaiknya dilakukan setelah THR ini kita peroleh?

Pertama. Membayar zakat fitrah. Zakat fitrah ini hukumnya wajib dikeluarkan setiap Ramadhan bagi setiap muslim termasuk bayi yang baru lahir sebelum Idul Fitri. Tidak banyak koq, hanya 1 sha’ kurma/gandum atau sekitar 3,5 liter makanan utama yaitu beras. Tujuan zakat fitrah salah satunya adalah agar para fakir dan miskin dapat ikut merayakan hari raya dan saling berbagi sesama umat islam. Yuk anggarkan THR untuk membayar zakat fitrah ini, insha Allah kita akan kembali fitrah.

Kedua. Sudah tidak punya hutang? Memiliki harta yang sudah mencukupi nishab (batas minimal yang ditetapkan syariat untuk dikenai zakat) milik sendiri dan sudah lewat 12 bulan? Nah, kalau iya, berarti sudah wajib bayar zakat mal tuh. Coba mulai hitung berapa harta yang kita miliki, dan berapa zakat mal yang wajib kita keluarkan. Karena ini kewajiban, jadi jangan ditunda-tunda lagi. Kalau ditunda-tunda, nanti sebelum zakat mal dibayar, uangnya malah sudah habis di mall.

Ketiga. Di rumah ada asisten rumah tangga? Ada sopir? Tukang kebun? Setelah menjalankan kewajiban mereka di rumah kita, mereka juga berhak mendapatkan THR dari kita, lho.

Tapi, semuanya dikerjakan tanpa bantuan orang lain nih. Gimana donk? Kalau tidak punya asisten rumah tangga atau siapa pun yang bekerja membantu meringankan pekerjaan di rumah, tak ada ruginya kalau kita menyisihkan sebagian THR kita untuk disedekahkan kepada mereka yang memerlukan. Insya Allah berkah.

Keempat. Jauh dari kampung halaman? Lebaran harus mudik? Anggaran untuk mudik ke kampung halaman juga bisa diambil dari THR ini. Yang berencana menggunakan kendaraan pribadi, harus mulai menyisihkan dana untuk bahan bakar dan akomodasi selama perjalanan menuju kampung halaman. Sementara yang akan menggunakan kendaraan umum, juga harus menyisihkan dana untuk ongkos dan bekal selama perjalanan. Belakangan ini banyak yang menawarkan acara mudik gratis. Ada baiknya mencari informasi lebih banyak mengenai hal ini. Mudik ke kampung halaman ramai-ramai, seru pastinya. Gratis lagi!

Kelima. Mudik ke kampung halaman berarti bertemu kembali dengan sanak saudara, termasuk keponakan. Sudah siapkan angpao buat mereka? Tidak perlu banyak, pemberian alakadarnya pun sudah cukup membuat senang.

Keenam. Kalau tidak mudik, anggaran untuk mudik ini bisa disisihkan untuk investasi. Tambahan investasi rutin setiap lebaran tentunya sangat membantu kita mencapai tujuan keuangan. Investasi apa yang bisa disiapkan dari sedikit dana THR ini? Emas misalnya. Masih lebih baik kan daripada uangnya habis? 

Ketujuh. Mempersiapkan dana darurat. Dana darurat ini penting. Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi selama libur lebaran.

Lho? Baju lebaran, makanan khas lebaran, dan pernak pernik khas lebaran koq tidak ada anggarannya?

Untuk mensiasati membludaknya pengeluaran saat lebaran, baju baru tidak perlu dibeli saat lebaran. Bisa saja kita menyisihkan sebagian dana untuk membeli baju beberapa bulan sebelum lebaran. Kalau dananya tidak cukup bagaimana?

Seperti kata Dhea Ananda di lagunya, “Baju baru alhamdulillah, tak ada pun tak apa-apa.. masih ada baju yang lama.. “

Lebaran atau Idul Fitri ini sejatinya adalah hari raya kemenangan  setelah sebulan penuh berpuasa menahan hawa nafsu. Ketika sudah menerima THR kemudian kita kalap membeli segala sesuatu yang baru untuk dipakai di hari raya, lalu dimanakah makna kemenangan itu sebenarnya?

Yang perlu kita ingat adalah di luar sana masih banyak yang tidak pernah mendapatkan THR. Mereka yang berprofesi sebagai petani, pedagang, pegawai honorer, sopir angkot, tukang ojek, tukang becak, dan masih banyak lagi. Sebagai emak-emak yang tidak bekerja, saya termasuk diantara mereka yang tidak pernah mendapatkan THR.

 Yuk ah… kita mulai bijak mengelola THR! Eh, koq kita? Saya kan gak dapet THR huhuhu

3 thoughts on “Yuk, kelola THR dengan bijak!

  1. sutrimo

    Tapi sayangnya THR itu singkatan dari turahan (sisa an) hari raya… jadi nyong sedih banget dah karna paling yang sisa hanya cucian piring dan remah roti hehehe… mohon maaf lahir batin ya..

    Reply
    1. oRiN Post author

      Alhamdulillah, pak… Segitu juga masih ada sisanya. Yang bahaya kalo setelah hari raya gak ada apa2 yang tersisa, abis dijualin gara-gara foya-foya sebelum lebaran… Hehe..

      Mohon maaf lahir bathin juga 🙂

      Reply

Leave a Reply to sutrimo Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *